Menghargai dan Membalas Budi Luhur Orang Tua

Jurnalis : Agus Lee, Nopianto(Tzu Chi Batam), Fotografer : Nopianto, Santoso(Tzu Chi Batam)

doc tzu chi

Suasana terharu pun memenuhi lokasi perayaan Hari Ibu Internasional yang diadakan oleh Tzu Chi Batam ketika anak-anak berlutut di bawah kaki ibu dan menyuguhkan teh bagi mereka.

Master Cheng Yen memiliki sebuah kata perenungan, “Terhadap orang tua hendaknya kita tahu akan budi luhur mereka, selalu menghargai dan berupaya untuk membalasnya”. Kata perenungan tersebut juga dijadikan tema dalam perayaan Hari Ibu Internasional yang diselenggarakan oleh Tzu Chi Batam pada tahun ini.

Sejatinya Hari Ibu Internasional jatuh pada minggu kedua bulan Mei, namun tim pendidikan Tzu Chi Batam mempercepat perayaan Hari Ibu seminggu sebelumnya, 7 Mei 2017. Keputusan ini diambil agar perayaan ini tidak menghalangi perayaan hari ibu yang diadakan di keluarga masing-masing.

Sejak peserta hadir sekitar pukul 8.00 pagi, Tzu Shao (siswa kelas budi pekerti jenjang SMP dan SMA) sudah menyambut mereka dengan ramah. Anak-anak tersebut juga membawa peserta ke tempat duduk sesuai nomor urutnya. Hari itu ada sebanyak 378 peserta yang ikut dalam perayaan Hari Ibu Internasional.

doc tzu chi

Tidak hanya menyambut para tamu yang hadir, murid Tzu Shao Batam juga mempersembahkan sebuah drama pendek.

doc tzu chi

Selain drama yang dibawakan Tzu Shao, ada juga drama Huai Tai (kehamilan) yang diadaptasi dari drama musikal Sutra Bakti Seorang Anak yang dimainkan murid Xiao Tai Yang.

Tidak hanya menyambut para tamu yang hadir, Tzu Shao juga mempersembahkan sebuah drama pendek. Drama ini menceritakan tentang kejadian yang dilakukan seorang remaja nakal di sekolah, seperti mengganggu, bertengkar bahkan berkelahi dengan teman. Sikapnya juga memberontak dan tidak mau mendengarkan nasihat ibunya. Karena kenakalannya, ia hampir dikeluarkan oleh pihak sekolah dan hal ini membuat ibunya sangat sedih. Peristiwa ini membuat sang anak merenungkan kembali kesalahan yang dia lakukan selama ini dan ia pun mulai memperbaikinya. Pada akhirnya, ia tidak dikeluarkan karena perubahan sikapnya dan menjadi seorang anak yang disenangi ibu dan teman-temannya.

Naskah drama tersebut ditulis oleh Roger Halim, siswa Tzu Shao Batam. Ini merupakan salah satu hal yang baru di perayaan Hari Ibu ini. “Pesan moralnya lebih ke sekolah agar (anak-anak) tidak bolos, menyontek dan mengganggu teman,” jelasnya.

Selain drama yang dibawakan Tzu Shao, tentunya murid Xiao Tai Yang (murid kelas budi pekerti jenjang pendidikan TK) juga tidak mau kalah. Ada 10 murid Xiao Tai Yang di usianya yang dini tiba-tiba “hamil” dengan mengikat bantal di perut mereka. Mereka membawakan drama Huai Tai (kehamilan) yang diadaptasi dari Drama Musikal Sutra Bakti Seorang Anak. Gerakan dan mimik muka yang lucu mengundang tepuk tangan para hadirin sekaligus membawa pesan bagaimana susahnya ibu mereka saat mereka berada di dalam perut ibu selama 10 bulan. Para pemeran drama singkat ini juga lebih mengerti dan mengapresiasi jasa-jasa ibu mereka. “Aku belajar tentang ibu yang susah melahirkan bayinya. Jadi kita harus hormat kepada ibu, sayang kepada ibu,” jelas Audrey, satu pemain drama Huai Tai.

doc tzu chi

Relawan juga menyediakan sesi permainan di perayaan Hari Ibu ini. Dengan mengikat kain di bagian mata, anak-anak diminta untuk menebak siapa mama mereka dengan hanya meraba tangan.

doc tzu chi

Pada kesempatan tersebut, relawan Tzu Chi juga mengajak para tamu dan murid kelas budi pekerti untuk menempelkan doa untuk para pengungsi Suriah.

Melihat perubahan sikap dan kelakuan Audrey yang semakin baik setelah mengikuti kelas budi pekerti, membuat Betty, mamanya merasa senang dan bangga. “Sekarang dia lebih bisa hormati saya. Kalau dulu mungkin (dia) nggak begitu mengerti cara menghormati orang tua. Sekarang dia sudah lebih sayang sama saya,” akunya. “Kalau dulu dia mengatakan apa saja yang dia pikirkan, sehingga apa yang dia katakan kadang-kadang terkesan kurang sopan. Sekarang dia sudah lebih bisa mengontrol dan mengekspresikan kalau dia sayang sama orang tua,” lanjutnya.

Suasana haru pun memenuhi lokasi acara ketika anak-anak berlutut di bawah kaki ibu dan menyuguhkan teh bagi ibunya. Terlihat banyak ibu yang menghapus air mata dengan tisu di tangannya setelah melihat penampilan yang dibawakan oleh murid kelas budi pekerti. Sepatah kata, “Mummy, I Love You,” cukup meluluhkan hati para ibu dan lupa dengan penderitaan yang selama ini mereka alami. Mereka pun saling berpelukan dengan penuh kasih sayang.

Menurut PIC perayaan Hari Ibu, Yvonne, perayaan Hari Ibu bisa berjalan dengan lancar tidak lepas dari jerih payah kerja sama tim. Ia pun berharap melalui acara ini anak-anak tidak hanya mengapresiasi dan berbakti kepada ibu di hari ibu saja, tetapi setiap harinya berbakti kepada orang tua. “Tema tahun ini adalah bersyukur dan membalas budi luhur. Kita memberikan sebuah penghargaan kepada ibu. Membuat ibu senang, karena kita sudah tumbuh besar dan dewasa karena ibu dan orang tua. Kita perlu membalas budi orang tua kita,” ujarnya.

Yvonne pun menambahkan bahwa semoga perayaan Hari Ibu ini dapat mengingatkan kembali ada dua hal yang tidak dapat ditunda, berbuat kebajikan dan berbakti kepada orang tua.

Editor : Metta Wulandari


Artikel Terkait

Berdoa untuk Dunia

Berdoa untuk Dunia

21 Mei 2015

Prosesi pemandian Rupang Buddha pun dilakukan. Pemandian ini memiliki makna bahwa pada saat kita membersihkan Rupang Buddha sesungguhnya kita sedang membersihkan diri kita dari kekotoran batin.

Waisak Bandung: Cahaya Welas Asih dan Kebijaksanaan Buddha

Waisak Bandung: Cahaya Welas Asih dan Kebijaksanaan Buddha

12 Mei 2015
“Ma, maaf-in Jesica kalau selama ini banyak berbuat salah sama mama, sering membangkang perintah mama, tapi mama ngebales-nya dengan senyuman dan pelukan untuk Jesica."
Hari Ibu: Memperingati Kasih Sayang Ibunda

Hari Ibu: Memperingati Kasih Sayang Ibunda

26 Mei 2014 Ibunda merupakan sosok wanita yang mengambil peranan penting dalam kehidupan seorang anak. Sejak 100 tahun yang lalu, sudah ada orang yang berkeinginan menciptakan sebuah hari peringatan untuk ibunda seluruh dunia.
Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -