Menimbun Berkah dari Sampah

Jurnalis : Ami Haryatmi (He Qi Barat 2), Fotografer : Mery Hasan (He Qi Barat 2)


Sebanyak 27 relawan dan warga sangat antusias mengikuti kegiatan kerja bakti yang diadakan di taman blok D di Taman Aries, Jakarta Barat. Widyatmoko Suryoputro (bertopi merah), ketua RW setempat mengkoordinir kerja bakti bersama.

Banjir Jakarta telah berlalu, namun dampaknya masih tersisa. Seperti di satu area yang biasa menjadi lokasi pelestarian lingkungan atau titik daur ulang relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 2. Ketika banjir awal tahun kemarin, lokasi yang tepatnya berada di taman blok D di Taman Aries itu tak luput dari genangan yang cukup. Sisanya, kini lumpur-lumpur kering mengendap dan mengganggu aktivitas, lumpur itu juga membuat jalanan menjadi licin ketika hujan turun kembali.

Tak hanya ingin mengeluh, relawan bersama warga melakukan kerja bakti pascabanjir di sana. Kegiatan itu dilakukan bertepatan dengan kegiatan pelestaran lingkungan pada 19 Januari 2020. Jadi selain menerima sumbangsih barang daur ulang seperti biasanya, mereka juga menyediakan waktu untuk melakukan pembersihan lingkungan taman.

Kerja bakti itu dikoordinatori oleh Widyatmoko Suryoputro, Ketua RW dan Harry, Ketua RT setempat yang juga berkoordinasi dengan Yani Adikarta, relawan yang mewakili Tzu Chi.

Dalam kegiatan tersebut hubungan antara warga dan relawan Tzu Chi terjalin sangat baik.

Hubungan harmonis tersebut sudah terjalin sangat lama. Awalnya kerena sampah-sampah atau barang daur ulang. Relawan melakukan kegiatan pelestarian lingkungan dan warga menyumbangkan barang di rumah mereka yang bisa didaur ulang. Hubungan sederhana dari sampah itu berlangsung hingga kini dan menjadi berkah berkesinambungan. Makanya ketika kegiatan kerja bakti diadakan, 27 relawan dan warga sangat antusias.


Elisabeth beserta adiknya ikut bekerja bakti dan menginspirasi para relawan tentang kerelaan bersumbangsih tenaga dan waktu.

Di antara mereka, ada seorang anak bernama Elisabeth yang akrab disapa Beth. Hari itu Beth begitu cekatan menyapu dan membantu membuang sampah, membuat orang dewasa di sekelilingnya lebih bersemangat.

Saat ditanya kenapa mau membantu kerja bakti yang melelahkan, gadis cantik ini menjawab, “Ah daripada bermain dan di rumah juga nggak ngapa-ngapain, saya lebih suka di sini karena bisa bantu-bantu. Saya juga ajak teman dan adik untuk ikut bantu.”

Melihat anak-anak turut bergiat dalam melestarikan lingkungan adalah hal yang sangat baik. Biasanya orang tua memberi contoh pada putra-putrinya. Kali ini relawan mengaku bisa mencontoh Beth dan teman-teman kecilnya.

Semangat anak-anak ini rupanya juga menginspirasi Fitri, seorang warga yang nampak bersungguh hati melakukan kerja bakti. Fitri yang tinggal cukup jauh dari lokasi menyempatkan diri ikut serta karena  berniat menjadi relawan. “Saya mengenal Tzu Chi dari seorang teman yang telah bergabung. Ada sentuhan yang membangunkan semangat saya untuk berbuat baik. Ini pertama kali saya mengikuti kegiatan Tzu Chi, cukup lelah sih, tapi bahagia. Lain kali kalau ada kegiatan apapun tolong beritahu ya,” ucap Fitri dengan semangat.

Kegiatan pertama yang diikuti Fitri ini membuatnya cukup takjub. Selain lelah karena bekerja bakti, ia juga ikut merasakan pengalaman berkeliling perumahan untuk mengangkat dan memunguti sumbangsih barang daur ulang yang tidak ringan.


Fitri, warga yang sudah bertekad menjadi relawan, ikut giat membersihkan lumpur sisa banjir. Ia bahagia bisa sedikit bersumbangsih bagi Bumi tercinta.

“Lelah tapi bahagia, saya melihat warga dan anak-anak begitu antusias bersama bekerja bakti dengan suka rela. Mungkin seperti yang saya rasakan, lelah berkeringat tapi bermanfaat. Merasa bahagia bisa sedikit turut bersumbangsih bagi bumi tercinta, lingkungan dan barang daur ulangnya bisa untuk amal bagi yang membutuhkan,” papar Fitri seraya membersihkan sisa-sisa lumpur.

Pembersihan lingkungan dan pengumpulan sumbangsih barang daur ulang itu diakhiri dengan rasa bahagia. Terlebih oleh sang ketua RW, Widyatmoko Suryoputro yang melihat warga bersemangat dan lingkungannya bersih serta nyaman kembali.

Ketika relawan Tzu Chi bertanya padanya tentang apa yang bisa diperbantukan untuk taman Blok D, Widyatmoko hanya ingin taman itu semakin asri. “Saya berharap Tzu Chi turut berkebun lagi atau menanam pohon langka di sini. Jadi kelak pohon itu bisa terus lestari sebagai tanda jalinan jodoh antara warga dan Tzu Chi sampai kapan pun,” katanya.  

Ungkapan Widyatmoko menyiratkan bahwa, jalinan jodoh antara warga dan relawan bisa lestari untuk terus berbuat sesuatu bagi bumi. Bisa harmonis bersinergi dan bersosialisasi untuk mempererat persaudaraan yang telah terjalin. Hal tersebut adalah berkah.

Bermula dari sampah, sampah menjadi emas, emas menjadi cinta kasih. Bermula dari sampah, kita mendulang berkah.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Pelestarian Lingkungan di Bio Hok Tek Tjeng Sin

Pelestarian Lingkungan di Bio Hok Tek Tjeng Sin

27 Juli 2016
Relawan Tzu Chi bersama-sama menlakukan pelestarian lingkungan di halaman Bio Hok Tek Tjeng Sin (klenteng) Kebayoran Lama pada Minggu, 24 Juli 2016. Ini dilakukan untuk menyelamatkan bumi dari pemanasan global akibat menumpuknya sampah daur ulang. Para donatur juga antusias mengantarkan barang daur ulang milik mereka.
Semangat Pelestarian Lingkungan Memanggil Tunas Relawan

Semangat Pelestarian Lingkungan Memanggil Tunas Relawan

26 Agustus 2022
Kegiatan Pelestarian Lingkungan di RPTRA Melati Duri Pulo kembali diadakan untuk pertama kalinya sejak pandemi covid-19. Kali ini terdapat jodoh baik dari empat Tunas Relawan yang baru pertama kali ikut Pelestarian Lingkungan sehingga menambah semangat semua relawan.
Seru dan Meriahnya Bazar Vegan Juga Sosialisasi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di China Town Mall

Seru dan Meriahnya Bazar Vegan Juga Sosialisasi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di China Town Mall

11 November 2022

Komunitas relawan Tzu Chi di He Qi Pusat menggarap ladang berkah dengan mensosialisasikan program Satu Orang Satu Kebajikan, melalui kegiatan bazar vegan dan pelestarian lingkungan Tzu Chi. 

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -