Mengobati Kesedihan Opa Oma

Jurnalis : Rangga Setiadi (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Rangga Setiadi (Tzu Chi Bandung)
 
 

foto
Pada tanggal 23 Mei 2012, relawan Tzu Chi Bandung melakukan kunjungan kasih ke Panti Wreda Karitas yang bertempat di Jl. Ibu Sangki no.35, Kota Cimahi, Bandung.

Setetes air mata mulai turun dari bola matanya. Tak lama kemudian, bola mata itu berkaca-kaca dan kemudian pecah, dan air mata pun setetes demi setetes membasahi kulit pipinya yang sudah keriput. Air mata itu adalah milik Oma Maria Mulyati (88) yang biasa dipanggil oma Mulyati, penghuni Panti Wreda Karitas, Bandung, ketika meluapkan rasa harunya di hadapan Pepeng Kuswati, relawan Tzu Chi Bandung.

 

 

Tanpa rasa malu, oma Mulyati pun mengungkapkan isi hatinya kepada Pepeng. “Kangen. Relawan (Tzu Chi-red) semuanya orang baik. Makanya oma kangen,” ungkap oma Mulyati dengan air matanya yang berlinang.
           
Ini adalah gambaran nyata ketika para relawan Tzu Chi Bandung melakukan kunjungan kasih ke Panti Wreda Karitas yang bertempat di Jl. Ibu Sangki no.35, Kota Cimahi, pada tanggal 23 Mei 2012. Pepeng merupakan salah satu relawan yang aktif pada kunjungan kasih hari itu.
           
Banyak yang diperbincangkan antara Pepeng dan Oma Mulyati pada hari itu. Pepeng merupakan salah satu relawan Tzu Chi Bandung yang pandai mendekatkan diri dengan opa dan oma, misalnya dengan cara bercanda gurau, berkomunikasi langsung dari hati ke hati, hingga mengajak opa dan oma untuk bernyanyi bersama. Oleh sebab itu, tak jarang para penghuni panti pun dapat dibuat nyaman olehnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Ardian Sutjijono, sedang melayani opa penghuni Panti Wreda Karitas dengan mencukur janggutnya (kiri).
  • Relawan berusaha untuk menghibur seorang oma dengan memberikan pelukan (kanan).

“Relawan Tzu Chi menempati ruang khusus di hati oma. Oma merasa dekat sekali dengan relawan Tzu Chi,” kata Pepeng menirukan ucapan oma Mulyati.
           
Kunjungan kasih ke panti-panti sosial merupakan agenda rutin Tzu Chi Bandung. Oleh karena itu, para relawan Tzu Chi pun sudah dibuat akrab dengan suasana panti. Pada hari itu, suasana Panti Wreda Karitas jauh berbeda, tidak seperti biasanya. Suasana terasa hening, kendati para opa dan oma sudah memenuhi ruangan utama panti yang selalu digunakan apabila ada kunjungan kasih dari Tzu Chi. Melihat keadaan ini, rasa penasaran pun mulai timbul dari hati para relawan Tzu Chi, dan tanpa ragu, relawan Tzu Chi pun bertanya.
           
“Selamat pagi opa oma. Kok pada sepi gini, pada lemes, ada apa?,” tanya Pepeng di hadapan opa dan oma.
           
Opa dan oma pun menjawab pertanyaan ini. “Lagi sedih, opa omanya ada yang meninggal 3 orang. Cuma 1 minggu 3 opa omanya (1 opa 2 oma-red) meninggal,” opa dan oma menjawab.

foto  foto

Keterangan :

  • Pepeng Kuswati sedang menemani oma Maria Mulyati bernyanyi di hadapan para penghuni Panti Wreda Karitas lainnya (kiri).
  • Relawan Tzu Chi Bandung, Vivi, secara langsung membagikan makanan ke opa penghuni Panti Wreda Karitas (kanan).

Ternyata hati para opa dan oma ini sedang berkabung. Opa dan oma masih merasakan duka yang mendalam atas kepergian ketiga temannya dengan jarak yang berdekatan.
           
Para relawan tidak tega melihat opa dan oma terlalu bersedih. Para relawan pun langsung menghibur opa dan oma dengan berbagai cara, misalnya saja seperti berbincang-bincang untuk lebih mendekatkan hati, hingga mengajak mereka bernyanyi bersama. Tidak ketinggalan juga penampilan nyanyian isyarat tangan “Satu Keluarga” dan “Sebuah Dunia yang Bersih”. Lebih dari itu, pelayanan pun diberikan kepda opa dan oma, seperti membagikan makanan, mencukur rambut serta janggut yang sudah menjadi tradisi di Tzu Chi.

Menyadari Hidup
Pepeng membagikan triknya untuk menghibur opa dan oma, “Dengan pelukan, saya berusaha mengibur oma dan membawa oma ke suasana cerah, agar oma tidak larut dalam kesedihan dan kesepian diusianya yang sudah senja. Saya pun mengajari senam, agar oma dan opa sehat. Walau ada beberapa opa dan oma yang tak bisa berjalan, tapi minimal tangan masih bisa digerakan untuk melakukan hal-hal baik (menolong oma dan opa lain yang lebih menderita dari oma dan opa yang sehat).”

Dalam kunjungan kasih ini terdapat peringatan bahwa hidup ini tidaklah kekal. Harus disadari, karena selama ini kita sedang menjalani waktu yang dimana jiwa dan raga kita yang kuat selama ini pada akhirnya akan hilang.

“Setiap kunjungan ke Panti Wreda membuat hati saya terenyuh, karena seolah mengingatkan kita semua, bahwa hidup ini tidak kekal. Semua harus menjalani proses untuk menjadi tua dan akhirnya tak berdaya,” tegas Pepeng.
  
 

Artikel Terkait

Sui Mo Zhu Fu: Refleksi ke Dalam Diri

Sui Mo Zhu Fu: Refleksi ke Dalam Diri

17 Januari 2012 Para tim panitia acara melakukan yang terbaik untuk menyiapkan dan mempersembahkan berbagai acara yang menyentuh hati para peserta seperti doa bersama, pertunjukan isyarat tangan, kilas balik Tzu Chi Internasional dan Indonesia, sharing relawan, drama pertobatan Air Samadhi.
Banjir Jakarta: Bantuan Banjir Bagi Pademangan

Banjir Jakarta: Bantuan Banjir Bagi Pademangan

12 Februari 2015 Pada 12 Februari 2015, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kembali menyalurkan bantuan berupa makanan hangat kepada para korban banjir yang berada di wilayah Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Sebelumnya pada hari Senin, 9 Februari 2015, wilayah ini dilanda banjir yang cukup parah.
Pembelajaran Arti Kehidupan

Pembelajaran Arti Kehidupan

15 Agustus 2018
Gempa bumi berkekuatan 7 Skala Richter (SR) yang mengguncang wilayah Lombok Utara dan Timur NTB pada Minggu (5/8) lalu, mendapat perhatian dari berbagai lapisan masyarakat. Termasuk siswa siswi SMP dan SMU dan guru Sekolah Tzu Chi Indonesia. Mereka bersama para guru melakukan penggalangan dana peduli Lombok.
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -