Meningkatkan Kualitas Kesehatan Warga
Jurnalis : Nuraina (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan)
Yayasan Buddha Tzu Chi bekerja sama dengan Gereja BNKP Teladan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dinas Kesehatan Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi serta beberapa puskesmas menggelar pemeriksaan katarak, TB dan Bibir sumbing di Gereja BNKP Teladan Medan, Sabtu, 20 Mei 2017.
Pagi-pagi sekali, puluhan relawan Tzu Chi Medan bersama 17 dokter dan 8 petugas dari Dinkes kota dan 2 orang Dinkes propinsi sudah berkumpul di Gereja BNKP Teladan. Para jemaah yang akan mengikuti pengobatan gratis juga telah berdatangan. Mereka ada yang akan mengikuti pemeriksaan mata, ada juga yang hendak memeriksa paru-paru. Yang hendak memeriksakan paru-paru kebanyakan memiliki keluhan batuk dan sesak napas.
Sebelum bakti sosial dimulai, Akp Buala lega SH.MH selaku koordinator acara Bakti sosial yang mewakili pihak gereja menyapa jemaah dan menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan. Pdt Waspada Halawa S. Th.M.Min juga memberikan kata sambutannya.
“Gereja BNKP Teladan bekerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan pengobatan gratis kepada seluruh warga jemaah khususnya orang-orang Nias yang berdomisili di Medan, yang mendapat bantuan pengobatan baik mata maupun paru-paru,” ujarnya pada Sabtu, 20 Mei 2017.
Mujianto, Ketua Tzu Chi Medan juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh Jemaah Gereja BNKP Teladan yang telah bekerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi di dalam mengadakan bakti sosial ini.
“Yayasan Buddha Tzu Chi adalah yayasan yang lintas agama, suku. Misi kita ialah membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan bantuan terutama di bidang pengobatan dan kesehatan” ujarnya.
Pdt Waspada
Halawa saat memberikan kata sambutannya.
Dari 248 pasien di bagian mata, terdapat 56 orang yang bisa ikut operasi katarak. Sementara yang mengikuti operasi pterygium sebanyak 12 orang.
Setelah kata sambutan baik dari gereja maupun dari Yayasan Buddha Tzu Chi, pasien diarahkan ke dua tempat, yaitu bagian mata dan paru-paru. Bakti Sosial ini juga didukung oleh klinik specialis Anugrah Ibu dengan menyediakan satu unit mobile X-Ray, supaya pasien bisa langsung di-rontgent atau torac.
Sofyan Tjiawi selaku koordinator Bakti Sosial ini menjelaskan, bakti sosial kali ini Yayasan Buddha Tzu Chi bekerja sama dengan Gereja BNKP Teladan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dinas Kesehatan Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi serta beberapa puskesmas. “Adapun tujuan Bakti Sosial ini adalah mendukung program pemerintah dalam memberantas penyakit TBC dan juga mengurangi angka kebutaan akibat katarak".
Di bagian screening mata, bila hasil pemeriksaan matanya katarak, maka datanya akan disimpan. Jika Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan bakti sosial katarak maka relawan akan memberitahukan ke pasien jadwal operasi katarak. Dari pemeriksaan 248 pasien di bagian mata, terdapat 56 orang yang bisa ikut operasi katarak. Sementara yang mengikuti operasi pterygium sebanyak 12 orang. Ada pula dua orang pasien yang menunggu transplantasi kornea.
Nampak kekecewaan di wajah ibunda dari Gusti Karunia (6). Dokter mengatakan mata anaknya tidak bisa dioperasi. Sejak lahir, terdapat semburat putih di mata Gusti. Dr Gede Pardianto Sp.M menjelaskan, Gusti mengalami satu kelainan yang disebut dengan anomali kongenital yaitu kelainan yang ada sejak janin di dalam perut.
“Pasien seperti Gusti kadang bisa melihat dan kadang tidak. Penglihatan yang seperti inilah yang harus kita pertimbangkan untuk dijaga dan dipertahankan. Sedangkan fokus kita mengupayakan menjaga mata sebelah kan yang tidak terjadi sesuatu agar mata yang sebelah ini yang masih bagus akan terus bergungsi dengan baik".
Kebanyakan yang memeriksakan paru-paru memiliki keluhan batuk dan sesak napas.
Dari 164 orang yang ikut pemeriksaan paru, sebanyak 108 orang yang ter-suspect TBC.
Di bagian paru, terlebih dulu ditelusuri gejala-gejala penyakitnya, kondisi sebelum batuk dan kondisi sekarang, kemudian dokter akan memeriksa bagian leher apakah terdapat kelenjar. Apabila dicurigai ter-suspect penyakit TBC, makanya pasien akan diminta untuk pemeriksaan dahak (sputum) dan kemudian akan di-rongent. Hasil rongent akan keluar dan bisa diambil di puskesmas beberapa hari kemudian. Dari 164 orang yang ikut pemeriksaan paru, ada 108 orang yang ter-suspect TBC.
Setiawati Sarumaha (36) membawa anaknya Karenina Sarumaha yang baru berumur 1 tahun 3 bulan. Setiawati sudah lima tahun menderita batuk dan kadang bisa sesak, sedangkan bayinya sejak usia 2 bulan juga batuk dan sering demam. Ibu dan anak dua-duanya diperiksa dan Setiawati juga diminta untuk mengambil dahak dan keduanya harus di-rongent. Hasil rongent menyatakan keduanya ter-suspect TBC.
Bagaimana dengan pasien yang tersuspect TBC? Apakah bisa sembuh? DR.Dr Bintang SinagaM. Sp.P mengatakan bisa. “Bisa sembuh total asalkan berobat teratur minimal enam bulan".
Dr Zainuddin Amir Sp.P juga menyakinkan bahwa penyakit TB adalah penyakit yang bisa diobati asalkan pasien rutin berobat selama enam bulan. “Dengan adanya screening TBC seperti ini maka secara tidak langsung kita akan menurunkan angka penularan TB di Indonesia".
Akhir kata, Pdt Waspada Halawa S.Th.M.Min mengucapkan terima kasih banyak kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah mengadakan Bakti Sosial di Gereja BNKP Teladan. “Semoga Yayasan Buddha Tzu Chi tetap berkiprah di dalam mengimplementasikan bagaimana mengasihi saudara-saudara yang hidup dalam kekurangan dan juga dalam berbagai penyakit. Yayasan Buddha Tzu Chi eksis terus dalam membantu masyarakat yang mempunyai masalah di bidang kesehatan,” pungkas Pdt Waspada Halawa.
Editor: Khusnul Khotimah