Menggapai Asa Yang Ada
Jurnalis : Indri Widjaja Hendarmin (He Qi Utara), Fotografer : Ciu Yen (He Qi Utara)
|
| ||
Pada kunjungan kasih hari ini jumlah rombongan tim kami berjumlah 12 orang, ada beberapa remaja yang ikut dan ternyata mereka berasal dari Komunitas Remaja Vihara Satria Dharma Teluk Gong, ada juga Ellen yang walaupun memiliki keterbatasan fisik namun tetap semangat untuk melakukan kebajikan, sungguh sangat menginspirasi dan memotivasi saya untuk tiada henti dalam melakukan kebajikan di jalan Tzu Chi. Kunjungan kasih kali ini kami berkesempatan untuk mendatangi rumah Bapak Oei Bun Liong yang terletak di Jalan Gaharu, daerah Grogol, Jakarta. Bapak Oei Bun Liong yang kini sudah berusia 83 tahun yang menderita diabetes dan katarak yang membuatnya tidak dapat melihat lagi bahkan pendengarannya juga sudah kurang baik. Begitu sampai di rumahnya kami di sambut oleh istrinya Gauw Tjen Nio dan cucunya Elvira yang berusia 9 tahun. “Bagaimana keadaanya Suk? kami semua datang untuk melihat keadaan Asuk,” tanya Ayen Rita Shijie pada Bapak Oei Bun Liong yang sedang duduk diranjang memulai pembicaraan pada hari ini. Ibu Gauw Tjen Nio mengatakan bahwa suaminya sudah dibawa berobat ke puskesmas dan sudah diberikan obat-obatan sambil menunjukan bungkusan obat kepada kami yang datang, tetapi sekarang nafasnya sesak. “Harus balik lagi ke Puskesmas untuk berobat, jangan terlalu lama supaya tidak semakin parah sakitnya, Asuk harus di jemur kena sinar matahari tiap hari, tidak baik hanya di berdiam di dalam rumah saja, jika perlu yayasan bisa meminjamkan kursi roda untuk Asuk,” ujar Ayen Rita Shijie sedikit memberi nasehat. Kondisi Bapak Oei Bun Liong hingga saat ini tidak terlalu menggembirakan, sehari-hari ia hanya dapat duduk dan berbaring diranjangnya saja, otomatis aktivitasnya hanyalah di tempat tidur saja. Hal tersebut membuat kami yang datang merasa sangat miris, sungguh tak tega rasanya melihat penderitaan yang dialami Bapak Oei Bun Liong. Tetapi, kami kembali teringat pada tujuan kami datang untuk memberikan cinta kasih dan semangat, walaupun harus diakui faktor usia menjadi salah satu kesulitan terbesar dalam proses penyembuhannya namun hendaknya kita jangan berputus asa. Selama masih ada kemauan dan usaha, peluang sekecil apapun harus kita raih. Berkah untuk hari ini tidak kami lewatkan dengan memberikan celengan bambu kepada keluarga Bapak Oei Bun Liong, diwakilkan oleh Ayen Rita Shijie sebagai perwakilan dari Tzu Chi dan diterima oleh Elvira “Dede ini di kasih celengan bambu biar rajin nabung dan banyak berbuat kebajikan, kalo ada pengemis kita kasih uang 100 rupiah belum tentu bermanfaat tapi kalo dicelengin kasih ke Tzu Chi sangat bermanfaat untuk membantu orang,” dengan senyum yang manis sambil memegang celengan bambu Elvira menjawab “Iya”.
Keterangan :
Tak terasa hari semakin siang, waktu jua lah menjadi pembatas bagi kami, kami harus segera kembali ke Jing Si Books & Café Pluit untuk memberikan laporan hasil dari kunjungan kami pada hari ini, sebelum berpisah kami bersama-sama menyanyikan dan mengajarkan Shou Yu satu keluarga, sedikit-sedikit ternyata Elvira bisa mengikuti gerakan yang kami ajarkan, kami harapkan kunjungan cinta kasih kami hari ini memberikan kegembiran bagi keluarga Bapak Oei Bun Liong dan terutama harapan bagi kesembuhan Bapak Oei Bun Liong, semoga kebajikan ini tidak terhenti hingga sampai sini saja. Semua orang selalu berpikir bahwa kebajikan yang kita lakukan bertujuan untuk membantu orang lain tetapi yang paling saya rasakan setelah hampir dua tahun mengikuti kegiatan Tzu Chi bahwa kebajikan yang kita lakukan adalah juga memberi manfaat kepada kita yang melakukan kebajikan, terutama pelatihan diri kita. Dengan semakin kita sering mengikuti kegiatan cinta kasih Tzu Chi semakin bertambah pelatihan diri kita. Terutama untuk semakin peduli terhadap sesama, saya sungguh sangat bersyukur hingga saat ini saya masih memiliki kesehatan, memiliki pekerjaan yang baik, memiliki keluarga yang mencintai saya, memiliki teman-teman mengasihi saya bagaikan saudara saya semua ini menyadarkan saya betapa beruntungnya diri saya dan yang terpenting hingga hari ini saya masih mempunyai kesempatan untuk dapat melakukan kebajikan. Sang Buddha mengajarkan bahwa harta terbesar manusia adalah kesehatan, dan ternyata dengan melakukan kebajikan saya sendiri juga sudah membuktikan kebenaran dari ajaran mulia dari Sang Buddha. Ada satu kata perenungan Master Cheng Yen yang sangat cocok untuk dengan kunjungan kasih hari ini yakni, “Warisan kebajikan dan cinta kasih merupakan pusaka yang tidak ternilai harganya.” |
| ||
Artikel Terkait
Suara Kasih: Memegang Prinsip 4 in 1
28 Juni 2010Mengalirkan Cinta Kasih dari Pintu ke Pintu
25 Juni 2020Tzu Chi Sinar Mas mengadakan kegiatan pembagian sembako yang dilakukan selama lima hari terhitung sejak tanggal 17-21 Juni 2020 secara door to door kepada 331 keluarga kurang mampu di Pati dan Jepara, Jawa Tengah.
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131: Menjangkau Masyarakat yang Betul-betul Membutuhkan
27 Juni 2022Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131 di kota Palu pada 24-25 Juni 2022 betul-betul menjangkau masyarakat yang sangat membutuhkan. Armansyah (45) warga Palu Barat, salah satunya.