Menghargai Jalinan Jodoh dan Mewujudkan Keharmonisan

Jurnalis : Beh Guat Ngo (He Qi Pusat), Marianie, Sufenny (He Qi Utara 1), Fotografer : Bobby, Darningsih (He Qi Barat 1), Kurniawan (He Qi Timur), Supardi (Tzu Chi Batam)

Para peserta Pelatihan Fungsionaris 4 in 1 disambut hangat oleh relawan yang kali ini bertugas sebagai panitia.

Menghargai Jalinan Jodoh dan Mewujudkan Keharmonisan di Jalan Tzu Chi adalah tema yang diangkat dalam Pelatihan Pengurus 4 in 1 Indonesia Tahun 2022. Kegiatan yang diadakan pada hari Minggu, 30 Oktober 2022 di Aula Jing Lt. 3 ini diikuti oleh 270 orang relawan, dan melibatkan kerja sama dari 140 relawan sebagai panitia, dan 40 orang relawan sebagai mentor mendampingi peserta. Kegiatan ini melibatkan partisipasi relawan dari tujuh He Qi (komunitas relawan Tzu Chi di Jakarta), mulai dari relawan abu putih hingga relawan komite.

Setelah dua tahun pelatihan dilakukan secara online akibat pandemi, semangat dan antusias relawan sangat terlihat di Pelatihan Pengurus 4 in 1 ini. Antusias peserta ini pun ditunjang dari kesiapan panitia dan para pembicara yang mempersiapkan pelatihan ini dengan sepenuh hati. "Kurang lebih tiga bulan training ini dipersiapkan untuk menambah jalinan jodoh antar relawan, di mana training pada hari ini lebih melibatkan relawan abu putih dengan tujuan juga untuk menciptakan keharmonisan," kata Haryo Suparmun, Koordinator Pelatihan 4 in 1 ini.

Sebanyak 173 orang peserta pelatihan yang berasal dari Jabodetabek hadir di Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara, dan peserta dari 11 kantor penghubung yang mengikuti pelatihan melalui zoom (online).

Pelatihan kali ini melibatkan banyak relawan abu putih sebagai panitia.

Hati Buddha, Tekad Guru
Pelatihan dibuka dengan sharing dari Hendry Chayady, relawan Komite Tzu Chi yang membawakan materi tentang Hati Buddha, Tekad Guru. Hati Buddha sebagai Hati Sendiri, Tekad Guru sebagai Tekad Sendiri. Yang mengajarkan kita segala situasi yang timbul dan padam karena sebab dan kondisi inilah yang senantiasa dibabarkan oleh Buddha. Dua rintangan besar adalah rintangan noda batin dan rintangan pengetahuan yang harus dimurnikan dengan Syair Pertobatan: “Segala karma buruk yang kuperbuat, yang berasal dari ketamakan, kebencian, dan kebodohan sejak masa tanpa awal, yang tercipta lewat tubuh, ucapan, dan pikiran. Kini aku bertobat atas semuanya.”

Hendry Chayady, relawan Komite Tzu Chi yang membawakan materi tentang Hati Buddha, Tekad Guru. Hati Buddha sebagai Hati Sendiri, Tekad Guru sebagai Tekad Sendiri.

"Kita harus menyucikan hati dan pikiran terlebih dahulu jika mau jalinan jodoh (di Tzu Chi) langgeng. Hal ini (menyucikan hati dan pikiran) baru bisa didapat dengan bertobat," kata Hendry.  Dengan kita sadari, rasakan, terima lepaskan segala kondisi apapun yang timbul akan membuat kita menimbulkan cinta kasih agung tanpa syarat dan welas asih agung berlandaskan kesamaan esensi sehingga kita dapat menggenggam janinan jodoh dan baru bisa beradaptasi dengan perubahan.

Materi yang dibawakan Hendry Chayady ini memberikan inspirasi baru bagi peserta, salah satunya Tan Surianto. “Sangat bagus (meteri ini), mengajak setiap orang untuk kembali kepada Hati Buddha yaitu cinta kasih agung tanpa syarat dan welas asih berlandaskan kesamaan esensi. Karena tanpa syarat barulah tidak akan berubah, dan  menggenggam jalinan jodoh barulah bisa beradaptasi dengan perubahan, kemudian menciptakan jalinan jodoh barulah bisa membentangkan jalan,” ungkap Surianto.

Megawati, relawan Tzu Chi Batam yang memberikan sharing-nya tentang Tanggung Jawab dan Misi Insan Tzu Chi, sekaligus kisah hidupnya yang mengalami banyak perubahan positif setelah menjadi relawan Tzu Chi.

Pembicara berikutnya adalah Megawati, relawan Komite Tzu Chi dari Batam. Megawati membawakan materi tentang Tanggung Jawab dan Misi Insan Tzu Chi. "Tahun 2010 menjadi titik balik dimana saya mulai mengenal Tzu Chi. Saat sakit saya berikrar jika sembuh saya akan bersungguh hati di Tzu Chi, bekerja mengemban misi dan tanggung jawab. Tzu Chi (juga) mengubah pribadi saya menjadi lebih baik," ungkap Megawati.

Dalam sharing-nya, Megawati mengulas tentang 4 misi secara detail, dan bagaimana antar relawan saling membimbing. Mulai dari relawan abu putih, abu putih logo, dan komite semua saling bersatu hati dalam menjalankan Misi Tzu Chi.

Megawati menceritakan kisah perjalann hidupnya. Dimulai di tahun 2007 ketika mencapai kesuksesan dalam karier hingga dipercaya menjadi CFO di salah satu perusahaan besar yang membawahi ribuan karyawan. Dari sini mulai tumbuh keangkuhan dan kegoisan. “Di mata orang-orang kehidupan saya terlihat senang dan bahagia, padahal ini masa yang gelap dalam kehidupan saya. Beban, kerisauan, kebingungan, dan ketakutan membuat saya menderita. Ditambah lagi sifat perfectionist saya juga turut membuat saya terbebani setiap saat. Apalagi jika ada hal yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapan, saya cenderung banyak pikiran sampai tidak bisa tidur,” terangnya.

Megawati ketika mulai mengenal dunia Tzu Chi di tahun 2010. Tahun ini juga menjadi titik balik perubahan di dalam kehidupannya. “Dapat berjodoh menjadi murid Master Cheng Yen merupakan berkah terbesar dalam hidupku,” ungkapnya.

Tahun 2010 merupakan titik perubahan di dalam kehidupan Megawati. “Saya dapat berjodoh menjadi murid Master Cheng Yen merupakan berkah terbesar dalam hidupku. Sebuah kesempatan baru untuk mengubah kehidupan sebelumnya yang penuh kesesatan menjadi kehidupan yang bernilai. Saya (seperti) “didaur ulang” oleh master,” ungkapnya.

Hari ini, pelatihan training 4 in 1 tahun 2022 ini tanpa terasa sudah 12 tahun Megawati Tzu Chi. Ia mengenang kembali suka duka yang dihadapi dan ketika kata-kata perenungan Master Cheng Yen yang membuatnya tidak jadi mundur (dari Tzu Chi), tetapi justru bertambah semangat di Tzu Chi. “Saat saya masih berseragam abu putih, saya ikut pelatihan, dan saya diminta untuk sharing kesan-kesan sebagai peserta. Saya belajar dari ceramah Master, jika mau berikrar, harus berani sampaikan secara terbuka, biar orang lain dapat turut memberikan dukungan doa kepada kita,” terang Megawati.

Di saat itu Megawati memberanikan diri sharing tentang kondisi papanya yang sedang sakit. Di depan Shixiong-Shijie yang lain, ia berikrar jika hasil check up medis Papanya baik-baik saja, seumur hidup ia akan mengabdi di Tzu Chi.

Megawati menekuni Misi Pendidikan (Kelas Budi Pekerti Tzu Chi) di masa awal kerelawanan.

“Di tahun 2016, dokter mendiagnosa ada kista di rahim saya dan disarankan untuk operasi. Saat itu saya tidak takut, namun saya kembali berikrar semoga sakit ini tidak mengganggu kesehatan saya dan saya bersedia untuk mengemban tanggung jawab di Tzu Chi,” kata Megawati, “tahun yang penuh tantangan dan ujian dalam jalan Boddhisatwa ini tidak mengurungkan niat saya untuk dilantik menjadi komite. Ikrar ini saya sampaikan saat saya dilantik menjadi murid Master yaitu, ‘saya telah siap untuk turut memikul tanggung jawab dan misi kehidupan di Tzu Chi dengan mengembangkan hati welas asih, Hati Buddha, Tekad Master’.”

Semakin lama, semakin besar tanggung jawab yang diembang Megawati. Sesuai dengan komitmennya untuk terus di jalan Tzu Chi, turut  memikul tanggung jawab dan misi kehidupan dengan mengembangkan hati welas asih, Hati Buddha, Tekad Master.

