Menghargai Perbedaan Sejak Dini

Jurnalis : Chrestella Budyanto (Tzu Chi School), Fotografer : Chrestella Budyanto (Tzu Chi School)


Ibu Ella Yulaelawati dari Rumah Komunitas Kreatif, membuka acara dengan pidato singkat mengenai pentingnya pemahaman akan perbedaan sejak usia dini.

“Keindahan sebuah kelompok terletak pada keindahan pribadi masing-masing individu.” 

Kata perenungan Master Cheng Yen


Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2019, TK Tzu Chi bersama Yayasan Rumah Kreatif mengundang murid, guru, serta pendamping dari tiga TK yang mewakili tiga keyakinan yakni, TK Pelangi Kasih (agama Kristen), TK Stella Maris (agama Katolik), dan TK Nurul Islam (agama Islam). Kegiatan hari itu bertemakan Kerukunan dalam Keberagaman.

“Jika dulu anak-anak muda di usia 23 tahun sudah bisa buat Sumpah Pemuda, sekarang saatnya kita guru dan ibu, yang harus bisa membawa perubahan lewat pendidikan tentang kepedulian, lingkungan, serta pemahaman keberagaman ke anak-anak sejak dini,” tutur Ella Yulaelawati, Kepala Rumah Komunitas Kreatif.

Ella menambahkan, “Hari ini kita bersama membantu anak agar mampu memahami dirinya dan anak lain, serta menghormati keragaman budaya dan agama supaya memupuk kebersamaan. Jangan hanya mengucapkan Pancasila, tapi juga dipraktikkan.”


Para siswa mendengarkan cerita dan gambar di kelas demi belajar mengenai perbedaan.

Siswa-siswi TK A dan TK B berkumpul bersama dan beraktivitas supaya bisa saling mengenal dan memahami perbedaan. Salah satu aktivitas yang dilakukan adalah mendengarkan cerita di perpustakaan. Asti Nurwandhini, guru K2 (TK B) TK Tzu Chi, dalam bercerita memberikan gambar karakter-karakter yang mewakili berbagai macam suku dan agama, termasuk 6 agama yang diakui di Indonesia yakni agama Buddha, Hindu, Islam, Katolik, Kristen, dan Konghucu.

Menurut Asti, “Penting sekali mengajarkan keberagaman sejak dini, karena ini kan dasar nilai-nilai kehidupan. Memang bagi mereka, konsep keberagaman itu masih abstrak. Tapi lewat aktivitas dan gambar-gambar, serta dengan kehadiran kawan-kawan dari sekolah lain, mereka bisa paham bahwa perbedaan itu pasti ada, apapun wujudnya. Bahkan anak kembar saja ada bedanya.”

Dengan menanamkan nilai-nilai untuk menghargai keberagaman sejak dini, diharapkan kelak ketika anak-anak memasuki lingkungan sosial, mereka dapat saling menghargai. “Biar nanti mudah beradaptasi, jadi nanti pas besar nggak bentrok, kok pendapat dia beda? Harus ditekankan kalau berbeda bukan berarti buruk,” lanjut Asti lagi.


Siswa TK Tzu Chi mewarnai telapak tangan siswi TK Nurul Islam dalam aktivitas menggambar tangan bersama.

Selain mendengarkan cerita, salah satu aktivitas lain yang menarik adalah kebersamaan anak-anak dalam membuat karya seni dengan mengecap tangan mereka pada satu kertas menggunakan cat berbagai warna. “Dari kegiatan ini, anak-anak bisa lihat bentuk tangan mereka berbeda, warna catnya juga berbeda, tapi ketika dijadikan satu, ada harmoni yang menghasilkan karya seni yang indah.”

Mendidik Ibu, Mendidik Tiga Generasi

Selain anak-anak dan guru, TK Tzu Chi juga mengundang para ibu dari siswa-siswi TK Nurul Islam untuk berkunjung ke Depo Daur Ulang Tzu Chi.

Ella Yulaelawati menyatakan, “Mendidik ibu-ibu sama seperti mendidik 3 generasi. Kita perempuan dipercaya untuk berbagi tubuh kita dengan janin kita, peran ibu itu penting sekali.”

Sebanyak 30 ibu-ibu dari TK Nurul Islam dengan didampingi oleh para DAAI Mama, mengunjungi Depo Daur Ulang Tzu Chi Pantai Indah Kapuk untuk mempelajari cara memilah sampah botol plastik dengan benar supaya memudahkan proses daur ulang. Kegiatan ini diharapkan dapat membantu para ibu supaya dapat menerapkan prinsip daur ulang dan mencintai lingkungan di lingkungan rumah.


Para ibu dari TK Nurul Islam juga diajak memilah sampah plastik bersama demi meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.

Sulistyani, Kepala Sekolah TK Stella Maris dan Ketua Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI) Penjaringan mengatakan, “Dengan adanya pendidikan kepada orang tua, baik itu pemahaman akan perbedaan maupun pendidikan menjaga lingkungan, tentunya bisa membantu anak-anak supaya bisa mempraktikkan kepedulian terhadap lingkungan dan sesama di dalam rumah. Di sekolah saya sendiri, ada juga seminar untuk para orang tua untuk keberagaman.”

Semangat Celengan Bambu
Pada akhir acara, siswa-siswi TK Tzu Chi memberikan kenang-kenangan untuk kawan-kawan dari dari TK Pelangi Kasih, TK Stella Maris, dan TKQ Nurul Islam. Kenang-kenangan ini diberikan dari hasil celengan bambu siswa TK Tzu Chi, berisikan alat tulis, buku bacaan, serta celengan bambu.


Siswi TK Tzu Chi memberikan kenang-kenangan kepada siswa TK Stella Maris yang berisikan buku bacaan, alat tulis, serta celengan bambu.

Pemberian celengan bambu diharapkan dapat mendorong kawan-kawan dari sekolah lain supaya turut rajin menabung, “Biar mereka bisa menabung untuk masa depan juga,” ujar Iing Felicia Joe, Kepala Sekolah TK Tzu Chi. Sedangkan buku bacaan dan alat tulis diberikan agar semangat membaca anak kian meningkat, dan memfasilitasi siswa untuk mengembangkan diri agar lebih maju lagi.

Acara Kerukunan dalam Keberagaman merupakan yang pertama kali digelar di TK Tzu Chi. Acara ini menindaklanjuti aktivitas Belajar Hidup Berdampingan yang dilaksanakan Tzu Chi School pada Agustus lalu. Aktivitas-aktivitas seperti ini diharapkan senantiasanya diadakan supaya pendidikan pemahaman hidup yang berdampingan dalam keberagaman dapat ditanamkan sejak dini.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Menghargai Perbedaan Sejak Dini

Menghargai Perbedaan Sejak Dini

04 November 2019

TK Tzu Chi mengundang TK Nurul Islam, TK Stella Maris, dan TK Pelangi Kasih untuk mewakili agama Islam, Katolik, dan Kristen dalam upaya mengajarkan anak-anak akan Kerukunan dalam Keberagaman.

Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -