Mengingat Budi Luhur Orang Tua

Jurnalis : Ronny Suyoto (Tzu Chi Surabaya), Fotografer : Ferry, Hendra, Pauline (Tzu Chi Surabaya)

fotoSatu Keluarga yang terdiri dari 4 generasi ini tampak sangat sehat dan ceria mengikuti perayaan Hari Ibu Internasional di Tzu Chi Surabaya.

Di setiap minggu kedua di bulan Mei setiap tahunnya, terdapat 3 hari besar yang diperingati sekaligus oleh relawan Tzu Chi di seluruh dunia. Ketiga hari besar itu adalah Hari Waisak, Hari Tzu Chi dan Hari Ibu Internasional. Peringatan ketiga hari besar tersebut sungguh memiliki makna yang mendalam bagi relawan Tzu Chi karena senantiasa mengingatkan mereka untuk kembali ke sifat hakiki kita sebagai seseorang yang berjalan di jalan Bodhisatwa.

Seusai perayaan Waisak, Hari Tzu Chi, dan Hari Ibu Internasional pada tanggal 8 Mei 2011 yang lalu, akhirnya pada tanggal 22 Mei 2011, Tzu Chi Surabaya mengadakan Perayaan Hari Ibu Internasional yang diselenggarakan di Kantor Tzu Chi di kawasan Mangga Dua, Surabaya.

Acara yang dikoordinir oleh para anggota Tzu Ching (muda-mudi Tzu Chi) dan Tzu Shao (siswa kelas pendidikan budi pekerti) ini dapat dikatakan cukup istimewa. Selain acara ini untuk para orang tua mereka terutama ibu, para panitia ini juga belajar bagaimana cara mengoordinir sebuah acara di Tzu Chi. Berbagai persiapan telah mereka lakukan sejak beberapa hari sebelumnya. Mulai dari rancangan acara hingga pernak-pernik yang dipergunakan sebagai penunjang acara. Semua telah mereka persiapkan sebaik mungkin. Dalam acara perayaan hari ibu ini, ada 2 mata acara yang menjadi inti, yaitu persembahan teh dan membasuh kaki orang tua.

 Sejak pagi hari, para tamu undangan pun mulai memasuki tempat acara, namun yang berbeda suasananya hari itu. Suasananya cenderung lebih ramai dan semarak karena para orang tua ternyata umumnya datang bersama dengan beberapa anak mereka sekaligus. Bahkan yang teristimewa lagi adalah terdapat satu keluarga yang terdiri dari 4 generasi, yaitu nenek, ibu, anak, dan cucu. Apalagi kebetulan ibu yang hadir adalah juga seorang relawan Tzu Chi. Acara dimulai dengan persembahan lagu Kasih Ibu yang dibawakan oleh anak-anak Tunas Cinta Kasih Tzu Chi. Anak-anak ini dengan indahnya bernyanyi sekaligus memeragakan isyarat tangan yang mengungkapkan betapa kasih ibu bagi sang anak tidak terbatas. Acara kemudian disusul dengan persembahan teh kepada orang tua. Di sini para anak mengambil secangkir teh dan kue, kemudian sambil berlutut mempersembahkannya kepada orang tua masing-masing.

foto  foto

Keterangan :

  • Persembahan lagu "Gui Yang Tu" atau Lukisan Kambing bersujud yang khusus dipersembahkan oleh para relawan komite, biru putih, abu putih, Tzu Ching, dan siswa-siswi kelas budi pekerti kepada para peserta perayaan Hari Ibu Internasional. (kiri)
  • Irnawati Shijie membasuh kaki Pei Ling Shijie yang selama ini menjadi relawan pembimbingnya sebagai tanda cinta kasih yang tulus dari rekan se-Dharma. (kanan)

Di sesi ini, panitia mencoba untuk mengingatkan para anak untuk selalu ingat melakukan hal-hal kecil untuk menunjukkan rasa cinta dan bakti mereka kepada orang tua. Karena sering kali di tengah kesibukan sekolah dan bekerja, para anak lupa bahwa orang tua juga membutuhkan perhatian dan cinta dari mereka. Banyak para orang tua yang merasa terharu dan meneteskan air mata karena anaknya selama ini belum pernah memberikan persembahan seperti itu.

Salah satu peserta, Kevin yang juga salah satu putra dari seorang  relawan Tzu Chi mengungkapkan rasa harunya berkat adanya acara ini. “Tadi saya memberi kejutan ke mama, tidak bilang bahwa saya akan ikut ke sini. Selama ini saya kurang menyadari bahwa mama selalu menemani saya, selalu menunggu saya saat pulang kerja dan menemani saya makan. Namun saya sendiri kurang meluangkan waktu untuk beliau. Seusai acara ini saya akan mencoba menjadi anak yang lebih baik bagi beliau,” kata Kevin.

foto  foto

Keterangan :

  • Suasana haru tampak menyertai saat Sylvi Angesti mempersembahkan secangkir teh kepada kedua orangtuanya tercinta, Jimmy Angesti dan Vivian Fan. (kiri)
  • Tampak kepolosan dari seorang anak saat mempersembahkan teh kepada sang ibunda tercinta. (kanan)

Acara kemudian diakhiri dengan sesi membasuh kaki orang tua yang dilakukan oleh setiap anak kepada orang tuanya masing-masing. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai tanda bukti cinta dan bakti kita kepada orang tua serta sebagai salah satu bukti nyata bagaimana membalas budi baik mereka kepada kita. Dengan aba-aba panitia, secara bersama-sama sekitar 40 pasang anak dan orang tua yang hadir melakukan kegiatan ini dengan penuh khidmat. Sylvi, salah seorang anak yang hadir pun tergugah dengan adanya prosesi ini. “Saya jadi ingat dulu betapa orang tua merawat saya dengan begitu penuh kasih sayang, jadi suatu saat saya juga berjanji akan merawat orang tua saya apabila (mereka) sudah tua nanti,” kata Sylvi yang juga putri pertama dari Ketua Tzu Chi Surabaya, Vivian Fan Shijie.

Bagi Tzu Chi Surabaya, acara ini merupakan acara rutin yang diselenggarakan. “Dengan acara ini kami ingin mengajak serta mengingatkan setiap anak untuk selalu berbakti dan menghormati orang tua. Karena sesungguhnya kehidupan itu begitu singkat dan bagaikan satu tarikan napas saja. Jangan sampai sudah terlambat dan menyesal baru kita mau berbakti pada orang tua,” kata Vivian Fan, Ketua Tzu Chi Surabaya.

Acara yang berlangsung meriah dan khidmat ini kemudian ditutup dengan doa bersama agar dunia damai sejahtera dan terhindar dari segala bencana, serta mendoakan para orang tua kita agar mereka selalu sehat dan panjang umur serta dipenuhi keberkahan.


Artikel Terkait

Selamatkan Bumi untuk Anak Cucu Kita

Selamatkan Bumi untuk Anak Cucu Kita

07 Oktober 2019

Memperingati HUT TNI ke-74, dilakukan penanaman 300.0074 pohon mangrove secara serentak di 74 wilayah Indonesia, Senin, 7 Oktober 2019. Kegiatan yang dipimpin Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto ini juga tercatat dalam MURI. Tzu Chi Indonesia bersama TNI juga akan menjalankan penanaman 1 juta mangrove di berbagai wilayah di Indonesia.

Memberikan Contoh Nyata Melalui Tayangan DAAI TV

Memberikan Contoh Nyata Melalui Tayangan DAAI TV

15 Maret 2018
Tak hanya menjelaskan ayat satu melalui ayat lainnya, dosen Universitas Pakuan, Bogor ini kerap menayangkan contoh-contoh konkret isi ceramahnya melalui tayangan video. Salah satunya video dari program-program inspiratif DAAI TV.
Tak Kenal Maka Tak Sayang  (bagian pertama)

Tak Kenal Maka Tak Sayang (bagian pertama)

18 Maret 2010
Usai perkenalan sekilas, Habib Saggaf lantas mengajak rombongan berkunjung ke Kampus Biru. Kampus Biru sendiri adalah sebuah bangunan sekolah beratap biru yang dibangun oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -