Siswa-siswi Kelas Pendidikan Budi Pekerti Tzu Chi (Tzu Shao) sedang mendengarkan materi yang disampaikan oleh Abdul Rahim, Wakil Koordinator Bidang Amal Tzu Chi Tanjung Balai Karimun.
Kelas Pendidikan Budi Pekerti Tzu Chi tingkat Tzu Shao (setingkat SMP dan SMA) yang diadakan oleh Tzu Chi Tanjung Balai Karimun pada bulan Juni ini dipenuhi dengan berbagai keseruan dan momen haru. Dengan tema Mengubah Empati Menjadi Aksi, kelas ini berlangsung pada tanggal 1 Juni 2024, bertepatan dengan libur Hari Kelahiran Pancasila. Siswa-siswi diajak untuk mengubah rasa empati dalam diri menjadi dorongan melakukan aksi nyata untuk sosial.
Listania, koordinator muda-mudi Tzu Shao, dan Abdul Rahim, Wakil Koordinator Bidang Amal Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, membawakan materi dalam pertemuan ini. Mereka memperkenalkan lebih dalam misi amal Tzu Chi dan cara kerjanya, serta membekali siswa-siswi dengan prosedur melakukan survei kasus calon penerima bantuan Tzu Chi. Setelah sesi teori, siswa-siswi diajak terjun langsung ke lapangan untuk melakukan survei dengan didampingi para relawan senior.
“Kalau berkunjung ke rumah calon penerima bantuan, harus sopan dan ramah ya. Ucapkan salam, panggil bapak atau ibu. Kalau bertanya juga harus sopan dan dibawa santai, jangan seperti sedang interogasi,” pesan Abdul kepada para peserta.
Tampak siswa-siswi menyimak dengan seksama materi yang disampaikan.
Setelah sesi pembekalan, siswa-siswi dibagi menjadi empat kelompok oleh Listania untuk melakukan survei. Setiap anggota memiliki tugas masing-masing: ada yang bertanya, mencatat, dan memotret. Pembagian kasus survei dipertimbangkan dengan cermat oleh panitia kelas dari segi keselamatan dan kesehatan.
Perjalanan menuju rumah calon penerima bantuan diwarnai canda tawa dan nyanyian dari para relawan dan siswa-siswi. Namun, saat survei dimulai, suasana berubah menjadi serius. Setiap siswa menjalankan tugasnya dengan baik dan proaktif. Catatan yang diambil rapi, calon penerima bantuan merasa nyaman, dan data serta dokumentasi foto lengkap. Pengalaman ini memberikan siswa-siswi kelas Pendidikan Budi Pekerti Tzu Chi ini pelajaran berharga yang tak terlupakan.
Seorang siswa kelas Tzu Shao dengan didampingi Listania, relawan Tzu Chi sedang mencatat sembari berbincang-bincang dengan dengan calon penerima bantuan.
Seorang siswa kelas Tzu Shao dengan didampingi Listania, relawan Tzu Chi sedang mencatat sembari berbincang-bincang dengan dengan calon penerima bantuan.
“Istri bapak itu baik ya, bapaknya sudah tiga tahun tak bisa kerja karena kanker, jadi gantian istrinya yang kerja cari uang, jaga suami sama anak,” ujar Khaylerd spontan dalam perjalanan pulang ke Kantor Tzu Chi Karimun setelah survei.
“Mertuanya juga baik kasih tinggal di rumahnya,” tambah Khaylerd. Di usia 12 tahun, Khaylerd mampu mengingat dan menjelaskan kronologi penyakit calon penerima bantuan dengan detail, termasuk bulan dan tahun saat berhenti bekerja karena divonis kanker.
Khaylerd (berseragam biru muda) memahami materi yang disampaikan serta menyimak proses survei kasus dengan baik.
Sepulang dari survei kasus, siswa-siswi berkumpul di Aula Kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun untuk berbagi cerita dan pengalaman. Suasana yang sebelumnya riuh oleh hiruk-pikuk siswa-siswi menjadi hening ketika topik pembahasan dimulai.
Setiap kelompok mendapat giliran untuk menjelaskan kondisi calon penerima bantuan yang telah disurvei. Para siswa-siswi ini menceritakan dengan rinci sambil memperlihatkan catatan tangan, formulir, dan data yang diperoleh. Ada juga momen-momen emosional saat siswa mengisahkan kembali keluhan dari calon penerima bantuan.
“Sehabis cerita soal kondisinya ke kami, dia tiba-tiba bilang kalau dia sempat berpikir untuk bunuh diri. Saya sedih banget, mata saya berkaca-kaca dengernya,” ungkap Dora, seorang salah satu anak, saat menceritakan interaksinya dengan calon penerima bantuan saat survei kasus.
Dora, merasa senang diberi kesempatan untuk mengambil peran dalam survei calon penerima bantuan Tzu Chi yang menjadi bagian dari rangkaian kegiatan kelas Budi Pekerti Tzu Chi kali ini.
Tujuan dari kelas ini adalah agar siswa-siswi yang sebelumnya menunjukkan antusiasme tinggi untuk melakukan aksi sosial memiliki bekal serta wadah untuk melakukannya. Mereka sangat bersemangat dan merasa puas karena dapat berperan dalam misi amal yang menjadi pondasi dari Yayasan Buddha Tzu Chi. Meski materi kali ini terkesan berat, penyampaiannya tetap menarik dan mudah dimengerti, dengan respon yang baik dari para siswa.
Setiap orang memiliki potensi yang tak terhingga, termasuk siswa-siswi yang masih belia. Dengan bimbingan yang tepat dan kesempatan untuk belajar hal-hal baru, mereka mampu melakukan hal-hal luar biasa untuk kebaikan diri mereka dan orang-orang di sekitarnya.
Editor: Hadi Pranoto