Pada sesi bedah buku Hu Ai Pluit Ai Xin, Youmi menanggapi tentang ketidakkekalan, bahwa kita tidak tahu hari esok atau ketidakkekalan yang datang duluan. Tapi kita harus hadapi dan terima jika ketidakkekalan itu datang. Karena itu, di kehidupan saat ini kita harus melatih diri.
Saat mendapat kabar seorang relawan Tzu Chi yang berhalangan menjadi moderator bedah buku karena kondisi kesehatan, maka Youmi sebagai koordinator bedah buku komunitas Hu Ai Pluit Aixin (He Qi Utara 2) langsung bertanya di grup whatsapp Bedah Buku, “Shixiong Shijie, ini ada ladang berkah untuk jadi moderator tanggal 12 Mei 2021, siapa yang mau jadi moderator?”. Tanpa menunggu lama Wim Febrianto (25) langsung menawarkan diri, “Saya mau Shijie, jika diberi kesempatan saya mau belajar jadi moderator”.
Akhirnya Wim pun mendapatkan materi dari video Master Cheng Yen Bercerita berjudul Khayalan Si Miskin. Ia langsung menyiapkan materi dan mengirimnya ke Youmi. Menurut Youmi, Wim bener-bener menyimak dan bisa mengambil inti-inti dari materi yang akan di-sharingkan.
“Di sinilah kita bisa liat niat dia untuk menjadi moderator. Memang awalnya banyak pertimbangan tapi jika tidak dicoba kita tidak akan tahu, selama kita dampingi dari persiapan hingga akhir, dia pasti akan tetap bisa di jalurnya,“ ungkap Youmi.
Khayalan Si Miskin
Wim Febrianto sebagai moderator mengulang ucapan Master Cheng Yen, bahwa yang paling penting adalah menggenggam niat saat ini, inilah yang paling nyata, namun kita sering memikirkan apa yang dilakukan orang terhadap kita di masa lalu dan memikirkan bagaimana cara membalasnya di masa depan. Kita malah lupa menggenggam niat baik saat ini.
Bedah Buku yang berlangsung pada 12 Mei 2021 secara online itu dihadiri 25 partisipan. Mereka diajak untuk menonton video Master Cheng Yen Bercerita yang berjudul Khayalan Si Miskin. Setelah menonton video, Wim Febrianto pun menyimpulkan materi sharingnya yaitu:
- Jangan biarkan pikiran kita mengembara dengan liar, setiap saat kita harus menjaga pikiran kita bisa menyatu dengan hati Buddha.
- Jangan ada pikiran pengganggu dalam batin kita. Masa lalu dan masa depan adalah pikiran pengganggu yang semu.
- Kita harus fokus pada pikiran saat ini dengan sama-sama berlatih sepenuh hati untuk memiliki hati Buddha.
- Kita juga harus memiliki tekad yang sama yakni membentangkan jalan bagi dunia dengan cinta kasih, inilah jalan bodhisatwa yang lapang dan rata.
Wim Febrianto mengungkapkan bahwa awal sharing ia agak gugup sehingga masih banyak kesalahan dalam berbicara baik intonasi ataupun artikulasinya. Tapi baginya Dharma Master Cheng Yen sama dengan ajaran Katolik yang dianutnya, sama-sama berjalan lurus. Selama mengikuti bedah buku ia merasa Dharma Master Cheng Yen selalu mengingatkan ia untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Rabu 12 mei 2021, di akhir kegiatan bedan buku, 25 partisipan foto bersama, saling berterima kasih, dan memberi semangat untuk tim bedah buku Pluit Ai Xin.
“Maka saat Youmi bertanya di grup Bedah Buku, saya pun langsung menawarkan diri dan mengambil kesempatan ini. Saya memilih topik ketidakkekalan dalam hidup kita, karena saya merasa momen sekarang yang kita jalani itu adalah momen paling tepat,” ucap Wim. “Master sering menyampaikan kita harus menggenggam saat ini dan mempertahankan niat baik yang timbul meski niat itu hanya muncul seketika,” lanjutnya.
Selesai sesi bedah buku, Wim pun mengucapkan Gan En (terima kasih) kepada Youmi dan tim bedah buku yang telah memberi kesempatan dan selalu mendukungnya dari awal hingga akhir kegiatan.
Editor: Erli Tan