Menghimpun Cinta Kasih untuk Tzu Chi Hospital
Jurnalis : Marianie (He Qi Utara 1), Fotografer : Marianie (He Qi Utara 1)Hartini Harta Winata menghimpun donasi dari 20 orang untuk mengisi stan di Pekan Amal Tzu Chi 2018.
Berbagai kuliner dan jajanan khas lezat yang dijajakan di Pekan Amal Tzu Chi yang berlangsung pada 21–22 April 2018 lalu, tidak terlepas dari tangan-tangan dingin para relawan yang ahli memasak dan juga sumbangsih banyak orang. Hartini Harta Winata (50) adalah salah satunya. Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 ini mendukung Pekan Amal dengan mengajak temen-temannya ikut bersumbangsih.
Dalam menanam berkah mendukung pembangunan Tzu Chi Hospital yang sedang berjalan, Hartini mengingat kata-kata Master Cheng Yen. “Dalam menanam berkah jangan hanya kita sendiri saja, tapi berusahalah mengajak Bodisatwa lain untuk menumbuhkan cinta kasih yang sudah ada di hati setiap orang untuk bersama-sama melakukan kebajikan”.
Hartini kemudian dengan semangat membantu penjualan kupon Pekan Amal Tzu Chi. “Saya berusaha menyampaikan kepada teman-teman. Saya percaya mereka semua pasti mau melakukan kebajikan dalam bentuk apapun,” terang Hartini. Atas ajakannya itu, banyak dari temannya yang menjadi donatur dalam bentuk makanan maupun menyumbangkan uang tunai untuk membeli bahan masakan.
Hartini memetik dan membersihkan sayur di rumahnya, ia juga dibantu beberapa asisten rumah tangganya.
Cinta kasih pun terhimpun dari teman-temannya dan beberapa saudaranya. Total ada sebanyak 20 orang. Ada yang berdana makanan buatan sendiri, ada juga yang berdana uang untuk dibelikan bahan masakan. Makanan yang berhasil dipajang saat Pekan Amal pun bervariasi, mulai dari mie, pecel sayur, juice labu jali, bakwan, bolu, pastel, tahu isi, donat, rempeyek, rujak aceh, dan berbagai asinan.
Dari sekian banyak makanan yang disajikan, ada 5 macam yang dimasak sendiri oleh Hartini. Seminggu sebelum Pekan Amal, ia sudah ke pasar dan mulai menyicil membeli bahan-bahan yang diperlukan. Sayuran untuk pecel juga sangat memakan waktu. Sehari sebelumnya, ia harus memetik sayuran yang begitu banyak dan membersihkannya, dengan dibantu beberapa asisten rumah tangganya.
Selama dua hari pelaksanaan Pekan Amal, Hartini harus bangun jam 4 pagi untuk menyiapkan makanan. “Untuk masak 5 kg mi goreng, butuh waktu satu setengah jam (90 menit). Pagi-pagi bangun juga untuk rebus sayuran buat pecel,” jelasnya. Karena terlalu banyak yang mau dimasak pagi harinya, ia pun meminta bantuan relawan lain. “Saya bersyukur karena ada Betsy Shijie bantu saya goreng perkedel, karena kompor (di rumah) sudah tidak mencukupi, terlalu banyak macam yang mau dimasak,” lanjut Hartini.
Law Anik (kanan) terinspirasi dari ketua komunitasnya, Tina Lee (kiri). Law Anik berhasil menjual kupon Pekan Amal sebanyak 22 buku.
Mendapat banyak dukungan dan dana dari teman-teman, ia tetap dengan bijak menggunakan dana agar dapat beramal semaksimal mungkin untuk Tzu Chi Hospital. “Bumbu pecel saya bikin sendiri supaya lebih murah sehingga bisa lebih hemat dan uangnya bisa dipergunakan buat beli bahan lain lagi,” kata Hartini. Padahal membuat bumbu pecal termasuk pekerjaan yang merepotkan.
Walaupun banyak kendala yang dihadapi dalam menyiapkan bahan-bahan, tapi Hartini tidak menyerah. Ia bahkan membeli dua buah alat pendingin (freezer dan chiller) agar bahan-bahan yang terkumpul dapat tersimpan dengan baik. “Soalnya bingung, bahannya begitu banyak (bahan), mau simpan di mana,” ucapnya. “Tapi karena melakukan dengan hati yang sukacita, semuanya tidak berasa beban atau capek, tapi justru semakin bersemangat,” imbuh Hartini. Ia pun sangat bahagia tatkala semua barangnya terjual habis, semua rasa lelah pun terobati.
Relawan lain yang juga berusaha menghimpun tetesan cinta kasih melalui penjualan kupon adalah Law Anik. Ia terinspirasi oleh ketua komunitasnya yang begitu semangat menjual kupon. “Karena saya awalnya sangat khawatir karena kupon yang diambil Tina Shijie banyak sekali,” ujar Law Anik.
Jessica membuat sendiri kue lapis legit di rumahnya.
“Ternyata tidak gampang menyakinkan orang untuk membeli kupon. Ada yang saya tawarin via Whatsapp, mereka nggak balas sama sekali. Tapi ada juga beberapa temen yang mau beli,” cerita Law Anik. Ketika ada yang membeli, ia pun langsung merasakan kebahagiaan karena bisa memberikan kesempatan bagi orang lain untuk bersumbangsih dengan cara membeli kupon.
Yang membuat Law Anik lebih bersemangat lagi adalah dukungan dari suaminya yang turut menawarkan kupon kepada teman-teman, relasi kantor, dan pelanggannya. Selain itu suaminya juga membeli kupon dan membagikannya untuk para karyawan. Mengetahui hal itu, Law Anik sangat bersyukur.
“Saya sangat bangga dan berterima kasih kepada shixiong saya yang sudah membeli kupon Pekan Amal untuk karyawan di kantor dan di rumah sehingga karyawan saya merasa bersyukur dan bahagia bisa membawa keluarganya berbelanja kebutuhan mereka di Pekan Amal Tzu Chi,” ujar Law Anik yang berhasil menjual kupon sebanyak 22 buku.
Ia pun bahagia dan terharu melihat kesungguhan hati setiap orang. Selama Pekan Amal berlangsung, ia juga turut berpartisipasi menyiapkan dan menjaga stan. “Saya merasakan haru yang sangat dalam, saat melihat relawan Tzu Chi dengan kompak menyusun dengan rapi sehingga membuat saya ingin menangis bahagia melihat ketulusan semua orang mendukung pekan amal ini untuk pembangunan rumah sakit.”
Sumbangsih Tanpa Pamrih
Melalui sumbangsihnya di Pekan Amal ini, Jessica juga berharap rumah sakit dapat segera selesai dibangun dan keinginan mamanya untuk menjadi relawan di rumah sakit dapat segera terwujud.
Semuanya bersungguh hati menghimpun cinta kasih untuk pembangunan rumah sakit, demikian juga dengan Jessica Salim (26). Ia membuat sendiri kue lapis legit sebanyak 6 kotak. Dimana untuk membuat 2 kotak dibutuhkan waktu 3-4 jam. Ia pun hanya bisa membuatnya pada malam hari, mulai pukul 19.00 – 24.00 malam.
Orang tua Jessica, Ng Xiu Tju dan Alex Salim, adalah relawan komite yang aktif bersumbangsih di Tzu Chi. Jessica berbahagia mendapat dukungan dan semangat dari papa dan mamanya. “Kata mama dana yang terkumpul di Pekan Amal akan dipergunakan untuk pembangunan rumah sakit. Saya memang hobi membuat kue, jadi saya buat kue saja. Semoga yang makan juga suka. Hasil penjualannya untuk kebaikan, ini yang membuat saya bahagia,” tukas Jessica. “Semoga Tzu Chi Hospital cepat terwujud sehingga saya bisa menjadi relawan di rumah sakit,” sela Ng Siu Tju.
Harapan mamanya itu jugalah yang mendorong Jessica rela melakukan demi membantu mewujudkan keinginan mama. “Mama dari dulu kepingin membantu di rumah sakit jadi bisa berinteraksi langsung dengan orang-orang yang membutuhkan. Semoga rumah Tzu Chi Hospital cepat terbangun sehingga dapat menolong banyak orang tanpa melihat kaya miskin ataupun suku bangsa,” doanya.
1. Hartini Harta Winata menghimpun donasi dari 20 orang untuk mengisi stan di Pekan Amal Tzu Chi 2018.
Artikel Terkait
Mau Belanja sekaligus Beramal? Pekan Amal Tempatnya
17 Oktober 2019Pekan Amal Tzu Chi 2018: Sumbangsih untuk Tzu Chi Hospital
26 April 2018Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kembali menggelar Pekan Amal Tzu Chi tahun 2018 yang diselenggarakan pada Sabtu dan Minggu, 21-22 April 2018 di basement Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Pekan amal ini menyediakan beragam kuliner vegetaris dan berbagai produk lainnya seperti barang kebutuhan pokok (beras minyak goreng, gula dan lainnya), perlengkapan rumah tangga, pakaian, hingga barang-barang elektronik.
Pekan Amal Tzu Chi 2018: Doa yang Tulus
26 April 2018Pekan Amal Tzu Chi 2018 menyatukan para relawan untuk bersumbangsih bagi pembangunan Tzu Chi Hospital. Bentuk sumbangsihnya pun bermacam-macam bisa dana, sumbangan produk untuk dijual, serta tenaga untuk kelancaran kegiatan tersebut.