Menggenggam Kesempatan Berbuat Kebajikan

Jurnalis : Erli Tan, Fotografer : Erli Tan, Yusniaty (He Qi Utara 1)

doc tzu chi

Sebanyak 43 orang mendonorkan darahnya pada donor darah yang pertama kalinya diadakan di Sekolah Permai pada 25 Maret 2017.

Banyak cara untuk berbuat kebajikan, di antaranya melalui sumbangsih dana, tenaga, waktu, dan pikiran. Walau begitu banyak cara, namun tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama. Seperti yang terjadi pada bakti sosial donor darah tanggal 25 Maret 2017 di Sekolah Permai, Muara Karang, Jakarta Utara. Sebanyak 80 orang datang mendaftarkan diri di baksos yang pertama kalinya diadakan di sekolah ini, namun tercatat hanya 43 orang yang lolos tes dan berhasil mendonor. Bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia, kegiatan ini akan rutin diadakan di sekolah ini 3 bulan sekali.

Adapun antusias donor datang dari para orang tua murid, guru, dan siswa Sekolah Permai. Tidak sedikit di antara mereka yang baru pertama kali mendonorkan darahnya. Namun rasa khawatir yang sempat menghinggap akhirnya tidak berarti apa-apa setelah mereka berhasil mendonorkan darah. “Perasaan senang ya, pertama donor darah rasanya waswas, kayaknya entah bisa lolos nggak, wah ternyata bisa, saya senaaang sekali,” ucap Sumeri Intan menarik panjang kata senang sambil menutup mata. Sumeri adalah salah satu orang tua murid, ia mendapat surat pemberitahuan dari anaknya yang sekolah di sini. Sejak pagi jam 8 ia sudah tiba dan menunggu giliran dengan sabar. Selesai mendonor, Sumeri yang tinggal di Muara Angke ini pun berjanji selanjutnya akan mendonor lagi secara rutin.

Dari 80 calon donor yang mendaftar, sebagaian gagal mendonor karena kadar HB tidak sesuai.


Sarwanti (50), guru bidang Ekonomi yang telah mengabdi 22 tahun di Sekolah Permai ini menyambut gembira diadakannya baksos donor darah ini.

Tidak berbeda dengan Cyntia, siswa SMA kelas 3 Sekolah Permai yang baru berusia 17 tahun ini juga pertama kali mendonorkan darahnya. Bersama 6 orang temannya ia ikut mendaftarkan diri, tapi hanya 2 orang di antara mereka yang lolos dan berhasil mendonor. Walau usianya masih muda, tapi ia mau mendonor. Walau agak takut dengan jarum suntik, tapi ia memberanikan diri karena ia berpikir, selagi sempat maka harus segera bersumbangsih. “Dari yang saya tahu, donor darah itu memang banyak manfaatnya. Dan rasanya senang sih bisa berdonor, karena lagi sempat dan bisa berbuat baik sebelum terlambat,” terang anak kedua dari 4 bersaudara yang tinggal di Grisenda ini. Ia pun merasa dirinya beruntung jika dibanding teman-temannya yang tidak lolos tes dan tidak bisa mendonor.

Sementara itu, salah satu guru Sekolah Permai yang juga mendapatkan kesempatan berdonor adalah Sarwanti. Guru yang telah mengabdi di bidang Ekonomi sejak 22 tahun lalu di sekolah ini sudah lama mendambakan untuk mendonor. Selama ini ia tidak bisa mendonor dikarenakan lokasi tempat tinggal dan faktor waktu. “Kami bersyukur sekali, Tzu Chi bekerjasama dengan Sekolah Permai untuk mengadakan ini. Jadi apa yang saya pikirkan bisa tersampaikan tanpa saya harus ke mana-mana. Saya bersyukur sekali karena saya memang pengen mendonor,” ungkap Sarwanti yang tinggal di Tangerang ini. Menurutnya, apa yang dapat ia berikan bukanlah sesuatu yang besar, namun ia berharap dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Ia pun berusaha menjaga fisik agar syarat berdonor dapat terpenuhi. “Saya bersyukur sekali saya bisa lolos, dan saya sudah berusaha tadi malam tidur jam 9 supaya bisa memenuhi syarat,” ujar Sarwanti.

Cyntia (17), murid kelas 3 SMA Sekolah Permai bersama teman-temannya datang mendaftarkan diri untuk mendonor, ia adalah salah satu yang lolos tes dan berhasil mendonor.


Lily Tang Shijie (kanan) rajin mengonsumsi jus buah bit dan wortel agar dapat memenuhi syarat mendonor.

Begitu pula dengan Lily Tang Shijie, salah satu relawan Tzu Chi yang turut mendonor, ia juga berupaya agar dapat memenuhi syarat. Akhir November lalu ia gagal mendonor karena HB tidak mencukupi, kali ini ia kembali mencoba. “Hari ini saya merasa sangat gembira, karena akhirnya berhasil untuk donor darah lagi. Karena dari muda kan darah saya selalu ada masalah, kata dokter mild anemia, jadi gak bisa sumbang darah kan.. nah belakangan itu udah bisa, trus mau sumbang lagi gak bisa,” ungkap Lily.

Donor darah sepertinya telah menjadi kewajiban bagi dirinya, agar dapat kembali mendonor, ia pun berupaya mengkonsumsi asupan yang dapat menaikkan kadar HB-nya. “Setiap pagi seminggu minimal 2 kali saya minum jus buah bit dan wortel, dan hari ini dicek tadi darahnya 12,9 jadinya bisa donor,” ucap Lily dengan gembira.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh 15 relawan Tzu Chi dan 8 anggota PMI ini berakhir dengan baik. Para donor antusias menyalurkan cinta kasih mereka. Suatu pengalaman baru bagi mereka yang pertama kali mendonorkan darah, namun yang paling penting adalah melalui kegiatan ini, Tzu Chi telah berupaya sehingga bibit cinta kasih dari para pendonor pun telah bertunas, dan semoga tunas cinta kasih ini dapat berkembang terus di tengah masyarakat.


Artikel Terkait

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -