Mengisi Kembali Energi Cinta Kasih Relawan Tzu Chi
Jurnalis : Khusnul Khotimah , Fotografer : Beverly Clara (Tzu Chi Tj. Balai Karimun, Markus (He Qi Barat), Henry TandoDalam sharing, Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei (tengah) ditanya apakah dirinya lelah dengan padatnya kesibukan di Tzu Chi. Ia menjawab, ia tidak lelah karena semua orang menjalankan tugasnya dengan baik dan sepenuh hati.
Kamp Pelatihan Komite dan Calon Komite 2016 merupakan sebuah kegiatan yang digelar untuk menyegarkan kembali tekad para relawan yang bergabung dengan Tzu Chi. Ibarat baterai, dengan motivasi yang diberikan selama pelatihan, para relawan kembali bersemangat untuk menebarkan cinta kasih. Kamp yang berlangsung selama dua hari, yakni 8-9 Oktober 2016 di Tzu Chi Center Pantai Indah Kapuk Jakarta ini diikuti lebih dari 700 relawan. Mereka di antaranya berasal dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Lampung, Tanjung Balai Karimun, Medan, Pekanbaru, Makassar, dan Biak.
Pelatihan kali ini terasa begitu istimewa karena Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei dan juga Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia, Franky O Widjaja hadir sebagai pembicara. Keduanya merupakan saksi hidup dari sejarah Tzu Chi Indonesia. Tidak banyak yang tahu, bahwa Tzu Chi Indonesia dibangun dengan tidak mudah. Pada masa awal, Tzu Chi dibangun dari sumbangsih beberapa orang saja, belum seperti hari ini. Hal itu diceritakan oleh keduanya dalam sharing pada pelatihan ini.
Setelah mengunjungi Master Cheng Yen di Hualien Taiwan pada Mei 1998, Franky langsung menjadi murid Master Cheng Yen. Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia saat itu baru berusia empat tahun. Usai pulang dari Hualien, yakni pada 12 Mei 1998, bertepatan pula dengan kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Franky, Liu Su Mei, dan Chia Wen Yu yang juga merupakan Komite Tzu Chi Indonesia kembali ke Taiwan untuk melaporkan keadaan Jakarta yang situasinya saat itu mencekam.
“Master Cheng Yen percaya bahwa sebetulnya orang Indonesia itu sangat baik. Bukan benci karena ras tapi yang sebenarnya adalah karena kesenjangan antara yang kaya dengan yang miskin. Jadi bagaimana kita memberi perhatian dan menggunakan cinta kasih untuk bisa menutup kesenjangan itu. Makanya kita mulai, Master Cheng Yen memberi petunjuk untuk membagikan sembako, 100.000 paket,” ujarnya.
Setelah itu makin banyak lagi kegiatan amal yang terus digelar. Termasuk memberikan perhatian kepada polisi dan tentara yang sudah berbulan-bulan menjaga keamanan setelah kerusuhan Mei. Yakni dengan membagikan 50.000 ton beras kepada mereka, juga masyarakat di sekitar.
Para peserta menyerap materi yang diberikan dengan sungguh-sungguh.
Ketika baru bergabung dengan Tzu Chi, Franky bertekad untuk mewujudkan satu juta orang donatur di Indonesia. Sampai dengan tahun ini jumlah donatur mencapai 543.717 donatur. Dalam kesempatan ini, Franky juga mengajak para relawan untuk terus mengasah diri agar bisa betul-betul berinteraksi satu sama lain dengan baik.
“Apa yang saya resapi dan belajar dari Master Cheng Yen, satu yang sangat penting adalah bagaimana bisa mengecilkan diri sendiri, bisa masuk ke dalam lubuk hati yang sedalam-dalamnya dan terkenang rasa kehangatannya dan cinta kasih. Nah itulah yang harus sering kita praktikkan,” tambahnya.
Ketua Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei sangat bersyukur Tzu Chi Indonesia terus ada dan berkembang hingga hari ini. Dalam mengembangkan Tzu Chi di Indonesia hingga sekarang, Liu Su Mei mengaku berawal dari niat yang sederhana, “Pertama niat saya sederhana. Karena sudah berjodoh di Indonesia maka sesuai dengan pesan Master Cheng Yen, jika hidup di negara orang maka harus bersumbangsih bagi warga setempat. Dengan niat yang sederhana inilah semua itu dimulai. Dan semua itu ada hari ini juga berkat jasa shixiong dan shijie semua yang ada di sini,” ungkapnya.
Di dunia Tzu Chi, Liu Su Mei adalah satu-satunya ketua yayasan yang dari mula berdiri hingga hari ini masih menjadi ketua, yakni selama 23 tahun.
Franky Widjaya (kanan) merasa berbahagia dapat berkumpul dalam pelatihan ini. Ia berbicara tentang bagaimana agar Tzu Chi dapat lebih banyak lagi memberikan cinta kasih kepada masyarakat yang membutuhkan.
Para peserta setelah berganti seragam menjadi Abu Putih.
Seragam Baru, Semangat Baru
Selain sharing dari Liu Su Mei dan Franky O Widjaja, yang juga menarik dari pelatihan kali ini adalah pertama kalinya para relawan berganti seragam baru. Calon komite yang sebelumnya berseragam Biru Putih, kini berseragam Abu berkerah Putih. Kepala Sekretariat Tzu Chi Indonesia, Suriadi mengatakan pergantian seragam juga mengandung semangat yang baru. “Tentu dari pergantian seragam ini kita memotivasi para relawan untuk yuk lebih cepat lagi, lebih semangat lagi kita ke jalur komite dan dilantik oleh Master Cheng Yen,” jelas Suriadi.
Dengan pergantian seragam ini, tambah Suriadi, maka yang memakai seragam Biru Putih hanya relawan yang telah dilantik sebagai komite. Selain itu semuanya berseragam Abu Putih. Dengan pergantian ini pula, maka warna seragam relawan Tzu Chi Indonesia sama dengan Tzu Chi yang berada di luar negeri. “Ya, sekarang semua sudah begitu. Jadi tidak ada lagi nonkomite yang pakai Biru Putih. Jadi ada relawan Abu Putih, Calon Komite, dan Komite. Nah calon komite ini yang pakai abu putih kerah putih,” jelasnya kembali.
Kamp Pelatihan Komite dan Calon Komite 2016 ini memberikan kesan yang sangat dalam bagi relawan. Setelah mengikuti pelatihan selama dua hari ini, Yunita, relawan dari He Qi Utara 2 bertekad untuk berani mengambil tanggung jawab dan berusaha menjadi murid Master Cheng Yen yang baik. “Master Cheng Yen bilang bahwa kita sudah terlahir sebagai manusia, maka harus berani memikul tanggung jawab. Master Cheng Yen sendiri seorang bikhuni tapi beliau memikul beban dunia yang sangat banyak. Dan sampai sekarang, masih banyak yang harus dilanjutkan. Jadi benar-benar butuh dukungan semua orang, dukungan shixiong shijie. Jadi saya berpikir bahwa kita juga harus berani memikul tanggung jawab dan mengatasi kesulitan,” ungkapnya.
Mengatasi kesulitan dibuktikannya dengan berdiri di depan para peserta untuk menyampaikan sharing. “Seperti hari ini sebenarnya saya tidak terbiasa berdiri di sini. Tapi saya berpikir bahwa kita harus bisa mengatasi kesulitan, menjadi insan Tzu Chi yang berusaha semaksimal mungkin,” tambahnya.
Sementara itu Stella, relawan dari Tzu Chi Batam bertekad untuk belajar bervegetarian, dan bertekad dapat dilantik menjadi komite pada 2017 mendatang. “Memang hidup itu hanya satu kali. Kita tidak boleh datang kemudian berpulang dengan tangan kosong dan sia-sia. Tentunya kita berharap bersama-sama menjalani hidup ini dan mengukir sejarah kita masing-masing. Sejarah yang penuh dengan jejak-jejak kebaikan dan hidup yang berbakti,” ungkapnya.
Selain itu Stella juga merasa sangat bahagia menjadi generasi pertama dari Master Cheng Yen yang mengganti seragam menjadi Abu Putih berlogo. Baginya ini merupakan sebuah sejarah.
Di penghujung acara, Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei menyampaikan pesan cinta kasih kepada para relawan. “Kita pasti percaya bahwa di tempat kita masing-masing, banyak orang membutuhkan cinta kasih, rasa hormat, dan rasa syukur. Tetapi saudara se-Dharma kita juga membutuhkan itu dari kita. Jadi kita pulang kita bersemangat, berharap tahun depan kita ada lagi di sini semuanya adalah komite Tzu Chi. Kita juga harus ingat untuk membimbing shixiong shijie kita yang lainnya. Kita harus senantiasa ingat untuk menghormati Master Cheng Yen, untuk senantiasa harmonis, dan bisa bersumbangsih tanpa pamrih,” ujarnya disambut haru para relawan.
Berakhirnya pelatihan juga menjadi sebuah langkah baru dalam menguatkan tekad dan ikrar relawan untuk berada di Jalan Tzu Chi. Dengan seragam baru, semangat relawan juga baru, dan tekad yang makin kuat agar di tahun-tahun mendatang barisan komite Tzu Chi Indonesia bertambah banyak.
Artikel Terkait
Mengisi Kembali Energi Cinta Kasih Relawan Tzu Chi
10 Oktober 2016Lebih dari 700 relawan dari berbagai daerah mengikuti Kamp Pelatihan Komite dan Calon Komite 2016. Banyak hal istimewa dalam pelatihan ini, di antaranya Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei dan juga Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia, Franky O Widjaja yang memberikan materi pelatihan. Lewat sharing, keduanya memecut semangat para relawan agar lebih banyak lagi menebar cinta kasih.