Menggapai Masa Depan yang Cemerlang
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Fotografer : Daddy, Markus (He Qi Barat)Pindi Kisata memotivasi siswa kelas budi pekerti Tzu Shao tentang kesuksesan, kebahagiaan, dan kehidupan bermakna untuk mencapai tujuan hidup bermasyarakat dalam Kamp Tzu Shao Ban Angkatan VIII, Sabtu dan Minggu, 12-13 November 2016.
Kelas budi pekerti Tzu Chi kembali menyelenggarakan Kamp Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi yang kali ini diperuntukkan bagi remaja berusia 13-16 tahun atau biasa disebut Tzu Shao. Kegiatan Tzu Shao Ban Angkatan VIII ini merupakan kegiatan penutupan kelas budi pekerti untuk tahun 2016 yang diikuti oleh 150 siswa kelas budi pekerti Tzu Shao.
Mereka disambut hangat oleh 20 Daai mama atau relawan pendamping bersama 55 insan Tzu Chi yang akan mengajak mereka belajar sambil bermain bersama selama dua hari, Sabtu dan Minggu, 12-13 November 2016. Kegiatan yang dilakukan di Aula Jing Si ini mengusung tema Memanfaatkan Waktu Dengan Baik dan Menggapai Masa Depan yang Cemerlang.
Penutupan kelas Tzu Shao Ban Angkatan VIII juga mengundang orang tua siswa untuk melihat penampilan anak mereka selama mengikuti kelas budi pekerti Tzu Chi di tahun 2016. Penampilan tersebut disajikan dalam bentuk drama dan peragaan isyarat tangan.
Sebelum tampil, Goh Poh Peng Shijie membimbing para siswa kelas Budi Pekerti berlatih drama yang ditampilkan pada acara penutupan kelas budi pekerti Tzu Chi.
Para siswa kelas budi pekerti menjadi bagian dalam program “Dana Kecil, Amal Besar” melalui celengan bambu Tzu Chi pada Kamp Tzu Shao Ban.
Goh Poh Peng Shijie, Ketua Kelas selama Kamp Tzu Shao Ban menjelaskan tujuan pelaksanaan kamp adalah untuk membina siswa agar mengerti budi pekerti, melakukan kebajikan, serta berbakti kepada orang tua. “Kita mau mencetak anak yang baik sehingga bisa bersumbangsih ke masyarakat. Apalagi siswa Tzu Shao adalah anak-anak yang sudah menuju remaja, jadi kelas ini supaya bisa mengarahkan mereka mempunyai tujuan yang baik di masa depan mereka.” tambahnya.
Dalam menghadapi tujuan hidup dalam bermasyarakat suatu hari nantinya, setiap anak perlu dibekali suatu motivasi tentang kesuksesan, kebahagiaan, dan kehidupan bermakna. Untuk menggapai impian setiap anak harus belajar dan bekerja keras dengan sepenuh hati dan tekun, juga memiliki rasa percaya diri, serta pantang menyerah ketika menghadapi banyak rintangan, tantangan, dan hambatan.
Melalui kelas budi pekerti ini, Pindi Kisata pun mengajak siswa untuk tumbuh menjadi sosok yang penuh percaya diri dan tidak pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan. “Suatu hari generasi penerus kita bisa menjadi generasi yang lebih hebat, yang bisa berbuat lebih banyak untuk diri mereka, keluarga, masyarakat, negara, dan dunia,” tuturnya. “Anak-anak jika ada kesulitan, jangan mudah menyerah. Jika gagal coba lagi, coba lagi, coba lagi, sampai sukses,” imbuh Pindi.
Setiap siswa juga diajarkan untuk selalu bersyukur, berpuas diri, dan menghargai apa yang telah dimiliki, serta mampu menerima segala hal termasuk di dalamnya kegagalan. Bila setiap anak mampu menerima kegagalan akan membentuk suatu kepribadian yang kuat.
Penampilan drama Menggapai Cita-Cita Masa Depan yang diperankan oleh anak-anak kelas Budi Pekerti Tzu Chi bagi Tzu Shao Ban untuk dipersembahkan kepada orang tua mereka.
Di akhir kegiatan, masing-masing siswa mendapatkan sertifikat dan suvenir.
Seperti Henry Tjahja (16 tahun) yang telah mengenal kelas budi pekerti sejak 2015. Dari kelas budi pekerti ia memperoleh banyak hal termasuk bagaimana berkomunikasi yang baik, bekerja sama dalam tim, berkreasi, dan ia pun mengaku ingin menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. “Saya ingin membahagiakan orang tua juga mendapatkan prestasi yang baik supaya ke depannya bisa menjadi lebih orang yang lebih baik,” kata Henry Tjahja. Baginya waktu sebenarnya sangat terbatas. “Kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan saat itu. Saya akan mencoba membagi waktu yang efisien sehingga bisa belajar dengan baik,” tambahnya.
Berbeda lagi degan Valen Velencia (12 tahun) yang terbikti bisa mengubah sikapnya setelah ikut kelas budi pekerti. Sebelum mengenal budi pekerti Tzu Chi, Valen memiliki kenakalan seperti anak-anak lainnya. Ia suka memarahi dan membentak orang tuanya, mencubit serta memukul adiknya. Seiring dengan mengenal budi pekerti Tzu Chi, kenakalan tersebut berubah, ia menjadi seorang anak yang berbakti dan menjadi kakak yang sayang terhadap adik. Bagi Valen, tidaklah cukup baginya untuk mengutarakan rasa terima kasih kepada orang tua dan membalas kebaikan orang tua. “Waktu adalah kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga, berinteraksi dengan teman, menjadi anak yang baik,” ujar Valen.