Mengubah Jalinan Jodoh Buruk Menjadi Baik
Jurnalis : Mieyoda (He Qi Barat), Fotografer : Joliana, elvina, Indarto, Pik Ie (He Qi Barat)Bedah buku yang mengambil tema “Mengubah Jalinan Jodoh Buruk Menjadi Baik” disampaikan dengan lugas oleh Eddy Franjaya (kiri).
Rabu, 27 Juli 2016, bedah buku He Qi Barat yang diadakan di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Kosambi sejak pukul 18.30-21.00 WIB dihadiri sebanyak 31 orang peserta setidaknya telah mengajarkan saya akan sebuah pemahaman baru mengenai rangkaian kehidupan manusia. Malam ini tepatnya pukul 18.00 WIB kami tiba di lokasi acara. Terlihat beberapa relawan sedang berlatih isyarat tangan. Acara dimulai pukul setenagh tujuh di mana sebelumnya kami beramah-tamah sambil mencicipi hidangan yang telah disediakan oleh para relawan konsumsi. Setelah makan selesai, kami menyaksikan isyarat tangan ”I Nian Xin” yang dibawakan begitu indah oleh para relawan.
Bedah buku yang mengambil tema “Mengubah Jalinan Jodoh Buruk Menjadi Baik” disampaikan dengan lugas oleh Eddy Franjaya. Pemahaman mengenai karma dan maknanya disampaikan dengan gamblang oleh Eddy melalui alat peraganya.
Setelah makan selesai, kami menyaksikan isyarat tangan ”I Nian Xin” yang dibawakan begitu indah oleh para relawan.
Bedah buku He Qi Barat yang diadakan di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Kosambi dihadiri sebanyak 31 orang peserta pada tanggal 27 Juli 2016.
Makna Karma
Eddy menyampaikan arti karma dengan sebuah analogi sederhana tapi sangat mengena. Karma digambarkan dengan sebuah buku di mana setiap manusia memiliki buku karma masing-masing. Di dalam buku tersebut, terselip barisan lembar merah yang merupakan karma buruk sedangkan di sisi lainnya terselip barisan lembar hijau yang merupakan karma baik. Uniknya, buku karma yang kita miliki tidak berdiri sendiri namun memiliki pasangannya masing-masing, yang berarti lebih dari satu. Inilah yang dinamakan jalinan jodoh. Karma dapat diartikan sebagai buah dari perbuatan yang kita lakukan dalam setiap aspek kondisi. Setiap lembar merah dan hijau yang melekat pada buku tersebut adalah buah dari reaksi manusia dalam menghadapi setiap aspek kondisi kehidupan.
Ketika buah merah rontok, apakah anda akan menanam kembali dengan buah merah yang buruk atau buah hijau yang baik? Ketika buah merah rontok, apakah sepatutnya anda bergembira atau bersedih? Buah-buah ini akan terus terakumulasi hingga kehidupan selanjutnya. Berbicara tentang kehidupan selanjutnya, buah merah dapat diibaratkan sebagai hutang di masa lampau sedangkan buah hijau dapat diibaratkan sebagai deposito untuk masa akan datang. Manakah yang akan kita lakukan dalam lingkaran kehidupan ini? Menumpuk hutang atau menumpuk deposito?
Seorang anak laki-laki terlahir dalam kondisi keluarga yang buruk. Ini bukanlah karma dari orang tua tetapi sebaliknya ini adalah karma dari anak itu sendiri. Jalinan karma lah yang mempertemukan sang anak dengan sang orang tua dan saudaranya yang lain. Eddy juga menganalogikan bahwa setiap buah karma yang rontok bagai sebuah biji pik-pok (tanaman) di mana adakalanya biji-biji tersebut meledak pada saat yang bersamaan.
Kira-kira seperti itulah analogi yang disampaikan oleh Eddy tentu saja di barengi dengan video-video menarik dan ditutup dengan kisah dari video Master Cheng Yen Bercerita, “Mengubah Jalinan Jodoh Buruk Menjadi Baik” yang mengisahkan seorang biksu yang mengubah jalinan jodoh buruk menjadi baik.
Kata demi kata yang tersirat dalam benak dan hati saya ketika mendengar pembahasan pada bedah buku kali ini membuat saya terhenyak sejenak. Jalinan jodoh yang buruk bagaikan pusaran air yang akan terus menyeret kita masuk lebih jauh ke dalam jika kita tidak segera keluar dari sana. Lalu bagaimana cara kita menghadapi jalinan jodoh buruk ini? Dengan mengubahnya menjadi jalinan jodoh yang baik dan itu dimulai dari hati kita sendiri dengan pemahaman yang benar.
Ketika sesi sharing dimulai, tidak segan para relawan menceritakan kisah kehidupannya, salah satunya adalah Elly Widjaja (pegang mic).
Tak terasa dua setengah jam yang saya lewati malam itu amat singkat, bahwa kami telah melewati waktu untuk berkumpul mendalami kisah yang diambil dari video Master Cheng Yen bercerita. Ternyata saya tidak sendiri, antusias juga terlihat dari para relawan lain. Ketika sesi sharing dimulai, tidak segan para relawan menceritakan kisah kehidupannya, salah satunya adalah Elly Widjaja. Ia menceritakan bagaimana melewati setiap jalinan jodoh dalam rangkaian kehidupannya, bagaimana ia menyikapi kondisi demi kondisi. Dan ia masih bisa berdiri hingga sekarang tentunya bukan hanya dari usahanya sendiri melainkan berkat teman-teman lingkungannya yang selalu mendampinginya melewati setiap kisah buruk dan baik dalam hidupnya. Masih banyak relawan lain yang bercerita dengan mata berkaca-kaca mengisi sesi sharing malam tersebut.
Karma, terdengar umum namun topik yang kompleks dan sensitif untuk dibahas. Butuh kejelian dan kematangan untuk menjelaskannya dengan tepat karena jika tidak, sebuah kata yang terdiri dari lima huruf ini dapat memberikan persepsi yang salah atau cenderung buruk bila tidak disampaikan dengan benar. Terlebih lagi bedah buku adalah kegiatan umum di mana orang-orang yang berlatar belakang berbeda seperti saya bisa saja ikut mengambil bagian di dalamnya. Bedah Buku merupakan komunitas di mana kita menguatkan sisi kebatinan manusia dalam bentuk teori-teori kemudian merenungkannya dengan kehidupan sehari-hari.
“Ah, teori….” Buang jauh-jauh kalimat itu karena pada dasarnya anda perlu mengenal teori terlebih dahulu untuk terjun praktik bukan? Hal yang paling meresap dalam sanubari saya, ketika Eddy mengeluarkan sebatang korek api lalu digesekkannya batang korek api tersebut ke kotak sumbu, menyala lah api pada korek tersebut. Lalu pertanyannya, di manakah karma itu tersimpan? Karma itu ada di setiap orang dan akan berbuah pada kondisi yang tepat.