Menggunakan Ketulusan dan Cinta Kasih

Jurnalis : Erli Tan, Fotografer : Juliana Santy, Henry Tando, Willy

Dalam pelatihan 4in1 Indonesia yang dilaksanakan pada 31 Mei – 2 Juni lalu, sebanyak 578 orang datang untuk mengenal lebih dalam misi dan visi Tzu Chi.

Mencermati perkembangan relawan Tzu Chi Taiwan dan dunia yang makin meningkat jumlahnya, maka dibutuhkanlah sebuah manajemen dan sistem yang memadai. Begitupun di Indonesia, relawan Tzu Chi diharapkan semakin banyak dan terorganisir dengan baik. Xu Yu Feng dalam pelatihan 4in1 Indonesia yang dilaksanakan 31 Mei – 2 Juni lalu, membawakan materi dengan topik Kesetaraan dalam Welas Asih – Setiap Orang Adalah Xieli. Yufeng mengatakan bahwa 4in1 adalah He Xin, He Qi, Hu Ai, dan Xie li, lalu fungsional inilah yang sebenarnya menjadi pusat komunikasi antar relawan. Sejak tahun 2003 telah dimulai program 4in1, karena kondisi tiap komunitas berbeda, maka memiliki cara penanganan yang berbeda pula, namun tetap berfokus pada Ketulusan (Cheng) dan Cinta Kasih (Qing). “Kesetaraan dalam welas asih, artinya tiap fungsional di He Xin He Qi Hu Ai sebenarnya juga adalah anggota Xie li, dan tiap anggota Xie li juga merupakan anggota Hu Ai, He Qi, He Xin. Sesuai dengan Li ti liu li tong xin yuan, maka setiap orang adalah Xie li dan setiap orang juga adalah He Xin,” terangnya.

Yu Feng mengimbau bahwa setiap orang dalam komunitas Tzu Chi adalah setara adanya. “Di Tzu Chi, kita semua adalah saudara sedharma, mesti saling perhatian,” tegasnya. Yu Feng memaparkan tata cara yang sudah diterapkan di Taiwan, termasuk di dalamnya adalah menggalakkan setiap orang menjalankan misi amal, dan di atas semua itu yang terpenting adalah perhatian antar saudara sedharma (fa qin guan huai). “Relawan yang sudah lama tidak aktif, kita harus membantu mereka membangkitkan kembali niat awal mereka. Pendampingan relawan baru juga sangat penting untuk dilakukan,” ujarnya.

Dalam sharingnya, Xu Yu Feng (Kanan yang memegang mike) menerangkan jika setiap insan Tzu Chi adalah kesayangan bagi Master Cheng Yen, ibarat butiran mutiara. Sebagai insan Tzu Chi hendaknya dapat membantu Sang Guru untuk merangkul kembali bila ada yang butiran mutiara yang terlepas agar kembali menjadi sebuah untaian mutiara yang indah.

Pada kesempatan itu Yu Feng juga bercerita beberapa contoh fa qin guan huai yang sudah pernah mereka lakukan di Taiwan. Perhatian antar saudara sedharma ini mereka lakukan secara rutin, sehingga relawan yang diberi perhatian dapat merasakan kembali kehangatan keluarga besar Tzu Chi. Selain itu juga membangkitkan kembali niat awal mereka bergabung di Tzu Chi. Dengan demikian akhirnya mereka pun kembali masuk ke Jalan Bodhisatwa Tzu Chi. Bukan hanya itu, relawan yang mengalami masalah dalam rumah tangga juga diberi perhatian, dibantu, diberi dukungan moril, dan didampingi sehingga dapat melewati masa-masa sulitnya. Pedoman dasar yang membuat semua ini berhasil adalah karena adanya Ketulusan (Cheng) dan Cinta Kasih (Qing) dari tim guan huai (tim pemberi perhatian). “Kita harus membantu Master (Cheng Yen) merangkai kembali butir-butir mutiara yang telah bercecer tersebut.” Maksud Yu Feng, setiap insan Tzu Chi adalah kesayangan bagi Master Cheng Yen ibarat butiran mutiara, sebagai insan Tzu Chi hendaknya dapat membantu Sang Guru untuk merangkul kembali bila ada yang terlepas. Menurutnya, setiap orang juga adalah tim guan huai, terhadap relawan yang sama-sama berada di jalan yang sama hendaknya bisa saling memberi perhatian. Perhatian itu bisa saja yang berhubungan dengan kesehatan, keluarga, ucapan ulang tahun, dll.

Enam Paramita dan Praktik Menyeluruh

Di Taiwan telah disosialisasikan pelaksanaan Liu Du Wan Xing, artinya Enam Paramita Dipraktekkan Menyeluruh. Menurut You Chun Niang yang juga sharing setelah Yu Feng, Enam Paramita Liu Du adalah tujuan (mazhab Tzu Chi), dan Wan xing adalah arah (praktik di jalan bodhisatva). Caranya sangat banyak, yaitu melalui banyak kegiatan. Paramita Dana, dengan cara membangkitkan sifat welas asih, galang hati galang dana, survei kasus. Paramita Sila, dengan cara menggalakkan program vegetarian, sosialisasi vegetarian dan pelestarian lingkungan. Paramita Kesabaran, dengan cara terjun ke dalam masyarakat, menyebarkan cinta kasih, menyucikan hati manusia. Paramita Semangat, dengan cara membina jiwa kebijaksanaan, menggalang bodhisatva. Paramita Samadhi, dengan cara fa qin guan huai. Paramita Kebijaksanaan, dengan cara mendengar dharma, Xunfaxiang, meningkatkan kebijaksanaan sehingga masyarakat harmonis.

Menurut Chun Niang, menerapkan Enam Paramita dalam kehidupan bukanlah beban, karena sebenarnya hal tersebut sudah dipraktikkan oleh kita tanpa kita sadari selama ini.

Salah satu kegiatan yang cukup menarik yang telah mereka terapkan adalah chahui keluarga (acara gathering minum teh di rumah dengan nuansa keluarga dan sharing mengenai Tzu Chi). Menurut Chun Niang, pada masa awal Tzu Chi, chahui ini efektif untuk menggalang donatur maupun bodhisatwa (relawan) baru. Ia berpikir, dulu bisa berhasil, sekarang juga harusnya masih efekif. Bedanya, chahui keluarga ini pemilik rumahlah yang mengumpulkan peserta dan menyediakan segala sesuatunya, insan Tzu Chi cukup datang beberapa orang lalu guan huai dan sharing mengenai Tzu Chi. Biasanya peserta yang diajak pemilik rumah adalah keluarga dan teman-temannya. Pernah ada pesertanya hanya dua orang, yaitu hanya pemilik rumah. Walau begitu chahui ini tetap efektif, karena setelah chahui itu, sang istri mulai bergabung menjadi DaAi Mama. Kegiatan chahui ini juga merupakan salah satu cara mempraktikkan Liu Du Wan Xing. Menurut Chun Niang, Enam Paramita ini bukanlah beban, karena sebenarnya sudah dipraktekkan selama ini.


Artikel Terkait

The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -