Pelatihan Abu Putih I yang digelar di Kantor Tzu Chi Tebing Tinggi ini diikuti sebanyak 37 relawan dan sukarelawan dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Perjalanan ribuan mil dimulai dari satu langkah. Tekad yang kokoh akan menembus segala rintangan. Inilah yang menjadi semangat 37 relawan Tebing Tinggi kala mengikuti Pelatihan Abu Putih, pada Minggu 22 Mei 2022.
Baksos pembagian sembako menjadi suatu pengikat jalinan jodoh bagi relawan yang mengikuti pelatihan Abu Putih ini saat bergabung dalam barisan Bodhisatwa dunia dalam keluarga besar Tzu Chi. Baksos pembagian sembako cinta kasih ini adalah sarana membuka pintu hati para sukarelawan dan donatur untuk mengenal Tzu Chi lebih mendalam dan mengajak banyak orang merasakan sukacita dalam melakukan kegiatan tersebut.
Selesai kegiatan tersebut apakah jodoh dengan sukarelawan dan donatur berhenti? Tentu saja tidak. Melalui kegiatan tersebut relawan menggerakkan hati para sukarelawan dan donatur bahwa berkegiatan saja tidak cukup namun kita juga membutuhkan pembinaan ke dalam bathin.
Sukacita setelah selesai berkegiatan akan terasa dalam jangka waktu yang singkat karena masih ada timbul kerisauan ketika bertemu hal–hal yang tidak menyenangkan. Namum melalui pembinaan bathin ke dalam, maka sukacita yang dirasakan para sukarelawan dan donatur tentu akan bertahan lama. Untuk itulah tujuan Pelatihan Abu Putih ini dilaksanakan.
Yang berbeda dari pelatihan kali ini ada beberapa relawan penyandang disabilitas yang tetap semangat mengikuti setiap sesi demi sesi. Ketidaksempurnaan fisik tak menjadi rintangan bagi mereka untuk membina bathin.
Dalam kegiatan yang diikuti 22 relawan Abu Putih dan 15 sukarelawan sebagai peninjau juga diikuti komunitas penyandang disabilitas. Keterbatasan fisik bukanlah suatu penghalang tekad mereka dalam mengikuti pelatihan ini.
“Pelatihan kali ini terasa agak berbeda karena peserta kita dari berbagai latar belakang yang berbeda misalnya dari komunitas Laot Tador dan penyandang disablitas di mana semua berbaur menjadi sebuah keluarga besar Tzu Chi,” tutur Elin Juwita selaku penanggung jawab dalam kegiatan kali ini.
Tampak peserta pelatihan benar–benar menyimak semua materi yang disampaikan para pembicara. Pelatihan ini tentunya yang paling utama bisa membina bathin ke dalam dan praktek keluar melalui berbagai kegiatan sehingga jiwa kebijaksanaan bisa tumbuh dalam diri setiap relawan. Yang juga luar biasa kali ini ada beberapa penyandang disabilitas yang ikut serta dalam pelatihan ini.
Para pemateri dengan semangat dan penuh perhatian menyampaikan setiap materi. Salah satunya mengenai Tata Krama Insan Tzu Chi, yang mana relawan langsung mempraktikkan tata krama saat makan kepada peserta pelatihan.
Sesi demi sesi diikuti setiap peserta dengan semangat dan sukacita. Pemaparan materi yang disampaikan setiap speaker diharapkan bisa menjadi sebuah inspirasi yang dapat diterapkan dalam kehidupan mereka. Adapun materi yang disampaikan meliputi Tata Krama Insan Tzu Chi, Organisasi Tzu Chi, dan Bodhisatwa Dunia Bagai Petani Lahan Berkah.
Para peserta juga diajak bermain dalam Games. Dalam Games tersebut peserta belajar untuk berkonsentrasi dan kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Pada saat makan siang, peserta pelatihan langsung diajak untuk mempraktikkan tata krama makan dan duduk yang telah disampaikan sebelumnya dengan diperhatikan masing – masing Duifu. Relawan juga memperagakan isyarat tangan dengan mengajak seluruh peserta pelatihan ikut memperagakan juga.
Para peserta juga diajak bermain dalam Games untuk belajar berkonsentrasi dan kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Di akhir kegiatan, para peserta diajak untuk sharing tentang apa yang mereka dapatkan dalam pelatihan hari itu. Buyung Razali, salah seorang peserta merasakan bahwa Tzu Chi adalah sebuah berkah bagi dirinya karena dengan keterbatasan fisik yang ia miliki, ia masih bisa bersumbangsih.
Jalinan jodoh Buyung Razali dengan Tzu Chi yang dimulai dari baksos pembagian sembako hingga hari ini menjadi relawan tidak pernah terbersit sama sekali dalam benaknya. Keterbukaan dan ketulusan relawan dalam mendampinginya menumbuhkan tekadnya untuk menggunakan anggota tubuh yang lain untuk bisa bersumbangsih bagi masyarakat.
“Saya merasakan ketulusan dari relawan kepada saya dengan kondisi saya ini. Bahkan relawan mengajak saya menggunakan kedua tangan saya untuk melakukan daur ulang,” ujarnya.
Sementara itu bagi Idawati, peserta lainnya, ia merasakan bahwa Tzu Chi adalah sebuah rumah yang bisa mengisi kekosongan dalam hatinya. Apalagi setelah mendengarkan ajaran Master Cheng Yen, ia menjadi tahu bagaimana seharusnya memaknai hidup ini. Idawati yang mempunyai seorang anak yang menderita gagal ginjal dan juga menjadi salah satu penerima bantuan Tzu Chi ini merasa diberi kesempatan untuk bisa bersumbangsih kembali kepada yang membutuhkan.
Buyung Razali, salah seorang peserta merasakan bahwa Tzu Chi adalah sebuah berkah baginya karena dengan keterbatasan fisik yang ia miliki, ia masih bisa bersumbangsih.
“Sebelumnya saya sangat galau dan sedih melihat putra tunggal saya ini. Awalnya kondisinya sangat lemah, namun dia sangat tegar. Malahan dia yang berusaha menguatkan kondisi batin saya. Dia rajin baca Sutra dan aktif ke vihara sebelum sakit, namun beliau bisa menerima keadaan ini karena dia percaya dengan karma masa lalu. Semenjak saya ikut kegiatan Tzu Chi, beberapa kali saya melihat penerima bantuan yang jauh lebih susah dari saya, saya sudah bisa bersyukur memiliki anak yang baik dan tegar,” tutur Idawati.
Idawati berterima kasih kepada Tzu Chi karena telah dibantu berupa biaya cuci darah dan obat-obatan jangka panjang bagi anaknya. “Saya harus giat melakukan kebajikan di Tzu Chi walaupun saya harus menjaga anak saya,” tambahnya.
Kegiatan ini kemudian ditutup dengan doa bersama. Semoga melalui kegiatan ini semakin banyak benih cinta kasih yang bersemai di hati para relawan, sukarelawan dan donatur. Sehingga semakin banyak hati yang tergerak untuk bisa bersumbangsih bagi yang membutuhkan. Dalam perbuatan baik membutuhkan kamu, saya, dan dia. Tangan yang saling berangkulan akan semakin memperkokoh untuk membebaskan penderitaan para makhluk.
Editor: Khusnul Khotimah