Tak ada gading yang tak retak, begitu pula niat Megawati dalam menorehkan jejak sebagai insan Tzu Chi. Selama berapa tahun memikul tanggung jawab, kadang ada juga timbul niat untuk mundur ketika mengalami “benturan” dan berselisih pendapat dengan relawan lainnya. “Awalnya saya susah untuk menerima kondisi yang tentunya beda dengan yang biasanya saya alami di perusahaan. Tapi Kata Perenungan Master Cheng Yen yang menguatkan saya, yaitu harmonis dengan orang lain, masalah pun akan lancar, prinsip kebenaran juga dapat terwujud. Ini membuat saya sadar bahwa di Tzu Chi sangatlah penting untuk membina jalinan kasih dengan saudara sedharma. Jika tiada jalinan kasih, Tzu Chi sama saja dengan organisasi sosial lainnya. Ini salah satu Dharma yang terus saya tekuni hingga saat ini,” ungkap Megawati.

Seolah menyambung tema dari Megawati, Like Hermansyah, relawan Komite Tzu Chi Jakarta menceritakan kisah perjalanan hidupnya di Tzu Chi yang penuh sukacita dan tanpa penyesalan. “Berani memikul tanggung jawab adalah kekuatan yang inspiratif”, kata perenungan Master Cheng Yen inilah yang sejak 24 tahun lalu dipegang teguh Like dalam menjalani misi di Tzu Chi. “Kita harus menjaga keharmonisan. Jika semua harmonis, segala kegiatan menjadi indah, dan saling mendukung antar relawan. Semua butuh proses untuk ditempa barulah ada nilainya. Ibarat kayu, semakin banyak ukiran semakin tinggi nilainya,” tegas Like.

Like Hermansyah, relawan Komite Tzu Chi yang menceritakan tentang 24 tahun perjalanan hidupnya menjadi relawan Tzu Chi.

Pernah suatu kali, saat gathering, dimana pesertanya ada 100 orang dan salah satu tamu yang hadir adalah orang yang pernah dimarahi olehnya. Lalu timbullah kerisauan. Like teringat pesan Master Cheng Yen bahwa berani mengakui kesalahan adalah sebuah kepribadian yang Mulia. Like kemudian memberanikan diri meminta maaf sehingga damailah hatinya, telah berhasil menaklukkan kesombongan diri pada saat itu. Dan kini orang tersebut sekarang sudah sama-sama menjadi murid Master Cheng Yen, dan hubungan merekapun menjadi sangat harmonis.

"Kami percaya, kalian memilih Tzu Chi pasti memiliki harapan dan tujuan. Pertahankanlah tekad awal ini. Jika arah hidup sudah benar, maka lanjutkanlah,” tegasnya. Like berpedoman "tidak ada peluru yang bisa menembak saya", yang artinya tidak ada kata-kata atau sikap orang lain yang membuatnya terluka sehingga tidak mau lagi berkegiatan Tzu Chi. Tekad ini yang membuatnya terus bertahan selama 24 tahun menjadi relawan Tzu Chi. Bahkan, sejak tahun 2018, Like memutuskan untuk pensiun dari bisnisnya demi membaktikan diri di Tzu Chi, terus melanjutkan perjalanan yang penuh sukacita tanpa penyesalan sampai napas terakhir.

Saudara Sedharma yang Saling Membimbing
Pada Pelatihan 4 in 1 ini banyak relawan komite yang bisanya menjadi pengurus pelatihan kali ini menjadi peserta sehingga relawan abu putih berkesempatan menggarap ladang berkah. Berkat semangat dan kerja sama panitia dengan relawan abu putih yang begitu antusias semua berjalan dengan baik sesuai yang diharapakan. Sufei Tan, salah satu panitia pelatihan ini merasakan bahagia dan sukacitanya. “Harapan saya buat peserta supaya dari Training 4 in 1 ini menjadi kembali bersemangat karena sudah lama tidak bertatap muka. Saya juga berharap buat semua panitia kali ini bisa merasakan kebahagian, suka cita dan bisa belajar banyak hal,” ungkap Sufei Tan.

Begitu juga Haryo Suparmun, yang terbiasa dalam berbagai pelaksaan pelatihan biasanya bekerja sama dengan koordinator-koordinator masing-masing misi yang sudah mengerti tugas dan tanggung jawabnya, tetapi dalam pelatihan kali ini ia justru lebih banyak bekerja sama dengan relawan abu putih. “Saya ingin melakukan yang terbaik buat Pelatihan 4 In1 ini dan dari sini saya juga belajar untuk melatih ke dalam, seperti lebih puas diri dan menerima perbedaan. Di Tzu chi kita sangat banyak belajar dari segala sisi,” terang Haryo.

Mimi Tjondro (kanan) yang merasa bersyukur dirinya bisa menjadi bagian dari keluarga besar Tzu Chi.

Pelatihan Pengurus 4 in1 ini membuat para peserta terkesan. Seperti Mimi Tjondro, yang terkesan dengan sharing Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia, Sugianto Kusuma. Ketika akan meminta izin mendirikan rumah sakit, Master Cheng Yen sangat memperhitungkan kesiapan sumber daya manusia di Indonesia, sampai saat pemilihan lahan yang tepat untuk pembangunan Tzu Chi hospital di Indonesia.

Selain itu juga kisah Kali Angke, dimana Master Cheng Yen tidak hanya memperhatikan kebersihan kota dengan menerapkan 5 P (Pembersihan Sampah, Penyedotan Air, Penyemprotan Hama, Pengobatan, dan Pembangunan Perumahan) untuk warga kurang mampu yang tinggal di bantaran Kali Angke, tetapi beliau juga memikirkan kehidupan masyarakat yang direlokasi, sekolah anak-anak mereka sampai kesehatan dan kesejahteraan mereka. Shang Ren benar-benar penuh welas asih. “Saya merasa bersyukur bisa bergabung dalam keluarga Tzu Chi, bisa belajar banyak tentang kehidupan dan bersyukur atas apa yang ada, dan bagaimana untuk bisa menanam kembali berkah. Seperti kata Master Cheng Yen, ‘orang yang bisa bersumbangsih adalah orang yang penuh dengan berkah’,” ungkapnya.

Henry Tando, peserta lainnya (dua dari kiri) mengatakan, “Hari ini memang niat training untuk refresh tekad saya di Zhen Shan Mei (Relawan Dokumentasi -red). Tekad seorang relawan bukan hasil akhir, tapi prosesnya. Saya sudah lebih paham bagaimana ke depannya, senang sekali saya hari ini,” ungkapnya.

Lelah, panik, tetapi bahagia dirasakan relawan yang bertugas di bagian sound system. “Sudah dari Jumat dicek semuanya, tetapi ya tetap saja ada sedikit kendala. Untunglah di sini saling membantu jadi semua bisa teratasi,” kata Hema Saputra.

Pelatihan diakhiri dengan pesan cinta kasih dari Liu Su Mei, Ketua Tzu Chi Indonesia, “Selain relawan Tzu Chi Jakarta yang hadir di sini, relawan dari 14 kota juga berkumpul lewat zoom (online- red). Sangat bersyukur semua terlaksana dengan baik, memiliki saudara sedharma yang saling membimbing.”

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Menghargai Jalinan Jodoh dan Mewujudkan Keharmonisan di Jalan Tzu Chi

Menghargai Jalinan Jodoh dan Mewujudkan Keharmonisan di Jalan Tzu Chi

08 November 2022

Sebanyak 56 relawan Tzu Chi Medan mengikuti Pelatihan Pengurus 4 in 1 Indonesia Tahun 2022. Pelatihan bertema Menghargai Jalinan Jodoh dan Mewujudkan Keharmonisan ini berlangsung serentak di 14 kota dan terhubung secara online.

Pelatihan 4 in 1: Setia Hati Mengemban Ajaran Jing Si

Pelatihan 4 in 1: Setia Hati Mengemban Ajaran Jing Si

01 Juni 2016

Pada tanggal 28-29 Mei 2016, diadakan kamp pelatihan relawan 4 in 1 di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Kegiatan yang berlangsung selama 2 hari ini diikuti oleh 710 relawan yang berasal dari Jakarta, kantor perwakilan dan kantor penghubung Tzu Chi di seluruh Indonesia.

Kuntum-kuntum Teratai di Kota Tebing Tinggi

Kuntum-kuntum Teratai di Kota Tebing Tinggi

01 Juni 2016

Turut hadir 12 relawan dari Kota Tebing Tinggi yang mengikuti pelatihan. Enam di antaranya adalah calon komite yang tahun ini akan dilantik menjadi komite pertama di Tebing Tinggi.

Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -