Menggambar Layaknya Anak Kecil
Jurnalis : Cindy Kusuma, Fotografer : Anand Yahya, Juliana Santy, Teddy Lianto
|
| ||
Apa itu Pushi Art? Pushi Art adalah salah satu kelas di program Pembinaan Masyarakat Tzu Chi yang dirintis sejak hampir 10 tahun lalu oleh Zhang Junxiang Shixiong di Taiwan. Untuk menjadi murid kelas ini tidak harus pandai menggambar, dan tujuan kelas ini bukan supaya setiap murid jago menggambar, melainkan agar setiap murid dapat mengekspresikan suasana hatinya dengan menggambar dan mendapatkan ketenangan batin dalam proses menggambar. Bukan Belajar Gambar, melainkan Belajar Dharma Ketika setiap murid diminta untuk mempresentasikan hasil karyanya, Zhang Laoshi banyak memuji hasil karya mereka dan menanyakan sebuah pertanyaan kepada setiap orang, “Apa kamu puas dengan hasil karyamu?” Ditanya demikian, banyak yang mulai merengut, menggeleng-gelengkan kepala, atau tersenyum malu-malu, dan menjawab, “tidak puas” atau “lumayan”. Menerima jawaban seperti itu, Zhang Laoshi berkata, “Kalau bilang lumayan, nilainya hanya 59, tidak lulus. Kalau bilang puas, maka nilainya 95.” Banyak murid yang mau tidak mau mengatakan puas meski raut wajahnya berkata lain.
Keterangan :
“Banyak orang yang mengira kalau gambar harus persis seperti aslinya, padahal tidak,” jelas Zhang Laoshi. Ia menjelaskan bahwa menggambar harus merupakan ekspresi dari suasana hati, setiap orang hendaknya menggunakan kesempatan menggambar ini untuk menenangkan batin dan menuangkan perasaannya. “Kalau seseorang setiap hari hanya bilang, ‘Master, saya sangat terharu,’ lebih baik menuangkan rasa terharu itu dalam bentuk gambar. Gambar bisa menjadi sarana untuk membabarkan Dharma dari Master,” pesan Zhang Laoshi. Hati Seperti Anak Kecil Zhang Laoshi kemudian meminta setiap murid untuk menggambar dengan krayon. Ia melarang murid-murid untuk menggunakan pensil sebagai bentuk pelatihan kebijaksanaan, “Pensil akan membuat kita ingin selalu hapus dan mengganti. Semakin dihapus, maka akan semakin risau, semakin ingin yang lebih sempurna lagi. Saya hari ini melatih kalian untuk bertanggungjawab. Sebelum gambar, pikirkanlah dulu baik-baik.”
Keterangan :
Menuangkan Cinta dan Bakti dalam Gambar Setelah empat kali meminta murid-murid untuk menggambar bebas, di sesi terakhir, ZhangLaoshi menyuruh para murid untuk menggambar dengan tema “berbakti pada orang tua”. Sesi ini terasa begitu emosional, sampai-sampai ada peserta menitikkan air mata saat menggambar. Stephanie Kang, relawan asal Taiwan yang pindah ke Indonesia setelah menikah merasa sedih ketika teringat orang tuanya yang ada di kampung halaman. Melalui gambar, ia menuangkan rasa rindu dan berbaktinya kepada kedua orangtuanya. Dalam sharingnya, Zhang Laoshimenasihati Stephanie layaknya seorang saudara, “Kamu pindah ke Indonesia bukan berarti tidak berbakti. Bersumbangsih di Tzu Chi juga merupakan sebuah bentuk bakti kepada orang tua.” Masing-masing orang mempunyai ceritanya masing-masing yang dituangkan dalam gambar. Ada yang menggambar sekeluarga sedang menyaksikan matahari terbenam di pantai, ada yang menggambar dua orang yang bercocok tanam sebagai bentuk kebanggaannya terhadap orang tuanya yang berprofesi sebagai petani, dan sebagainya. Cerita setiap orang begitu menyentuh, dan meninggalkan kesan yang begitu hangat dan mendalam. Setelah mengikuti pelatihan selama dua hari, Zhang Laoshi kembali menanyakan hal yang sama kepada setiap murid, “Apakah kamu puas akan hasil karyamu?” Kali ini tanpa ragu-ragu, semua orang mengangguk mantap dan menjawab, “Sangat puas!” Meski tidak banyak diajarkan teknik menggambar, tapi setiap murid menunjukkan kemajuan yang sangat signifikan. Bukan hanya mendapat pengetahuan dan pengalaman baru, tapi juga mendapat kebahagiaan dalam Dharma yang begitu berharga. |
| ||
Artikel Terkait
Tzu Chi Medan dan Palang Merah Indonesia Teken MoU Soal Donor Darah
25 Oktober 2018Palang Merah Indonesia Provinsi Sumatera Utara dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Medan menandatangani MoU dalam hal donor darah. Penandatanganan MoU diadakan pada 18 Oktober 2018, di mana Palang Merah Indonesia akan mendukung Yayasan Buddha Tzu Chi dengan menyediakan tim medis dan juga bersedia memberikan sosialisasi atau edukasi tentang donor darah ke masyarakat.
Tzu Chi Kembali Memberikan Layanan Kesehatan di Pondok Pesantren Nurul Iman
07 November 2022Setelah lebih dari 2 tahun ditiadakan akibat pandemi Covid-19, Tzu Chi Indonesia kini kembali mengadakan bakti sosial kesehatan umum bagi santri dan santriwati di Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman.