Di depan para peserta, Huina berharap para relawan berkenan mengikuti kegiatan di Misi Amal dengan sepenuh hati, rasa hormat, dan menjaga keharmonisan.
Komunitas relawan He Qi Cemara yang merupakan bagian dari Tzu Chi Medan mengadakan pelatihan relawan Abu Putih III pada Minggu, 18 Jun 2023 di Gedung Tzu Chi, Komplek Cemara Asri Medan. Pelatihan kali ini diikuti 37 peserta dan didukung sekitar 22 relawan sebagai panitia.
Pelatihan yang berlangsung sejak pukul 06.30 WIB ini diisi dengan serangkaian sesi yang bertujuan untuk mempersiapkan para relawan terjun di tengah masyarakat untuk menghimpun kebajikan serta meningkatkan jiwa kebijaksanaan. Relawan diajak untuk selalu ingat tekad luhur awal masing-masing saat melangkah masuk ke dunia Tzu Chi. Selain itu, juga diharapkan untuk selalu bersatu hati dan saling dukung dalam menggarap ladang berkah ke depannya.
Dalam pelatihan kali ini, para relawan diajak untuk menghayati beberapa ulasan penting Misi Amal dan Misi Budaya Humanis. Selain mengulas secara ringkas sejarah terbentuknya Misi Amal serta kesungguhan hati Master Cheng Yen untuk terjun melihat langsung keadaan para penerima bantuan pada masa awal, Huina yang hadir sebagai pembicara juga berbagi kiat-kiat seperti pentingnya arsip serta tata-cara pelaksanaan kegiatan di lapangan. Arsip merupakan jejak langkah untuk kilas balik.
Widiani membawa pesan Master Cheng Yen yang berharap para relawan senantiasa berbudaya humanis yang mengandung semangat keteladanan dan mewariskan nilai-nilai kebajikan.
Di sesi permainan, para peserta diajak untuk selalu bermufakat dan berpikir secara “win-win” untuk mendapatkan solusi serta senantiasa menjalin keharmonisan.
Selain bersumbangsih, relawan juga berkesempatan memupuk jiwa kebijaksanaan melalui kegiatan Misi Amal dan interaksi dengan sesama. Setelah sesi sharing, para peserta juga diajak untuk membina keakraban lewat sebuah permainan di mana para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian diajak untuk bermufakat, menjaga kekompakan serta keharmonisan.
Di sesi Misi Budaya Humanis, Widiani berbagi pentingnya peranan Pelestarian Diri dan Pelestarian Lingkungan di dalam kehidupan relawan. Seorang murid Master Cheng Yen yang baik adalah mereka yang berbudaya humanis dalam bertutur kata dan bersikap. Seorang yang berbudaya humanis mampu memberikan manfaat kepada dirinya sendiri dan juga orang lain; yaitu melakukan setiap kegiatan berpedoman dengan kebenaran, kebajikan serta keindahan. Dan ketika kita berbudaya humanis, tentunya kita turut menggalang rasa cinta kasih dan keharuan di antara sesama.
Salah satu sesi yang paling menarik adalah talkshow mini yang mana beberapa relawan tampil untuk berbagi kisah langkah awal dan riwayat perjalanan mereka di dunia Tzu Chi. Berawal dari tayangan DAAI TV di masa pandemi, Yantoro sekeluarga merasakan sukacita akhirnya bisa terhimpun di dalam satu keluarga besar relawan Tzu Chi.
“Dari tayangan DAAI TV, saya merasakan keharuan dengan semangat para relawan yang rela bersumbangsih tanpa pamrih. Walau harus berkorban waktu, tenaga dan materi, mereka tetap bersukacita. Terkesan dengan ajaran Master Cheng Yen, akhirnya kami sekeluarga memutuskan untuk ikut bersumbangsih dan membina diri.” Ungkap Yantoro dengan sukacita.
Selain sesi permainan, para peserta juga diajak untuk sama-sama selalu membina keharmonisan; yaitu dengan menyanyikan lagu yang diiringi dengan gerakan isyarat tangan (shou yu).
Sejak bergabung, Yantoro (Baris ke-3) dan keluarga tekun genggam kesempatan menebar benih-benih kebajikan serta memupuk akar-akar kebijaksanaan bersama dengan relawan komunitas lainnya.
Berbeda dengan Yantoro, Juniaty dan Shanty yang sudah lebih dari sepuluh tahun menjadi relawan merasakan pentingnya mewujudkan sebuah hati yang senantiasa dipenuhi dengan rasa syukur, saling menghormati dan cinta kasih dengan sesama.
“Dunia Tzu Chi yang kita ketahui adalah interkoneksi antara manusia, masalah dan objek. Bertekad awal dari sebersit niat untuk bersumbangsih, saya bersyukur dengan segala bimbingan mitra bajik sehingga saya bisa terus bertumbuh dan menggalang hati sesama. Dengan rasa cinta kasih dan hormat, semoga semua rintangan bisa dikikis sehingga terus menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.” Ujar Juniaty.
Dalam mewujudkan keharmonisan, Shanty merasakan pentingnya sikap saling menghormati dan berpengertian. “Sebagai seorang ibu rumah tangga dan juga relawan yang aktif, saya belajar untuk berbagi waktu dan tanggung jawab dengan baik. Terhadap orang rumah, saya persiapkan semua kebutuhan mereka sebelum berkegiatan. Sebenarnya terhadap siapapun, harus kita perlakukan dengan rasa hormat dan berbudaya humanis. Dengan demikian, baru akan terwujudnya keharmonisan di dalam kehidupan dan juga dalam menggarap ladang berkah dengan sesama secara berkesinambungan.” Tutur Shanty.
Juniaty (dua dari kiri) dan Shanty (tiga dari kiri) merasakan syukur dengan keberadaan para mitra bajik yang telah banyak membantu dalam memperkokoh tekad luhur awal mereka.
Selain menebar benih-benih kebajikan, Muna Indra (dua dari kiri) yang pertama kalinya mengikuti pelatihan merasakan pentingnya meningkatkan jiwa kebijaksanaan seperti lewat kegiatan-kegiatan yang ada di Misi Amal.
Selain dari kota Medan, pelatihan relawan Abu Putih III juga diikuti oleh peserta dari luar kota lainnya seperti Binjai, Stabat, dan Tanjung Pura.
Muna Indra, salah satu dari tujuh peserta asal Tanjung Pura yang pertama kali mengikuti pelatihan juga ingin berbagi pesan batinnya. “Setelah merenungkan semua ulasan yang ada, saya merasakan pentingnya untuk membangkitkan tekad luhur, rasa cinta kasih yang ada di hati sesama serta memupuk akar-akar kebijaksanaan. Sama halnya dengan Juniaty dan Shanty, semoga saya juga akan aktif di Tzu Chi hingga hari tua nanti. ” Ungkap Muna Indra.
Editor: Khusnul Khotimah