Mengubah Gelap Menjadi Terang

Jurnalis : Imelda Virgo Vintia (Tzu Chi Cabang Sinar Mas) , Fotografer : Imelda Virgo Vintia, Rudi Pratomo (Tzu Chi Cabang Sinar Mas)

Pagi-pagi sekali, relawan Tzu Chi sudah tiba di Kantor Desa Sumber Makmur untuk menjemput 10 warga yang akan menjalani operasi katarak di Klinik Mata dr. Agus Ariyanto, Sp.M di Pangkalan Bun.

“Bersumbangsih tanpa pamrih yang membangkitkan rasa terima kasih dalam diri orang yang dibantu adalah menjalin jodoh baik”
(Master Cheng Yen)

Waktu baru menunjukkan pukul 04.30 pagi, namun relawan Tzu Chi di Xie Li Kalimantan Tengah (Kalteng) 3 sudah tiba di Kantor Desa Sumber Makmur, Sebabi, Kecamatan Telawang, Kabupaten Kotawaringin Timur. Kedatangan relawan pada Rabu 6 Desember ini untuk menjemput 10 warga yang akan menjalani operasi katarak di Klinik Mata dr. Agus Ariyanto, Sp.M di Pangkalan Bun.

Dengan sukacita, warga yang sebagian besar adalah lansia menyambut hangat kedatangan para relawan. Setelah semua siap, perjalanan pun dimulai. Jalan berkelok dan agak berdebu tak menyurutkan semangat relawan membantu warga Desa Sumber Makmur yang mengalami katarak ini. 

Pendampingan relawan memberi kenyamanan pasien dalam menjalani operasi katarak.

Ni Made Wedaswari mendampingi seorang warga dalam pemeriksaan awal.

Katarak adalah suatu penyakit ketika lensa mata menjadi keruh dan berawan. Pada umumnya katarak berkembang perlahan dan awalnya tidak terasa mengganggu. Namun lama kelamaan katarak akan mengganggu penglihatan dan membuat pengidap merasa seperti melihat jendela berkabut, sulit membaca, dan sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Penyakit mata ini merupakan penyebab kebutaan utama di dunia.

Setelah menempuh perjalanan selama 3.5 jam, rombongan tiba juga di Klinik Mata dr. Agus Ariyanto, Sp.M, Pangkalan Bun. Semua pasien ini segera melakukan pemeriksaan kesehatan seperti tekanan darah, cek gula darah, dan antigen yang diperiksa oleh dr. Ida Bagus Gede Rsi Mahendra Diputra, dokter Xie Li 3, yang akrab disapa dr. Mahendra. Pemeriksaan ini dibantu Ni Made Wedaswari D dan Lily Diana Fitri, relawan Dharma Wanita. Setelah melakukan pemeriksaan dengan dr. Mahendra, pasien melakukan screening untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dan setelah dilakukan screening, 10 pasien dinyatakan lolos untuk operasi dengan tindakan 9 pasien operasi katarak dan 1 pasien operasi pterygium.

Pandangan rindu Abdul Rohman kepada sang istri setelah lama tidak dapat melihat.

Dari 10 pasien penerima bantuan ini ada Abdul Rohman (66) dan Elite Komala (61), sepasang suami istri yang kisahnya menyentuh hati relawan. Mereka ditemani anak perempuannya, Nina (40). Penglihatan Abdul Rohman sudah lama terganggu bahkan sampai mengalami kebutaan. “Saya sudah lama enggak bisa lihat, tapi 2-3 bulan kemarin ini parah sekali cuman gelap aja,” tuturnya kepada relawan.  

Elite Komala, sang istri juga sudah lama mengalami gangguan penglihatan. “Saya ini masih bisa melihat tapi buram sekali jadi kalau di rumah saya nuntun bapak agak takut-takut jadinya anak saya ini Nina yang mondar-mandir ke rumah. Terima kasih Tzu Chi, dokter, Pak Rudi dan ibu-ibu akhirnya saya dan suami saya akan operasi semoga diberikan kelancaran ya biar bisa melihat lagi dengan jelas,” ujarnya sembari menunggu giliran operasi dan menunggu suami yang sedang operasi.

Pelukan bahagia Elite Komala saat keluar dari ruang operasi kepada Lily Diana Fitri.

Pintu ruang operasi terbuka. Abdul Rohman tampak keluar dari ruang operasi. Meski mata sebelah kanan masih diperban, tapi ia menebar senyum sambil berteriak bahagia. “Alhamdulillah saya bisa lihat lagi,” ungkapnya sambil memegang tangan dr. Mahendra yang ada di depannya. “Terima kasih dokter, terima kasih banyak Bu Pak. Alhamdulillah dokter,” ujarnya.

Abdul Rohman langsung memeluk istrinya. Seketika ruang tunggu diselimuti suasana haru. Lama tidak dapat melihat Abdul Rohman tidak ingat wajah anak perempuannya. “Ini siapa ya?” ucapnya sambil menunjuk Nina, anak perempuannya.

“Terima kasih banyak Tzu Chi, terima kasih banyak dr. Mahendra dan ibu-ibu sama Pak Rudi. Terima kasih sudah membantu operasi mata ibu dan bapak. Saya bahagia sekali semoga semakin sukses panjang umur dan diberikan umur yang barokah ya. Maaf merepotkan sudah dijemput ditemani, didampingi sampai diantar pulang,” ucap Nina dengan air mata bahagia kepada para relawan.

Kebahagiaan para pasien didampingi dokter dan relawan Tzu Chi usai menjalani operasi dan akan kembali ke Desa Sumber Makmur.

Kebahagiaan yang dirasakan semua pasien hari itu juga dirasakan dr. Mahendra. Ia turut bersukacita bisa membantu memberikan terang bagi penglihatan 10 warga Desa Sumber yang selama ini diliputi kegelapan. “Saya sangat tersentuh melihat reaksi mereka, apalagi melihat anaknya Pak Rohman yang langsung memeluk bapaknya menangis bahagia. Inilah yang sering saya rasakan saat mengantar penerima bantuan dari Tzu Chi operasi katarak,” pungkas dr. Mahendra.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Bersama dengan Perkumpulan Pintu Mas

Baksos Kesehatan Bersama dengan Perkumpulan Pintu Mas

19 Februari 2018
Dalam rangka perayaan Tahun Baru Imlek, Tzu Chi Surabaya bekerja sama dengan Perkumpulan Pintu Mas mengadakan baksos pemeriksaan darah dan seminar kesehatan yang dilanjutkan dengan pembagian sembako. Antusiasme warga terlihat dari banyaknya warga yang mengantre satu jam sebelum acara dimulai.
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-144 di Batam: Tantangan Menjangkau Pasien di Pulau Anambas

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-144 di Batam: Tantangan Menjangkau Pasien di Pulau Anambas

11 September 2024

Pelayanan kesehatan juga diberikan kepada warga di Kepulauan Anambas, Tanjung Batu, Dabo Singkep, Tanjung Pinang, Selat Panjang, dan Tanjung Balai Karimun.

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Penglihatan Terang, Pembuka Jalan untuk Menjemput Rezeki

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Penglihatan Terang, Pembuka Jalan untuk Menjemput Rezeki

09 September 2024

Kesulitan beraktivitas dirasakan oleh Sugiyanto dan Ari Firman karena katarak dan pterygium. Di Baksos Kesehatan Tzu Chi, keduanya berhasil dioperasi dan kembali bisa melihat dengan jelas.

Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -