Mengugah Hati, Menumbuhkan Benih Cinta Kasih
Jurnalis : Willy, Fotografer : WillyMahasiswa dan para relawan selalu menebar senyuman dan sapaan hangat sehingga terbangun suasana kekeluargaan
Sambutan hangat diberikan oleh dosen, staf, dan mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti yang berlokasi di Jl. IKPN Tanah Kusir, Bintaro saat menyambut rombongan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang berkunjung pada hari Sabtu, 30 Agustus 2014. Pada kunjungan kali ini Yayasan Buddha Tzu Chi mendapatkan kesempatan untuk melakukan Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi (SMAT) di hadapan 500-an mahasiswa baru dalam kuliah perdana tahun akademik 2014/2015. Jalinan jodoh baik ini dapat terjalin berkat Haryo Suparmun, salah satu relawan Tzu Chi yang juga merupakan dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Trisakti.
Sejak pukul 8 pagi para relawan Tzu Chi telah membagikan celengan bambu dan buletin Tzu Chi kepada mahasiswa baru. Senyuman dan sapaan selamat pagi tidak pernah absen dilontarkan oleh para mahasiswa baru yang juga disambut hangat oleh relawan Tzu Chi. Setelah sesi pertama, akhirnya tiba giliran Tzu Chi untuk melakukan SMAT dengan diwakili oleh Eko Raharjo, salah satu relawan yang juga merupakan guru di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Sebelum sosialisasi, para relawan Tzu Chi mempertunjukkan isyarat tangan (shou yu) yang berjudul “Satu Keluarga”. Para mahasiswa juga diundang untuk mengikuti gerakan tangan tersebut.
Relawan Tzu Chi membawakan shou yu berjudul “Satu Keluarga” untuk memperkenalkan isyarat tangan di Tzu Chi kepada mahasiswa STP Trisakti
Pembawaan Eko yang seringkali melontarkan guyonan disambut dengan gelak tawa dari para mahasiswa. Meskipun begitu, Eko tetap fokus memperkenalkan misi amal Tzu Chi dengan harapan membangkitkan jiwa sosial mahasiswa. Salah satu bagian yang mengundang haru adalah pemutaran video mengenai seorang anak yang menderita bibir sumbing dan mendapat bantuan pengobatan dari Yayasan Buddha Tzu Chi. Beberapa mahasiswa terlihat berkaca-kaca sambil mengusap-usap mata.
Eko menekankan bahwa filosofi di Tzu Chi adalah membantu yang kurang mampu dan menginspirasi yang mampu serta membangkitkan cinta kasih bagi orang yang dibantu. Eko memberikan contoh begitu minimnya masyarakat yang mampu untuk memberdayakan masyarakat marjinal. Lebih lanjut, Eko menegaskan Tzu Chi konsisten untuk tidak berpolitik.
“Ketika kita melihat orang yang kurang beruntung, apa yang harus kita lakukan? Menonton, membantu, atau peduli. Peduli itu ada beberapa, membantu, mendampingi atau juga sampai ke proses pendampingan. Nah, di Tzu Chi kita ambil yang satu paket, membantu yang sampai pendampingan. Itu yang disebut peduli untuk berbuat kebajikan,” pungkas Eko
Para mahasiswa mencoba ikut gerakan shou yu yang dibawakan oleh para relawan Tzu Chi
Salah satu mahasiswi S1 Pariwisata, Agnestien Rudyanthi mengaku berkeinginan menyumbang melalui celengan bambu. “Bagus, karena ngggk memandang perbedaan meskipun berlabel komunitas Buddha,” ujar mahasiswi alumni SMA Santa Ursula tersebut ketika ditanya mengenai pendapatnya mengenai misi amal Tzu Chi. Hal itu tak berbeda dengan Prasetyadi Tjandra, salah seorang mahasiswa kelahiran Jakarta. Prasetyadi berharap dapat ikut berkontribusi membantu yang membutuhkan melalui celengan bambu.
Srisulartiningrum, Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh Tzu Chi. Ning, sapaan akrab Srisulartiningrum mengaku berkeinginan untuk bersumbangsih melalui Yayasan Buddha Tzu Chi. Ke depannya, Ning memandang Yayasan Buddha Tzu Chi sebagai wadah bagi mahasiswa untuk membantu yang membutuhkan karena selain tidak memandang perbedaan, Yayasan Buddha Tzu Chi tidak melakukan politik praktis. “Kami memang mengajarkan mahasiswa untuk, ayo membantu sesama karena memang itu sesuai visi kita ke depan. Salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat,” ujar wanita kelahiran Jakarta itu. Lebih lanjut, Ning yang juga merupakan penonton setia DAAI TV itu berharap Yayasan Buddha Tzu Chi dapat terus mengembangkan misi amal untuk membantu sesama.
Srisulartiningrum, Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni (tengah) berharap Tzu Chi dapat terus mengembangkan misi amal untuk membantu sesama
Artikel Terkait
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-127 di Manokwari, Papua
05 Agustus 2019Untuk memberantas penyakit mata di wilayah Papua, Tzu Chi mengadakan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-127 di Rumah Sakit Bhayangkara Lodewijk Mandatjan, Papua Barat. Baksos yang diadakan pada 19-21 Juli 2019 ini ada 259 orang yang berhasil dioperasi. Pasien katarak 204 orang, dan pterygium sebanyak 55 orang pasien.
Kesungguhan Para Relawan Misi Amal di Tzu Chi Medan
22 Desember 2021Para relawan Misi Amal di Tzu Chi Medan siang itu, Minggu 5 Desember 2021 mengadakan gathering dengan agenda sharing tentang pencatatan kasus penerima bantuan Tzu Chi.
Bantuan Bagi Korban Longsor: Rangkaian Bantuan Dalam Misi Kemanusiaan
27 Juni 2016Setelah memberikan bantuan kepada korban longsor di Kebumen, pada tanggal 25 Juni 2016, TTD Tzu Chi juga melakukan survei dan memberikan bantuan kepada korban banjir di Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen.