Menggapai Cita–cita
Jurnalis : Riani Purnamasari (Tzu Chi Perwakilan Sinarmas), Fotografer : Yudha Arya Putra (Tzu Chi Perwakilan Sinarmas) Yuniarti dan ibunya ketika sedang disurvei oleh relawan Tzu Chi saat tengah mengajukan beasiswa beberapa tahun yang lalu. |
| ||
Dengan berbekal tekad yang kuat itulah, perlahan tapi pasti Yuniarti mencapai cita-citanya yaitu untuk mendapatkan pendidikan yang cukup. Pada tanggal 14 Agustus 2011, relawan Tzu Chi mengunjungi Yuniarti yang berada di Universitas Indonesia, Depok untuk melakukan pendaftaran di sana. Melihat senyumnya yang penuh kebahagiaan membuatku teringat kisah awalnya Yuniarti berjodoh dengan Tzu Chi. Tidak Pernah Putus Asa untuk Tetap Sekolah Suatu hari ayah Yuniarti bertemu dengan Tawang Shixiong, relawan Tzu Chi yang kebetulan adalah tetangga majikan ayah Yuniarti bekerja. Berceritalah sang ayah kepada Shixiong Tawang mengenai kesulitannya dan betapa Yuniarti sangat ingin bersekolah. Melihat besarnya keinginan Yuniarti untuk bersekolah membuat Tawang bersimpati. Tawang kemudian mengajukan berkas-berkas Yuniarti untuk disurvei oleh Leisna Shijie dan tim misi amal Tzu Chi Perwakilan Sinarmas. Setelah menjalani beberapa prosedur survei, pada bulan Juli 2008 Yuniarti diterima menjadi anak asuh penerima beasiswa misi amal Tzu Chi. Mendengar kabar tersebut, Yuniarti pun merasa senang, karena ia tahu tidak sembarang orang bisa menjadi penerima beasiswa dari Tzu Chi Perwakilan Sinarmas. Seleksi ketat kerap dilakukan dan Yuniarti sangat bersyukur pada akhirnya ia bisa belajar dengan tenang di sekolah. Yuniarti juga merasa sangat beruntung memiliki relawan pemerhati yang baik. “Bapak Tawang sudah seperti orangtua kedua bagi saya. Beliau sering datang ke rumah untuk memantau nilai-nilai saya, atau memberi dorongan semangat agar saya semakin meningkat prestasinya,” ujar Yuniarti.
Keterangan :
Walaupun tumbuh dalam keluarga yang tingkat kehidupannya pas-pasan, tetapi Yuniarti tidak pernah putus asa untuk tetap sekolah dan belajar dengan giat. Hal ini dibuktikan dengan predikat juara kelas yang selalu diraihnya. Yuniarti merupakan anak yang sangat aktif di sekolah. Mengetahui kedua orang tuanya tidak mampu untuk menyekolahkannya membuat Yuniarti selalu berusaha mendapatkan nilai terbaik pada setiap mata pelajaran. Selain itu, Yuniarti pun dapat bersosialisasi dengan baik dengan teman-teman di sekolahnya. Teman-teman di sekolahnya sangat menyayanginya, seperti ketika di sekolah ada sebuah kegiatan yang tak dapat diikuti Yuniarti karena tidak mampu membayar, teman-temannya pun mau untuk patungan membayarkannya. Yuniarti menunjukkan rasa terima kasihnya dengan menjadi teman yang baik di kelasnya. “Seringkali Yuniarti dimintakan tolong belajar bersama di sekolah, dia akan dengan bersemangat membantu teman-temannya mengajarkan pelajaran yang mereka tidak bisa,” ujar Ibu Taruli Naibaho, wali kelas Yuniarti. “Suatu kali, ketika beberapa hari sebelum Ujian Nasional, Yuniarti jatuh sakit demam berdarah. Yuniarti memaksakan diri untuk ke sekolah walaupun belum sembuh benar. Dan memang saat Ujian Nasional dilaksanakan, Yuniarti sudah sehat kembali. Dari sini kita sebagai gurunya bisa melihat bahwa anak ini semangatnya luar biasa. Apa yang diperjuangkan oleh yuniarti, berbuah dengan manis. Nilai-nilainya pun sangat memuaskan,” lanjutnya lagi. Mencapai Cita-cita “Yuniarti setiap pulang sekolah langsung ke tempat kursus bahasa Inggrisnya. Kira-kira jam 6, ia sudah pulang ke rumah, lalu membantu adiknya belajar. Setelah itu, Yuniarti belajar sendiri sampai jam 9. Yuniarti tidak boleh tidur lebih dari jam 9, karena besoknya Yuniarti bisa mengantuk di sekolah,” ujar sang bunda.
Keterangan :
Duduk di kelas 12, membuat Yuniarti tersadar bahwa beasiswanya dari Tzu Chi akan segera habis ketika ia merayakan kelulusannya. Kesadaran inilah yang membuat Yuniarti mulai mencari cara untuk mendapatkan beasiswa di universitas negeri paling bergengsi, yaitu Universitas Indonesia. Setelah melakukan pencarian selama 2 bulan, satu titik terang mulai muncul. Universitas Indonesia memiliki program beasiswa penuh dalam program “BIDIK MISI”. Di dalam program ini, penerima beasiswa diharuskan memiliki nilai yang tinggi untuk menjadi kandidiatnya yang dibuktikan dengan berbagai surat-surat yang harus dipenuhi dan survei secara langsung. Kuota penerima beasiswa hanya sejumlah 500 orang dan Yuniarti mencoba peruntungannya agar ia semakin dekat dengan cita-citanya, “Saya tidak mau berpangku tangan saja, maka itu saya mengajukan diri saya di program ‘BIDIK MISI’. Ternyata, saya pun mendapat undangan masuk UI tanpa ujian masuk,” ujar Yuniarti. Setelah lulus SMA pada bulan Juni 2011 dengan hasil yang memuaskan, Yuniarti berhasil menjadi kandidat penerima beasiswa di Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Administrasi Niaga. Tak lama berselang, di bulan September 2011, Yuniarti mendapat keputusan yang mengejutkan nan menggembirakan dari sekretariat FISIP UI bahwa Yuniarti mendapat beasiswa penuh dari program BIDIK MISI. “Sebuah berkah yang diperoleh dari niat yang baik dan kekuatan yang didapat dari tekad yang kokoh”, demikian Kata Perenungan Master Cheng Yen yang menjadi nyata dalam kehidupan Yuniarti, melalui pertolongan relawan, seorang Yuniarti mampu meneruskan langkahnya dalam menggapai cita-cita.
| |||
Artikel Terkait
Suara Kasih: Menjalin Jodoh Baik
19 September 2011 Sutra Bunga Teratai mengulas tentang membimbing setiap orang untuk menanam akar kebajikan. Selain membantu orang kurang mampu, kita juga mendidik semua orang agar menyadari bahwa kita semua adalah setara.Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135: Terus Berupaya Membantu Masyarakat Lepas dari Belenggu Katarak
28 November 2022Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-135 yang digelar Tzu Chi Palembang pada 25-27 November 2022, menghadirkan kebahagiaan bagi masyarakat kota Palembang dan sekitarnya.