Menghangatkan Jasmani Oma dan Opa

Jurnalis : Rangga Setiadi (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Rangga Setiadi (Tzu Chi Bandung)
 
 

fotoSentuhan hangat relawan Tzu Chi Bandung, Henny Wijaya, saat menggandeng tangan para oma sambil menyanyikan lagu isyarat tangan 'kita satu keluarga', menentramkan hati para penghuni panti.

Cuaca Bandung yang mendung dengan suhu 19 derajat Celsius menemani perjalanan relawan Tzu Chi Perwakilan Bandung, untuk melakukan kunjungan kasih pada hari Rabu, 16 Juni 2010, ke Panti Wreda Nazaret yang bertempat di Jl. Cikutra No. 7, Bandung.

Pukul 09.30 para relawan tiba di panti yang mayoritas dihuni oleh para oma. Para relawan langsung bercengkrama dan bersalaman dengan para oma dan suster. Lagu isyarat tangan “Satu Keluarga” dan “Sebuah Dunia Yang Bersih” menjadi pembuka pada kegiatan ini. Para oma tampak antusias ketika relawan mengajak menyayikan lagu isyarat tangan. Tanpa kesulitan para oma pun mampu mengikuti lagu isyarat tangan beserta mengikuti gerakannya.

foto  foto

Ket : - Tidak hanya menghibur, para relawan juga memberikan pelayanan potong rambut kepada para                    penghuni panti.(kiri)
         - Tidak hanya para penghuni panti, kebahagiaan juga dirasakan oleh relawan Tzu Chi Bandung yang             mendapatkan kesempatan untuk berbuat kebajikan. (kanan)

Melengkapi Jasmani
Panci, mangkuk dan sendok tersusun rapih di meja itu. Begitu tutup panci dibuka oleh relawan Tzu Chi, asap dan aroma bubur kacang hijau yang hangat berhembus, dan mengitari suasana di aula panti. Bubur kacang hijau bergizi yang dibuat dengan penuh dengan cinta kasih oleh para relawan akan dibagikan. Tidak berlama-lama, para relawan yang dibantu para suster panti langsung membagikan bubur kacang hijau kepada para oma dan opa. Para oma begitu menikmati santapan pagi ini. Tidak itu saja, para relawan pun menyuapi semangkuk bubur kacang hijau kepada para oma dengan penuh kasih. Kegiatan yang lainnya pada hari itu diantaranya adalah pijat, cukur rambut, gunting kuku serta pembagian makanan ringan dan Bulletin Tzu Chi.


Beberapa oma tampak memakai kain sarung dan mantel (sebuah baju dengan bahan tebal untuk menghangatkan tubuh-red), hal ini dikarenakan dinginnya udara kota Bandung pagi itu. Kunjungan ini dihadiri oleh 6 orang relawan, yang terdiri dari 3 relawan biru putih dan 3 relawan abu putih. Meskipun hanya terdiri dari 6 orang relawan, namun mereka mampu menghangatkan dan menghidupkan suasana di aula panti yang terdiri dari 31 oma dan 2 opa.
Setelah para relawan melayani oma dengan gunting kuku dan cukur rambut, acara pun dilanjutkan dengan bernyanyi bersama. Para oma begitu antusias dengan kegiatan yang satu ini. Tidak hanya bernyanyi bersama saja, beberapa oma dengan penuh percaya diri maju ke depan untuk bernyanyi seorang diri.


Oma Sudarti asal Klaten, Jawa Tengah adalah salah satu oma yang paling aktif pada hari itu. Meskipun dengan penglihatannya yang sudah mulai kabur namun tidak menyurutkan dirinya untuk tetap tampil atraktif di panti itu. Bengawan Solo, merupakan nyanyian pembuka yang ia suguhkan. Sambil meliuk-liukan pinggulnya ia begitu percaya diri dan lancar dalam menyanyi, walaupun umurnya sudah berkepala delapan namun itu semua bukan merupakan halangan baginya. Penampilan dari oma Sudarti ternyata memancing para oma lainnya untuk bernyanyi. Sebanyak lima orang oma dan satu orang opa turut mengambil andil dalam bernyanyi dan membuat keceriaan di panti itu.

foto  foto

Ket : - Dengan adanya kunjungan para relwan Tzu Chi, para oma tidak merasa kesepian, karena mereka             merasa diperhatikan, dan memiliki teman untuk berbagi cerita. (kiri)
         - Kebahagiaan terpancar dari wajah Oma Sudarti (kiri) saat berjoged sambil bernyanyi dengan relawan             Tzu Chi, Margaretha Teguh (kanan).


Melatih Cinta Kasih
Kunjungan kasih seperti ini bisa dikatakan sebagai ajang melatih diri untuk bisa mencintai dan memberi perhatian yang lebih kepada sesama ataupun orang tua tanpa harus memandang status. “Kunjungan kasih biasa kita lakukan rutin setiap bulan. Kita merasakan, karena kehidupan manusia itu ada pada saat lahir, dan ada masa tua. Kalo kita bisa kunjungan kasih seperti ke panti jompo ini, kita merasakan oma dan opa seperti orang tua sendiri,” ujar Roselyn, salah satu relawan Tzu Chi yang mengunjungi panti ini. “Kita sebetulnya melatih cinta kasih kita untuk berbagi, dan menganggap mereka itu seperti opa oma kita sendiri, supaya mereka terhibur dan juga bisa merasa senang,” tambahnya.


Jam sudah menunjukan pukul 11.30. Para relawan berpamitan kepada para oma opa. Tidak pulang begitu saja, mereka semua bernyanyi bersama dahulu sambil berpegangan dengan membentuk lingkaran. “Mari pulang, marilah pulang, marilah pulang, bersama-sama.” Penggalan lirik dari lagu tersebut menutup perjumpaan insan Tzu Chi dengan para penghuni di panti Wreda Nazaret. Umur setiap orang akan terus bertambah dan semakin tua, namun cinta dan kasih sayang yang tulus akan selalu abadi bersama kita semua.

  
 
 

Artikel Terkait

Kunjungan Mahasiswa National Defense Medical Center, Taiwan

Kunjungan Mahasiswa National Defense Medical Center, Taiwan

24 Juli 2024

Eksistensi Tzu Chi Indonesia yang mampu berkolaborasi dengan pemerintah dan unsur masyarakat memantik rasa ingin tahu para mahasiswa National Defense Medical Center, Taiwan untuk bertandang ke Tzu Chi Center, PIK.

Berbagi Kasih dengan Opa dan Oma di Panti Tresna Werdha Nirwana Samarinda

Berbagi Kasih dengan Opa dan Oma di Panti Tresna Werdha Nirwana Samarinda

12 Februari 2024

Komunitas Relawan Tzu Chi APP Regional Kalimantan Timur berbagi kasih dengan 110 penghuni panti jompo Tresna Werdha Nirwana Samarinda. 

Mengembangkan Layar Cinta Kasih ke Tebing Tinggi Okura

Mengembangkan Layar Cinta Kasih ke Tebing Tinggi Okura

29 Maret 2018
Relawan Tzu Chi kembali mempererat jalinan jodoh ini dengan mengadakan bakti sosial pengobatan umum dan gigi di Kantor Kelurahan Tebing Tinggi Okura yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai buruh tani di kebun sawit dan menderes karet (25/3/2018).
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -