Mengusahakan yang Terbaik untuk Nadira

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari


Relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 1 pada Kamis, 3 Juni 2021 mengunjungi Nur Annisa (3), balita cantik yang lahir dari pasangan Bambang Gunawan (24) dan Mumun Maemun (21). Terlahir normal namun, pada usia delapan bulan kondisi kepala Nur Annisa kian membesar dari hari ke hari hingga vonis hidrosefalus menghampiri anak pertama dari pasangan yang tengah berbahagia ini.

Nur Annisa yang biasa dipanggil Nadira, selama tiga tahun minim pengobatan dokter. Kondisi perekonomian keluarga membuat Nadira lebih akrab dengan pengobaran alternatif yang ternyata tidak pernah menunjukkan hasil. Simpati dari para tetangga lah yang akhirnya membuat keluarga kecil ini berjodoh dengan Tzu Chi dan akhirnya bisa melakukan operasi.

“Iya, operasinya dibantu sama Yayasan Buddha Tzu Chi, April kemarin,” kata Maemun. “Alhamdulillah (sudah jauh lebih baik),” ungkapnya berkali-kali.

Hendra Sugalimin (bawah) dan Sardi Lay (atas) relawan Tzu Chi He Qi Barat 1 mengunjungi Nur Annisa yang akrab dipanggil Nadira, pasien penderita hidrosefalus di rumah orang tuanya di Kampung Bojong Renged, Teluknaga, Tangerang.

Menerima bantuan biaya operasi dari Tzu Chi merupakan hal yang sama sekali tidak duga Maemun. Keluarga ini bahkan kaget ketika beberapa relawan menyempatkan diri datang untuk mensurvei kondisi Nadira. Penanganannya pun cukup cepat hanya berselang satu bulan setelah bantuan diajukan, Nadira sudah bisa melakukan operasi.

“Ya senang, tapi juga sedih, terharu. Ibaratnya sampai ada orang yang peduli untuk bener-bener bantu Nadira. Terima kasih banget, nggak bisa ngomong apa-apa lagi,” tutur Maemun.

“(Sebelumnya) sempet ngomong sama tetangga juga, ‘Mpok, itu ada ayam jago. Kalau itu ayam laku 20 juta mah pengen bawa si eneng (Nadira) ke rumah sakit yang gede biar bisa operasi.’ Tapi Alhamdulillah ada yang datang ke sini sampai bisa operasi, ngrasain rumah sakit yang gede,” sambungnya.

Bersama sang ibu, Maemun membuka paket sembako yang dibawakan oleh relawan Tzu Chi saat berkunjung ke rumahnya.

Di rumahnya yang sederhana di Kampung Bojong Renged, Teluknaga, Tangerang, Maemun menceritakan saat ini Nadira masih belum bisa tumbuh dengan normal. Kepalanya masih lebih besar dari anak-anak seumurnya. Namun, setidaknya Maemun sudah bisa bernapas lega karena cairan di rongga kepala Nadira bisa keluar dengan lebih lancar melalui ventriculoperitoneal shunt (alat berupa saluran khusus yang terhubung dari otak ke rongga perut ) yang telah dipasang melalui proses pembedahan dari kepala hingga perut Nadira.

Ventriculoperitoneal shunt ini berfungsi untuk mengurangi penumpukan cairan otak pada penderita hidrosefalus. Mengutip pernyataan dokter yang menangani Nadira, Maemun menjelaskan bahwa tindakan pemasangan alat tersebut bukan untuk menyembuhkan, namun untuk mengontrol gejala akibat peningkatan tekanan intrakranial (tekanan di dalam rongga kepala).

Melihat perkembangan kondisi kepala Nadira, Hendra Sugalimin, yang mendampinginya keluarga ini merasa lebih tenang. Berulang kali relawan Tzu Chi He Qi Barat 1 ini mengusap bekas jahitan di kepala Nadira sambil memanggil namanya.

“Nadira… Nadira, om ada belikan es krim ini. Nadira suka es krim kan??” kata Hendra menawarkan es krim kesukaan Nadira.

Hendra Sugalimin membantu memasangkan faceshield yang merupakan bagian dari paket bingkisan selain sembako yang dibawakan relawan.

Sementara ini, bantuan dari Tzu Chi hanya sebatas biaya operasi Nadira yang telah selesai dilakukan. Walaupun begitu Hendra masih kerap mampir membawakan sembako atau sekadar menengok Nadira di hari-hari senggangnya. Ke depannya, relawan juga masih akan melihat dan memperhitungkan bantuan apa yang sekiranya bisa membantu meringankan beban keluarga Nadira.

“Apabila melihat kondisi ekonomi keluarga, memang kekurangan. Kedepannya kami (relawan Tzu Chi) akan lihat kebutuhannya seperti apa sehingga bisa memperhitungkan kira-kira bantuan apa yang bisa kami berikan. Mungkin untuk biaya popok atau susu karena sehari-hari Nadira masih membutuhkan itu,” jelas Hendra.

Keluarga ini sangat sabar menanti mukjizat untuk kesembuhan Nadira, Hendra mendapat pelajaran yang sangat berarti selama mendampingi keluarga Nadira yaitu, belajar sabar. Hendra mengaku selalu diingatkan untuk selalu bersyukur dan merasa cukup. “Jangan mengeluh. Kalau kita lihat sekeliling, lihat ke bawah, masih banyak yang membutuhkan, yang lebih susah,” tutur Hendra. “Selama dua tahun lebih keluarga Nadira terus berdoa mudah-mudahan bisa dioperasi. Ternyata berjodoh dan cita-cita untuk operasi bisa dilakukan. Semoga Nadira bisa normal kembali seperti anak lain seperti yang diharapkan keluarganya,” harap Hendra.

Editor: Anand Yahya

Artikel Terkait

Membangkitkan Asa Demi Keluarga

Membangkitkan Asa Demi Keluarga

31 Mei 2017

Belajar dari kesalahan masa lalu adalah hal yang dilakukan Freddinad saat ini setelah melewati masa sulit beberapa tahun silam. “Alhamdulilah untuk sekarang ada perkembangan setelah saya sembuh, bisa kerja lagi bisa bantu keluarga,” ujarnya. “Jadi pikiran saya dulu kalau sembuh jadi mayat hidup itu salah. Walaupun orang tidak berdaya juga pasti masih bisa berbuat sesuatu,” kata Freddi.

Tak Perlu Bisa Berdiri Sempurna, Mursidi Hanya Ingin Membantu Kakaknya

Tak Perlu Bisa Berdiri Sempurna, Mursidi Hanya Ingin Membantu Kakaknya

11 Januari 2021

Semangat Mursidi untuk bisa berdiri tegak seperti semula dan bisa bermanfaat juga berguna bagi keluarga. Tak muluk keinginannya, hanya ingin bisa membantu sang kakak. 

Meluangkan Waktu dengan Beramal

Meluangkan Waktu dengan Beramal

13 September 2017
Di tengah kesibukannya, para relawan Tzu Chi Bandung senantiasa meluangkan waktu untuk berbagi kasih dengan sesama. Salah satunya dengan melakukan kunjungan kasih ke Panti Wreda Karitas, Kota Cimahi, 8 September 2017. Di sana mereka melayani dan menghibur kakek dan nenek.
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -