Mengukur Bentala Warga Bedah Rumah

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati

Relawan Tzu Chi dan relawan Summarecon yang didampingi Awaludin (kemeja kotak) bersama aparat pemerintah desa lainnya mengukur luas tanah warga yang nantinya akan dibedah pada 15 April 2016 di Desa Jagabita, Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat.

Jagabita merupakan sebuah desa yang terletak di Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat yang memiliki luas 344,150 hektar dengan penghuni 1.535 KK. Namun dari jumlah tersebut, separuhnya dalam kondisi ekonomi menengah ke bawah. Dan tidak sedikit para warga memiliki tempat tinggal yang masih jauh dari layak. Rumah dengan bilik bambu dan atap yang berlubang, jika musim penghujan tiba akan mengalami bocor. Tentu hal ini membuat para warga merasakan ketidaknyamanan. Turut merasakan penderitaan yang dialami warga, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia membantu membedah rumah mereka.

Setelah melakukan survei awal, pada tanggal 15 April 2016 relawan Tzu Chi Tangerang bersama relawan Sinar Mas dan Summarecon kembali melaksanakan survei lanjutan untuk mengukur luas tanah terhadap 41 rumah yang akan dibedah. “Kali ini melakukan pengukuran rumah-rumah dan survei lanjutan kalau ada data yang kurang,” ujar Handoko, salah satu relawan Tzu Chi. Hasil pengukuran luas tanah yang dimiliki warga ini pun akan dirapatkan kembali untuk menentukan desain pembangunan rumah. Masing-masing rumah akan dibangun dengan ukuran 36 meter persegi. Handoko berharap dengan bantuan yang diberikan Tzu Chi dapat memberikan perubahan baik dan kemandirian para warga. “Sekarang ini (kondisi) menyulitkan mereka beraktifitas, kalau hujan nggak bisa menahan angin karena lubang. Adanya bedah rumah ini, setelah selesai (pembangunan) bisa menikmati kemandiriannya di rumah,” harap relawan Tzu Chi Tangerang ini.

Selain mengukur luas tanah warga, salah satu relawan Tzu Chi, Handoko (tengah) juga melengkapi data warga yang masih kurang di Kampung Nangela, Desa Jagabita.


Onyin  (kanan) dan Nurheti tinggal di rumahnya bersama 12 anggota keluarganya. Mereka sangat bersyukur atas bantuan bedah rumah yang diberikan oleh Tzu Chi.

Kehadiran relawan memberikan kebahagiaan tersendiri bagi para warga, salah satunya pasangan suami istri Onyin (51) dan Nurheti (46). Para relawan yang datang disambutnya dengan senyum ramah nan bahagia. Nurheti pun segera memanggil suaminya, Onyin yang kala itu sedang menggembalakan ternak kerbau di sawah bekas panen yang tidak jauh dari rumahnya. Selain gembala kerbau milik tetangga, Onyin sehari-hari disibukkan dengan kegiatannya membuat pengki dari bambu yang kemudian dijualnya. Penghasilannya pun tak menentu. Sang istri juga membantu membuat kerajinan tangan topi pramuka yang dijual seharga dua ribu rupiah per buah.

Meskipun keduanya memiliki penghasilan, tapi hanya cukup untuk menghidupi keluarganya. Sehingga untuk membangun rumah tak terpikirkan oleh mereka. Rumahnya yang tidak cukup besar ini pun harus dihuni sebanyak 14 orang. Sehingga Nurheti dan keluarganya sangat bersyukur atas bantuan yang diberikan oleh Tzu Chi. “Syukur alhamdulilah abdi nuhun, imah abdi rusak hayang dipang bagusen hayang nang bedah rumah (syukur alhamdulilah terima kasih, rumah saya rusak mau diperbaiki mau dibedah-red),” ungkap Nurheti. Ia mengaku merasakan ketidaknyamanan atas kondisi rumahnya. “Heunteu (tidak) nyaman, rusak, waktu hujan kebocoran. Kalau hujan siang kebocoran, hujan malam kebocoran, kasian anak-anak saya. Pengen kayak orang lain (rumah) di tembok,” sambungnya kental logat sunda.

Relawan Tzu Chi, Hok Cun menyerahkan bantuan tongkat dan mi instan kepada Iding yang menderita lumpuh sejak lima tahun silam.

Awaludin, perwakilan aparat Desa Jagabita sejak awal mendampingi relawan dalam melakukan survei bedah rumah ini. Ia menyambut baik Tzu Chi dalam membangun warganya. “Kami atas nama pemerintah desa sangat berbahagia, adanya bantuan Tzu Chi ini sangat terbantu, jadi mengurangi angka kemiskinan apalagi yang rumahnya tidak layak huni,” ujar sekretaris desa Jagabita ini.

Tongkat untuk Iding

Selain melakukan pengukuran luas tanah, relawan Tzu Chi juga menyerahkan tongkat untuk membantu Iding, salah satu warga Kampung Leles, Desa Jagabita. Lokasi kampung yang cukup jauh dengan medan yang cukup berat tidak membuat relawan mengurungkan niat untuk membantu.

Iding menderita kelumpuhan pada kakinya akibat musibah yang menimpanya, jatuh dari tiang listrik saat memperbaiki listrik lima tahun silam. Akibat kelumpuhan ini membuat Iding tidak bisa bergerak bebas dalam melakukan aktifitasnya. Jika ingin menuju kamar mandi yang terletak di samping rumahnya, ia harus merangkak. Selain memberikan tongkat, Tzu Chi juga akan membangun rumahnya bersamaan dengan program bedah rumah di kampung-kampung lainnya di Desa Jagabita ini. “Melihat kondisi rumahnya, WC di samping rumahnya tidak layak, dia harus merangkak, ini yang membuat kita segera memperbaiki rumah,” ujar Hok Cun, relawan Tzu Chi yang mewakili penyerahan tongkat dan mi instan kepada Iding.

Rumah Panggung berukuran 2x3 meter dihuni Iding seorang diri. Jika hendak menuju kamar mandi yang berada di samping rumahnya, ia harus merangkak.

Dengan adanya tongkat dari Tzu Chi, Hok Cun berharap agar Iding memiliki semangat yang besar. Selain pemberian bantuan tongkat dan bedah rumah, Tzu Chi juga akan memberikan pendampingan kepada Iding. “Saya berharap pak Iding bisa mandiri, tetap bersemangat dan membuat dirinya bersemangat untuk orang lain,” ungkap relawan komite Tzu Chi ini.

Melihat ketulusan relawan dalam membantu dirinya, Iding mengaku bersyukur bisa berjodoh dengan Tzu Chi. “Tzu Chi menginspirasi buat semua orang apalagi kegiatan sosial buat membantu orang-orang yang membutuhkan seperti saya,” ucapnya. “Saya cuma lihat di DAAI TV, ternyata sekarang kenyataan langsung. Terima kasih banyak sudah membantu saya,” sambungnya. Kelumpuhan yang diderita Iding membuatnya hanya bisa berbaring di kasur. Setiap hari, saudaranya yang tinggal tidak jauh dari rumahnya mengantarkan makan untuk Iding, karena memang ia hidup seorang diri di rumah panggungnya yang berukuran 2x3 meter beratapkan asbes ini.

Melalui tongkat cinta kasih yang diberikan Tzu Chi, ia menaruh harapan besar. “Saya pengen sembuh meskipun nggak sempurna sembuhnya, mudah-mudahan dengan adanya tongkat ini bisa membantu. Dari dulu saya pengen punya tongkat,” ungkapnya bersyukur. Ia juga mengaku bersyukur dengan terpilihnya ia menjadi salah satu warga penerima bantuan bedah rumah. “Saya mau belajar berjalan, mudah-mudahan dengan adanya tongkat ini bisa membantu saya berjalan,” tekad pria kelahiran tahun 1983 ini.

 


Artikel Terkait

Mengukur Bentala Warga Bedah Rumah

Mengukur Bentala Warga Bedah Rumah

18 April 2016

Turut merasakan penderitaan yang dialami warga Desa Jagabita , Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia membantu membedah rumah mereka yang tidak layak huni.

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -