Menghargai Peran Penting Seniman Bangunan
Jurnalis : Ami Haryatmi (He Qi Barat), Fotografer : Boby (He Qi Barat)Yayasan Buddha Tzu Chi wilayah Barat menggelar acara buka puasa bersama puluhan seniman bangunan. Acara berlangsung di gedung pertemuan Kompleks Cinta Kasih Cengkareng, Rabu (22/6/2016).
Pembangunan rumah, kantor, jalan dan fasilitas umum lainnya tak bisa lepas dari peran dan kerja keras seniman bangunan. Karena itu untuk mengapresiasi peran penting mereka, di Bulan Ramadhan ini Yayasan Buddha Tzu Chi wilayah Barat menggelar acara buka puasa bersama. Acara bersama puluhan seniman bangunan ini digelar di gedung pertemuan Kompleks Cinta Kasih Cengkareng pada 22 Juni 2016.
Acara yang dimulai sekitar satu jam jelang adzan Maghrib ini dibuka oleh Eko Raharjo selaku pengajar agama di Sekolah Tzu Chi. Eko Raharjo mengungkapkan acara ini adalah bentuk kepekaan terhadap lingkungan sosial, di mana para pekerja tersebut telah mendedikasikan waktu dan tenaganya untuk membangun gedung yang dibutuhkan banyak orang.
Para seniman bangunan disambut oleh relawan Tzu Chi saat memasuki aula pertemuan Kompleks Cinta Kasih di Cengkareng.
“Acara yang digelar setiap bulan Ramadhan ini menggambarkan bahwa Tzu Chi menghargai agama, adat istiadat dan kearifan budaya dan kehidupan sosial setempat, “ kata Eko Raharjo. Ia menambahkan, selain untuk mengapresiasi kerja keras para seniman bangunan, kegiatan ini juga sebagai wujud toleransi antar umat beragama.
Acara ini dihadiri lebih dari 300 orang seniman bangunan, pamong dan warga sekitar gedung ini berlangsung meriah dan penuh kekeluargaan. Hadir pula Ketua Yayasan Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei. Tan Soei Tjoe selaku Ketua He Qi Barat memberikan sambutan dan dilanjutkan sepatah kata dari Ketua RW dan pengelola Rumah Susun Cinta Kasih. Murid-murid SMK Cinta Kasih juga menampilkan Marawis dan Tausiah.
Sesuai dengan buku daftar hadir, kegiatan ini dihadiri lebih dari 300 orang seniman bangunan, pamong dan warga sekitar Kompleks Cinta Kasih Cengkareng.
Rusmina, karyawati dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi mengaku mendapatkan pelajaran berharga dari kegiatan ini. Bahwa perbedaan agama tak boleh menghalangi manusia untuk saling menebar cinta kasih. “Acara ini menggambarkan betapa Tzu Chi merengkuh semua umat yang berlainan agama dengan cinta kasih. Contohnya kebanyakan tim penyaji dari Sekolah Cinta Kasih mayoritas yang dipilih adalah yang non muslim. Ini mencerminkan toleransi beragama yang tinggi, “ kata Rusmina.
Sementara itu Vicky merasa tersanjung dengan sebutan “Seniman Bangunan”. Belia yang biasa menggarap pemasangan keramik ini merasa dihargai. “Saya tidak merasa menjadi tukang, tetapi dengan bangga saya menyandang sebutan seniman. Dengan demikian, semoga orang lain menyadari apa yang kami lakukan adalah seni atau keindahan yang akan bermanfaat dalam kurun waktu yang sangat lama. Dan Tzu Chi menghargai hal itu dengan tulus,” ujar Vicky sambil mengakhiri santap berbukanya.
Relawan Tzu Chi menyiapkan hidangan berbuka puasa untuk para seniman bangunan.
Penghargaan terhadap semua profesi ini merupakan satu potret bahwa Tzu Chi menyebarkan cinta kasih tanpa melihat perbedaan. Dengan memberikan sebutan “Seniman Bangunan” kepada para pekerja bangunan, Tzu Chi menghargai para insan yang jasanya tidak kecil bagi pembangunan sarana Yayasan Buddha Tzu Chi yang juga bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.
Santap berbuka usai pada pukul 18.40 WIB. Para seniman bangunan pun pamit pulang untuk bersiap Sholat Magrib dan Tarawih yang juga bertepatan dengan malam Nuzulul Quran. Para relawan kemudian membersihkan tempat acara sehingga gedung pertemuan Kompleks Cinta Kasih Cengkareng rapi dan bersih kembali.