Henny memberikan teh hangat kepada pasien yang sedang menunggu di ruang tunggu.
“Saya berharap semua orang dapat bersungguh hati dan menggenggam setiap waktu. Jangan sia-siakan sedetik pun”, pesan Master Cheng Yen di “Lentera Kehidupan” yang disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAI TV pada 19 Desember 2021, berjudul “Mempraktikkan Dharma hingga Selamanya”. Pesan ini selalu diingat oleh Meidiana yang sedang bertugas sebagai Relawan Pemerhati di Rumah Sakit Cinta Kasih (RSCK), Cengkareng.
Pagi itu, 21 Desember 2021. Mendung dan gerimis tak menghalanginya untuk tetap berangkat, bersumbangsih dengan tetap mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan Pemerintah.
Meidiana sedang fokus menutup termos.
Dengan satu pesan dari Master Cheng Yen di atas, Meidiana yang sudah menjadi relawan Tzu Chi sejak 2014, selalu ingat bahwa hidup ini penuh dengan ketidakkekalan dan ketidakpastian. Inilah yang akhirnya menjadi pendorong dirinya untuk mengatur waktu dengan baik, antara di rumah dan bersumbangsih di Tzu Chi.
“Hanya tiga jam menjadi relawan pemerhati di RSCK, sudah sangat berarti bagi saya,” ujarnya.
Lalu apa yang harus disiapkan sebelum menjadi relawan pemerhati rumah sakit?
“Saya belajar untuk mengenal dulu apa yang harus saya lakukan, pahami dulu kondisi di Rumah Sakit, setelah itu baru saya bersumbangsih,” tutur Meidiana.
Meidiana dan Henny bekerjasama menyajikan teh hangat dan berinteraksi dengan pasien.
Bagi Meidina, jika seseorang mempunyai niat tulus untuk bersumbangsih, walaupun ada kendala, pasti bisa melewati semuanya.
“Tak ada kendala sampai saat ini, malah saya merasakan manfaat saat menjadi relawan pemerhati di RSCK. Seperti salah satu pesan Master Cheng Yen adalah melihat penderitaan orang lain, kita bisa menyadari berkah kita. Dengan melihat langsung pasien yang susah berjalan, pasien yang mengalami kesakitan atau pucat di ruang tunggu, saya jadi mikir bahwa saya sangat bersyukur saya masih sehat, masih bisa bersumbangsih, melayani orang walaupun hanya dengan sumbangsih kecil, memberi secangkir teh hangat, saya sudah benar-benar bersyukur,” tutur Meidiana.
Pagi itu, Meidiana sangat sibuk membuat teh hangat. Total tujuh termos dibuat untuk disajikan kepada para pasien yang sedang menunggu di ruang tunggu, ataupun tim medis (para dokter, perawat, staff dan satpam) yang berada di RSCK, baik di gedung baru maupun di gedung lama.
Henny menawarkan secangkir teh hangat kepada pasien yang sedang berobat.
“Saya cuma pengen bukan hanya pasien saja yang merasakan perhatian, kehangatan dan kesan baik dari para relawan Tzu Chi, tapi juga tim medis yang bekerja di RSCK agar mereka bisa tambah semangat saat bekerja sehingga pasien juga bisa diobati dengan sabar. Intinya semua yang ada di RSCK merasakan ada perhatian dari setiap relawan Tzu Chi, walaupun hanya secangkir teh hangat. Karena inilah yang selalu dihimbau oleh Master Cheng Yen di setiap wejangannya.”
Meidiana dibantu oleh Henny, yang merupakan relawan baru. Mereka dapat bekerjasama dengan sangat harmonis. Meidiana yang menuangkan teh ke gelas dan Henny yang bertugas untuk memberikan teh ke pasien dan tim medis. Dan ternyata hari itu adalah pertama kalinya mereka berdua bertemu.
Meidiana dan Henny baru pertama kali dan bekerjasama selama tiga jam dengan harmonis.
“Saya yakin setiap relawan yang mau bergabung dan bersumbangsih menjadi relawan pemerhati di RSCK, pasti sama seperti saya, yaitu punya tujuan yang baik, yaitu mau melakukan kebajikan. Untuk menjaga hubungan dengan relawan lain di setiap kegiatan Tzu Chi, kita tetap ingat pesan Master Cheng Yen yaitu Gan En, Zun Zhong, Ai (bersyukur, menghormati, mengasihi),” terang Meidina.
Pesan penting itu harus diingat, apalagi kepada relawan baru, mereka harus dibimbing. Kegiatan relawan pemerhati pun selesai pada pukul 12.00 siang. Lalu Meidiana dan Henny pamit dari RSCK dan melanjutkan kesibukan lainnya.
“Dengan menggenggam waktu yang ada, kita dapat membina berkah dan kebijaksanaan”
(Dharma Master Cheng Yen)
Editor: Khusnul Khotimah