Menguatkan akar Tzu Chi di Manado

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto, Teksan (HQ Utara)

Tanggal 31 Mei 2014, diadakan seremoni pembukaan baksos kesehatan Tzu Chi ke 99 di Rumah Sakit Tentara Robert Wolter Monginsidi dengan dihadiri oleh Walikota Manado, Vicky Lumentut.

Di kegiatan baksos setiap relawan bertugas mengantarkan satu demi satu pasien untuk menjalani prosedur baksos dengan baik sekaligus menenangkan pasien agar berani dan tenang dalam menjalani operasi.

Memasuki hari kedua baksos kesehatan Tzu chi di Manado, jumlah pasien yang datang pun semakin bertambah. Hari itu sekitar lebih kurang 140 pasien datang untuk mengobati penyakit katarak yang menimpa mereka.

Di hari ke-2 , Sabtu, 31 Mei 2014 juga diadakan seremoni pembukaan baksos kesehatan Tzu Chi ke-99 di lapangan parkir mobil Rumah Sakit Tentara (RST) Robert WolterMonginsidi, Manado.  Pukul 08.30 WITA, MC mengawali acara dengan mengumumkan nama insta nsi yang datang ke acara, dilanjutkan dengan doa dan laporan  ketua pelaksana, Letkol dr. Andhy Sugiharto, Sp.an, selaku kepala  rumah sakit Tentara Robert Wolter Monginsidi.

Acara dilanjutkan dengan kata sambutan dari Yayasan Buddha Tzu Chi yang diwakili oleh Benny, disambung kemudian dengan kata sambutan dari Walikota Manado, Vicky Lumentut. Dalam sharingnya, Vicky Lumentut mengatakan jika sejak dibantu oleh Tzu Chi, keadaan Manado sudah kembali mendekati keadaan sebelum terkena banjir. “Bantuan-bantuan yang diberikan Tzu chi kepada Manado memberikan pembelajaran baru untuk menjadi satu keluarga dalam bangkit dari keterpurukan. Ini seperti membangkitkan kembali semangat Mapalus(gotong royong) yang sudah lama hilang di Manado. Tidak hanya itu, sekarang juga sudah mulai tumbuh benih-benih relawan Tzu chi di Manado,” ujar Vicky Lumentut.

Vicky Lumentut pun menambahkan jika apa yang dijanjikan Tzu Chi pasti akan ditepati. “Ternyata bantuan yang diberikan Tzu chi kepada Manado, cocok dengan apa yang dibutuhkan dan diharapkan  oleh masyarakat Manado. Dan mereka (relawan Tzu Chi) adalah orang-orang yang tidak berhenti memberikan perhatian dan bantuan kepada Manado,”sambungnya.

Vicky Lumentut

Tanggal 31 Mei 2014, diadakan seremoni pembukaan baksos kesehatan Tzu Chi ke 99 di Rumah Sakit Tentara Robert Wolter Monginsidi dengan dihadiri oleh Walikota Manado, Vicky Lumentut.

Setelah Walikota memberikan kata sambutan, Kasrem , Kol Infantri Toto Jumartono yang mewakili Danrem 131 memberikan sepatah dua kata.  Yang kemudian dilanjutkan dengan penampilan gerakan isyarat tangan satu keluarga dan cinta dan damai oleh relawan Tzu Chi Jakarta, Manado dan anggota kodam VII Wirabuana.

Untuk mengesahkan acara juga diadakan pembukaan simbolis berupa penyerahan baju operasi dari Yayasan Buddha Tzu Chi kepada tim kesehatan korem, Walikota kepada Perdami (Persatuan dokter mata Indonesia), Kasrem kepada Tim Buddha Tzu Chi yang diwakili oleh dr Ruth. Lalu Kasrem , Walikota Manado  dan rombongan berkeliling melihat kegiatan baksos yang berlangsung.  

Semuanya jernih

Pukul  10.30 WITA, dengan menggunakan kendaraan umum, Nella Gutu datang untuk memeriksakan kondisi matanya pasca operasi  Katarak di baksos kesehatan Tzu Chi. “Mata rasanya sudah terang,” ujar Nella. Dengan ditemani Selvi Ponge, keponakannya ia datang ke acara baksos. “Bibi sudah lebih baik penglihatannya, dia sekarang  lebih semangat. Ini setelah pulang aja dia sudah mau untuk bantu paman berladang di kebun cengkeh,” ujar Selvi Ponge yang berprofesi sebagai bidan di tempat mereka tinggal di Pulau Mante Hage.

Nella Gutu (Kiri) datang menjalani pemeriksaan dengan didampingi keponakannya, Selvi Ponge (baris ke-2 dari kiri)

Nella Gutu (Kiri) datang menjalani pemeriksaan dengan didampingi keponakannya, Selvi Ponge (baris ke-2 dari kiri)

Rencananya tanggal 9 Juni 2014 ini, ia akan menjalani pemeriksaan yang ke-2 di RST Wolter Monginsidi. “Nanti malam menginap dulu di rumah kakak, yang dekat dari rumah sakit baru besok pulang,” jelas Selvi (44), ibu dari satu anak ini.

Selepas kepergian Nella, ada seorang pria paruh baya berusia 70 tahun datang dengan didorong menggunakan  kursi roda.Ia adalah Yunny Tampi. Ayah dari 6 anak ini mengalami kelelahan karena harus menempuh perjalanan yang jauh dari rumahnya. Perjalanan selama 5 jam dari rumahnya membuat ia tiba di lokasi baksos siang hari dan mendapat nomor antrian yang besar.  Ia tinggal di desa Ponompiaan Jaga, jalan Tompaso Baru dua, Kecamatan Dumoga timur sekitar 215 Km dari lokasi baksos diadakan. Ia datang ke rumah sakit dengan di temani oleh Meidy Tampi, putranya yang ke-5 . Di Desa Ponompiaan Jaga, ia tinggal di rumah yang berukuran 6,5 x 5,5 dan berbilik kayu  bersama  4 anaknya selama `13 tahun hingga sekarang.

Di kehidupan biasanya, ia adalah seorang umat kristiani yang taat. Ia rajin membaca Alkitab, rajin pergi beribadah ke Gereja. Selain beribadah, Yunni Tampi juga seorang pekerja keras, Ladang seluas 1,5 hektar yang ia punya,  ia Tanami dengan Kelapa, rambutan, dan Matoa. Setiap 4 bulan sekali ia mendapat keuntungan dari menjual buah-buahan ini sebesar Rp 500 ribu.  Semenjak tahun lalu ketika pandangannya mulai kabur , ia sudah mulai mengurangi aktivitasnya pergi beribadah, bekerja dan membaca alkitab. Dikarena untuk pergi ke Gereja ia harus melalui jalan yang tidak rata dan memakan waktu sekitar 45 menit,  maka ia pun tidak berani untuk keluar rumah. Selain itu fasilitas kesehatan yang masih kurang memadai di desanya membuat ia tidak dapat langsung menyembuhkan penyakitnya.

Beruntung tetangganya mengetahui perihal baksos katarak Tzu Chi di RST WalterMonginsidi. Meidy, putranya yang ke 5 mengantarnya ke rs. Untuk sampai di RST Robert Wolter Monginsidi,membutuhkan hampir lebih kurang 5 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan umum.  Untuk ongkos transportsasi anak-anaknya kumpulkan bersama-sama dengan total 170 ribu rupiah untuk sekali pergi. Tidak hanya itu, 2 hari sebelum berangkat , Meidy dan saudaranya juga menghubungi beberapa kenalan guna mencari tempat tumpangan sementara untuk menginap setelah menjalani operasi. Beruntung ada kenalan dari kakak sulung Meidy yang tinggal di Malalayang  yang bersedia menampung mereka untuk tinggal pascaoperasi.

Yunny Tampi datang berobat dengan didampingi putranya Meidy (bertopi)

Yunny Tampi datang berobat dengan didampingi putranya Meidy (bertopi).

Setelah menjalani operasi, Meidy juga harus kembali mencari kendaraan untuk mengantarkan ayahnya dan dirinya ke tempat kenalannya yang berada di daerah Malalayang sekitar 5 Km dari lokasi baksos. Sambil menunggu kendaraan berupa motor yang akan membawa mereka ke Malalayang, Meidy kerap menemani Yunny dan menenangkan ayahnya  yang terus mengeluh perih di mata seusai operasi.

Ketika ditanya apa harapannya seusai sembuh dari penyakitnya, Yunny berujar  jika ia memiliki  sebuah harapan kecil yang terselip di dalam hati yaitu dapat naik ke atas gunung guna melihat hasil tanamannya tumbuh subur, serta dapat pergi aktif ke gereja dan membaca alkitab seperti sedia kala. Ia pun tidak sabar menanti datangnya hari-hari tersebut.

Menginspirasi untuk lebih maju
Pukul 21.30 WITA, ketika baksos kesehatan usai dilaksanakan, para relawan medis, relawan Tzu Chi Jakarta dan Manado berkumpul di ruangan meeting lantai 2 Hotel Swisbell, Manado guna melaksanakan yuan-yuan( berkumpul bersama menutup kegiatan) mengingat esok adalah hari terakhir baksos kesehatan  diadakan.

Dalam acara ini, satu persatu relawan memberikan sharing apa yang ia dapat selama mengikuti baksos kesehatan Tzu Chi. Seperti misalnya Benny yang menjadi koordinator baksos kali ini menerangkan jika selama di baksos ia sering berinteraksi dengan pasien. Dari interaksi tersebut, ia banyak mendapat cerita bagaimana pasien merasa sangat tersentuh dengan pelayanan dari Tzu Chi.”Pasien mengatakan jika selama di baksos, mereka dilayani dengan senyum dan perhatian yang tulus. Baksos ini juga beda dengan baksos kesehatan lainnya, karena di sini (Baksos Kesehatan Tzu Chi) mereka diberikan makanan, diantar dalam menjalani prosedur pengobatan, dan juga bagaimana relawan merangkul mereka seperti keluarga,” terang Benny dengan penuh haru.

Bagi Benny sendiri, ia merasa mendapat masukan bagaimana bisa melatih untuk menjadi rendah hati seperti relawan Tzu Chi Jakarta yang boleh dikatakan memiliki tingkat ekonomi yang cukup tetapi mau melayani pasien dengan sabar, membersihkan lokasi baksos dari sampah minuman atau makanan bahkan memilah sampah berdasarkan jenis tanpa ada rasa jijik.”Saya rasa ini adalah suatu pembelajaran yang baik tidak hanya untuk kita tetapi juga untuk saya guna untuk berlatih menjadi lebih baik,” ucap Benny kepada para peserta yang hadir di acara tersebut.

Menutup acara yuan-yuan malam itu, Hary Pirono selaku pembina relawan Tzu Chi di Manado mengajak para relawan Tzu Chi untuk makin mantap melangkah di Tzu Chi dan tidak ragu lagi untuk melatih diri dan menguatkan akar Tzu Chi di Manado.  


Artikel Terkait

Menguatkan akar Tzu Chi di Manado

Menguatkan akar Tzu Chi di Manado

05 Juni 2014

Memasuki hari kedua baksos kesehatan Tzu chi di Manado, jumlah pasien yang datang pun semakin bertambah. Hari itu sekitar lebih kurang 140 pasien datang untuk mengobati penyakit katarak yang menimpa mereka.

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -