Menghargai Jalinan Jodoh Baik
Jurnalis : Riani Purnamasari (He Qi Barat 1) , Fotografer : Riani Purnamasari, Reza Rezaie (He Qi Barat 1)Dalam ceramahnya, Master Cheng Yen terus mengingatkan para relawan bahwa setiap orang tidak tahu seberapa panjang kehidupannya masing-masing. Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu untuk mengembangkan kebijaksanaan. Kita harus membentangkan sebuah jalan yang benar untuk kehidupan ini dan kehidupan mendatang.
Menjalin jodoh dengan Tzu Chi sejak awal 2017, seorang dokter TIMA bernama dokter Prawira adalah seorang dokter muda yang bersungguh hati bersumbangsih menjadi relawan medis Tzu Chi. “Dalam satu bulan, saya memang mendedikasikan waktu saya beberapa kali mengikuti bakti sosial komunitas relawan Tzu Chi,” ujarnya.
Dokter Prawira yang merupakan
anggota TIMA sejak 2017 mendedikasikan waktunya untuk terus bersumbangsih menjadi
relawan baksos Tzu Chi.
Dokter Prawira menjalankan profesi dokternya sejak 2009. Ia yang terpanggil hatinya untuk menjadi relawan dan berbakti kepada kemanusiaan, mengenal Tzu Chi melalui kawan seprofesinya, yaitu dokter Williana yang juga merupakan anggota TIMA. Menjadi seorang dokter, memahami pasien dengan berbagai keluhan dan penderitaan, sudah menjadi makanan sehari-hari. Dokter Prawira mengasah hatinya untuk tetap hangat dan memberikan cinta kasihnya kepada setiap pasiennya. Ia pun mengungkapkan kekagumannya kepada Master Cheng Yen.
“Visi Master Cheng Yen begitu baik. Master Cheng Yen hebat sekali bisa mengajak para relawan menyebarkan cinta kasih dan welas asih. Mengajak para relawan untuk menjadi manusia yang baik dan melayani sesama yang membutuhkan. Saya sangat senang bisa menjadi salah satu relawannya,” Dokter Prawira menuturkan.
Aroi Firmansyah yang
sudah lama gigi atasnya double layer.
Kehadiran
para relawan Tzu Chi di tengah masyarakat menumbuhkan rasa syukur dari para
peserta baksos. Hari Minggu 22 Juli 2018, sejak pukul 05.00 para relawan sudah
mulai melakukan perjalanan dari Komplek Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng menuju
sebuah SD bernama SDN 1 Muara yang bersedia menjadikan sekolahnya sebagai
tempat kegiatan bakti sosial kesehatan umum dan gigi. Sejumlah 110 orang
relawan turut menjalin jodoh yang baik dengan 184 pasien pengobatan gigi dan 545
pasien pengobatan umum.
Beberapa relawan adalah anak-anak pengungsi penerima bantuan dari Tzu Chi seperti Reza, Arman, Joia dan Haidari. Dengan menjalin jodoh yang baik dengan para relawan lainnya di Tzu Chi, mereka juga berpartisipasi mengambil bagian dengan bersumbangsih menjadi relawan pada kegiatan komunitas. Bersekolah di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, salah seorang gurunya yaitu Laoshi Adi (mengajar bahasa Mandarin) mengajak mereka untuk menjadi relawan pada bakti sosial ini.
Setiap ladang berkah ada yang menggarap, Setiap orang memiliki ladang berkah
Reza dan Joia
membantu tim apotik untuk memastikan obat masuk dan keluar dengan benar.
Setiap orang memiliki peran masing-masing dalam bersumbangsih. Arman yang pertama dipilih oleh para relawan ruang gigi untuk membantu pencucian steril alat-alat pemeriksaan gigi. Pos ini adalah yang terakhir memulai pekerjaannya. Karena setiap pasien diperiksa dengan teliti oleh dua dokter gigi, awal adalah screening penentuan cabut atau tambal, dan di dalam ruang pemeriksaan, dokter gigi sudah menunggu untuk memberikan pelayanan kesehatan cabut dan tambal gigi yang baik.
Salah satunya adalah pasien anak bernama Aroi Firmansyah. Ia adalah anak berusia 6 tahun yang menangis sepanjang duduk di tempat pemeriksaan. Karena posisi gigi atasnya yang double (2 layer) yang mana bagian depan terdapat 4 gigi seri dan persis di belakangnya terdapat 2 gigi dewasa yang mulai tumbuh. Sang ayah sangat berterima kasih kepada Tzu Chi yang telah hadir di tengah desa mereka dan memberikan jawaban atas masalah kesehatan anaknya.
Haidari membantu di
pendaftaran untuk menghitung jumlah peserta yang hadir.
“Di sini puskesmas jauh dari rumah saya. Dan puskesmas jarang sekali ada dokter gigi yang praktik. Maka saya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi dengan adanya baksos ini. Anak saya sering nyeri kepala akibat dari giginya yang bertumpuk. Sekarang sudah dicabut 4 giginya dan semoga sembuh dan tidak nyeri lagi,” ujar Rubiyansyah, ayah dari Aroi Firmansyah.
Sampai dengan pukul 12.00, pasien masih berdatangan dan Haidari yang membantu di bagian pendaftaran merasa cukup kewalahan. Dengan bahasa Indonesia yang belum terlalu lancar, Haidari tetap berusaha membantu para relawan untuk melakukan penghitungan pasien yang masuk ke ruang tunggu dokter. Namun pos paling terakhir yang selesai adalah apotek. Reza dan Joia membantu para relawan untuk memastikan resep masuk dan keluar dengan benar. Mereka bekerja sama untuk mempercepat waktu pelayanan agar pasien tidak terlalu lama menunggu.
Arman bertugas
mencuci alat gigi.
“Kami merasa berbahagia bisa ikut menjadi relawan Tzu Chi untuk melayani pasien baksos. Semoga jalinan jodoh yang baik ini dapat terus menjadikan saya menyadari berkah yang saya terima di dunia ini dan bisa terus bersumbangsih di Tzu Chi,” ujar Reza dan Arman.
Selepas makan siang dan baksos pun selesai, para relawan bergotong royong membereskan lokasi baksos, baik dalam ruangan maupun luar ruangan. Semua logistik dimasukkan ke dalam truk yayasan. Semua kursi dan meja dikembalikan ke tempat semula. Dan semua relawan pulang dengan membawa kebahagiaan di dalam hati. Seiring berlalunya waktu, kita harus menumbuhkan jiwa kebijaksanaan agar kita senantiasa merasa bahagia dan dipenuhi sukacita dalam Dharma.
Joia membantu tim
logistik setelah baksos selesai.
Para relawan bekerja
sama membereskan tenda-tenda Tzu Chi setelah baksos selesai.