Menghimpun Ketulusan, Meredam Wabah

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah


Kerjasama dan dukungan pemerintah juga turut memperlancar upaya Tzu Chi Indonesia dalam membeli peralatan dan perlengkapan medis bagi tim medis yang berjuang menangani wabah Covid-19 ini.

Bagaimana Tzu Chi Indonesia berperan aktif dan menjadi organisasi terdepan dalam membantu pemerintah menanggulangi Covid-19, diulas dalam bincang khusus Asosiasi Pengusaha Tzu Chi Singapura, Minggu 31 Mei 2020. Melalui aplikasi Zoom dan kanal Youtube yang berlangsung pukul 13.00-15.30 WIB ini, Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia, Sugianto Kusuma dan Franky O. Widjaja diundang untuk berbagi tentang hal ini.

Saat ini Tzu Chi Indonesia bersama Kantor Penghubung telah menyalurkan bantuan alat medis kepada 183 institusi dan 897 rumah sakit dan Puskesmas yang tersebar di Jabodetabek dan 25 Provinsi di Indonesia (data 27 Mei 2020). Selain bantuan medis, Tzu Chi juga terus menyalurkan bantuan sembako kepada masyarakat menengah ke bawah yang terdampak Covid-19.

“Master Cheng Yen pernah berkata kalau ada bencana besar tentu ada jalinan jodoh besar. Jadi saya berpikir untuk menggenggam jalinan jodoh ini supaya bagaimana kita bisa berkontribusi besar bagi masyarakat,” ujar Sugianto Kusuma.

Sugianto Kusuma mengamati dari media massa bahwa perebakan wabah Covid-19 di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok sangat cepat. Ia pun mencermati langkah pemerintah Tiongkok saat itu, bahwa rumah sakit harus siap untuk menerima pasien terlebih dahulu. Lalu juga ada rapid test yang sangat efektif supaya bisa mendeteksi lebih awal orang-orang yang terjakit. 

Menggenggam Jalinan Jodoh
Pada tanggal 6 Maret 2020, Sugianto Kusuma bersama beberapa pengusaha seperti Projogo Pangestu, Anthoni Salim, dan beberapa pengusaha lainnya diundang dalam diskusi bersama Presiden Joko Widodo. Sebenarnya saat itu yang didiskusikan terkait ekonomi global dan kaitannya dengan kondisi di  Indonesia. Namun karena Indonesia baru saja “diserang” virus Corona, maka ini juga dibicarakan yakni bagaimana Indonesia bisa belajar dari negara lain untuk mencegah wabah ini membesar. Di Indonesia sendiri, kasus pertama pasien virus Corona diumumkan pada tanggal 2 Maret 2020.


Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma memaparkan upaya Tzu Chi Indonesia dalam menggalang dana 500 miliar rupiah untuk bantu pemerintah tangani wabah Covid-19.

“Dan dengan pengalaman di Wuhan, saya sampaikan kepada Bapak Presiden Joko Widodo bahwa lebih baik Wisma Atlet Jakarta yang ada 7.000 ranjang itu difungsikan sebagai rumah sakit darurat supaya bisa siap kita menerima pasien,” ujarnya.

Presiden Joko Widodo pun sangat setuju dengan ide tersebut, yang terbukti memang sangat bermanfaat.

Selanjutnya bagaimana dengan rapid test kit? Sugianto Kusuma tentu menyadari bahwa untuk pengadaan rapid test kit membutuhkan biaya besar, dan tentunya tak mudah juga bagi pemerintah untuk mendapatkan biayanya.

“Inilah jalinan jodoh yang Master Cheng Yen bilang bagaimana bencana besar menjadi jalinan jodoh besar,” jelasnya.

Singkat cerita, setelah berdiskusi dengan Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei dan Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia Franky O. Widjaya, diputuskan Tzu Chi akan memesan dan membeli satu juta rapid test kit.

“Pikiran saya sebenarnya, tadinya cuma tiga juta dollar Singapore budgetnya, tapi ternyata 30 juta dollar Singapore. Karena Indonesia sangat luas, kalau tidak ada rapid test ini nanti kita dalam pengendalian wabahnya itu sangat sulit. Kita kan tidak tahu mana yang kena flu biasa atau seperti apa,” tambahnya.

“Saya bilang ke Ibu Su Mei, bagaimana saya yang galang dananya, karena kami juga tidak ada budget-nya. Tapi saat akan menggalang dana itu kita perlu satu target, 500 miliar rupiah. Ada yang bilang itu terlalu besar. Saya bilang ini adalah kesempatan karena pemerintah juga butuh bantuan itu dan saya rasa ini sangat berguna bagi Indonesia,” imbuh Sugianto Kusuma.

Penggalangan dana pun dilakukan. Pada intinya, teladan keduanya yang adalah seorang pengusaha namun menggunakan waktu, pikiran, tenaga dan dana untuk kegiatan kemanusiaan turut menginspirasi para pengusaha. Selain itu reputasi dan kontribusi Tzu Chi Indonesia selama ini juga membuat para pengusaha ini tergerak.


Franky O. Widjaja juga bercerita tentang kepercayaan masyarakat kepada Tzu Chi Indonesia selama ini.

“Ya kami sangat bersyukur, bahwa Tzu Chi bisa terus sumbangsih sudah 27 tahun di Indonesia. Sumbangsih tetes demi tetes ini, berkat kesungguhan hati semua relawan serta nasihat dari Master Cheng Yen. Jadi Pak Aguan sudah keluarkan tekad, target 500 miliar rupiah. Ada 109 perusahaan yang berpartisipasi. Ada juga banyak orang yang dalam jumlah lebih kecil juga menyumbang,” kata Franky O. Widjaja.

Bahkan, tambah Franky, ada beberapa perusahaan yang kondisinya tidak begitu baik tapi masih mau bersatu hati bersama Tzu Chi Indonesia membantu pemerintah mengatasi wabah ini.

“Master Cheng Yen bilang kalau ada satu bencana besar, kalau kita bisa bersatu hati bergotong-royong dengan cinta kasih maka kita berharap wabah ini bisa lebih cepat teratasi,” sambung Franky O. Widjaja.

Sumbangsih para pengusaha yang bernaung di bawah Kamar Dagang Indonesia (KADIN) ini terbukti memberikan manfaat besar bagi penanganan wabah Covid-19 di tanah air. Dengan rapid test kit dalam jumlah yang banyak inilah, Indonesia saat itu baru bisa memulai upaya identifikasi cluster-cluster, terutama pasien yang terjangkit virus corona. Setelah itu barulah karantina dan isolasi bisa dilakukan.

Filosofi Penggali Sumur
Di ujung diskusi ini yang audience utamanya adalah para pengusaha, Wakil Ketua Tzu Indonesia Sugianto Kusuma memaparkan salah satu filosofi yang ia anut dalam menjalankan usahanya sekaligus bersumbangsih.


Bincang khusus yang narasumbernya Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia, Sugianto Kusuma dan Franky O. Widjaja ini merupakan episode ketujuh dalam diskusi tentang Menghadapi Wabah dengan Tulus, yang dihelat oleh Tzu Chi Singapura.

“Seperti penggali sumur, kita ambil airnya, air itu baru akan naik lagi, akan bertambah. Jadi jangan takut ketika satu hal itu yang benar, kita jangan takut kelak kita akan ada masalah di perusahaan dan sebagainya,” kata Sugianto Kusuma tentang berkah yang akan didapat saat bersumbangsih, seperti sumur yang mata airnya tak akan mengering.

“Sebagai organisasi tentu pengeluaran kita makin lama makin besar, tapi kita harus cari cara bagaimana ini terus sustain, jadi begitulah caranya, menjadi penggali sumur,” terang Sugianto Kusuma.   

“Saya mau tambahkan kalimat Pak Aguan (Sugianto Kusuma), bahwa sumur kalau kita tidak ambil airnya, mungkin akan mampet. Bahkan akan ada nyamuk, bisa ada malaria. Jadi air di sumur itu harus diambil, digali, baru bisa airnya berganti. Kita juga seperti gelas, kalau gelas kita segitu, kalau misalnya dituang, pasti akan luber, jadi kita harus bagi ke gelas-gelas yang lain,” pungkas Franky O. Widjaja.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -