Menjadi Aliran Jernih, Mencatat Sejarah Tzu Chi
Jurnalis : Willy, Riana Astuti, Fotografer : Halim Kusin (He Qi Barat), Henry Tando (He Qi Utara), WillyBambang Mulyantono (tengah) mendengarkan arahan dari Zhang Yi Hong dalam kelas video pada Zhen Shan Mei Kamp ke-2. Ke depan setelah kamp, Bambang ingin menegaskan pentingnya relawan Zhen Shan Mei bergerak dalam tim sehingga terjadi keharmonisan dalam karya yang dihasilkan.
Zhen Shan Mei Camp ke-2 (15 - 16/11) bertemakan, “Di Dalam Keindahan Ada Aku, Anda, dan Dia” yang diselenggarakan di Aula Jing Si telah usai. Namun, semangat untuk mencatat sejarah Tzu Chi dan menjadi aliran jernih masih menyelimuti para peserta kamp. Bagaimana tidak? Dalam kamp ini dihadirkan trainer – trainer yang sudah lama berkecimpung dalam perkembangan relawan Zhen Shan Mei di Taiwan. Sebut saja Lai Rui Ling, Dylan Yang, Zhang Yi Hong, Zhuang Hui Zhen, dan Xiao Hui Ru.
Salah satu peserta kamp yang antusias saat kamp adalah Bambang Mulyantoro dari Kantor Penghubung Singkawang. Sekedar informasi, Bambang Mulyantoro bersama David Andriawan, relawan Zhen Shan Mei lain asal Kantor Penghubung Tzu Chi Singkawang berhasil menjadi salah satu nominasi Zhen Shan Mei Award 2014 untuk kategori iklan layanan masyarakat. Karya mereka yang berjudul “Selamatkan Bumi Sejak Dini” ini akan bersanding dengan karya “Bumiku Sayang” karya Feranika dan Sufenny asal He Qi Utara dan akan diumumkan pemenangnya pada acara DAAI Night yang akan datang.
Lai Rui Ling menekankan pentingnya semangat untuk mengemban misi Tzu Chi. Meski begitu, wanita yang akrab disapa Rui Ling itu mengapresiasi perkembangan para relawan Zhen Shan Mei Indonesia sejak kedatangannya pada kamp pertama pada April lalu.
Bambang yang dulu mengikuti kamp pada April lalu mengungkapkan perkembangan relawan Zhen Shan Mei di Singkawang terjadi pada pola peliputan. Salah satunya adalah pergeseran pola kerja relawan yang awalnya bergerak terpisah menjadi pola kerja dengan model tim. “Setelah mengikuti kamp pertama saya membuat model rekrutmen tim. Jadi dalam tim terdapat relawan yang menulis, membuat skrip, foto, dan merekam,” tuturnya.
Cara kerja tim ini menurutnya mampu menutupi kekurangan yang dihadapi saat meliput secara terpisah. Salah satunya adalah terjadinya keharmonisan dalam peliputan. Koordinasi dilakukan mulai dari sebelum peliputan, saat peliputan dan pasca peliputan.“Jadi kita harus memulai sebelum hari-H. Ada koordinasi, mau wawancara siapa, mau foto dari sisi mana,” tambah Bambang yang memang pernah menggeluti profesi wartawan umum selama 15 tahun.
Tidak berhenti di situ, Bambang juga menampilkan karya – karya yang berhasil diciptakan oleh para relawan Zhen Shan Mei dalam forum bulanan. Hal ini dilakukan untuk menjadi sumber inspirasi relawan lain dan menumbuhkan semangat para relawan Zhen Shan Mei untuk berkarya dan mencatat sejarah Tzu Chi.
Lebih lanjut, Bambang ingin kembali ke Singkawang bersama Budi untuk menularkan semangat pencatatan sejarah Tzu Chi kepada relawan di sana. “Saya mendapat kebajikan dari orang itu (narasumber) dan bagaimana kebajikan itu juga saya alirkan, saya memaknai itu, jadi seorang (relawan) Zhen Shan Mei itu sebagai aliran jernih kebajikan, juga sebagai pencatat sejarah dan sebagai mata dan telinga Master Cheng Yen,”tutupnya.
Kamp yang kedua ini lebih difokuskan pada praktik lapangan sehingga relawan Zhen Shan Mei dapat benar – benar memahami teori yang pernah mereka terima.
Perkembangan yang dialami oleh Bambang diamini oleh Lai Rui Ling. Menurut wanita yang akrab disapa Rui Ling ini relawan Zhen Shan Mei di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup baik sejak kedatangannya pada kamp yang pertama.“Memang sebenarnya hasil tidak hanya sekedar dari jumlah karya yang mereka hasilkan, yang terpenting adalah pengetahuan dan perkembangan jiwa misinya. Dan saya sangat senang karena lewat dua hari ini saya lihat ada perkembangan. Ini bisa dilihat dari kekompakan mereka dalam mengerjakan tugas,” tuturnya.
Lebih lanjut, Rui Ling yang juga merupakan Ketua Tim Sejarah Divisi Pengembangan Budaya Humanis menekankan pentingnya seorang relawan Zhen Shan Mei memiliki semangat untuk mengemban misi Tzu Chi dan tidak mudah menyerah. Hal ini dikarenakan seorang relawan Zhen Shan Mei memiliki tugas untuk mencatat sejarah Tzu Chi. Rui Ling juga menjelaskan bahwa relawan harus melihat tugas kerelawanan seorang Zhen Shan Mei bukan sebagai tugas. “Kalau ditanya apakah Tzu Chi membutuhkan saya atau saya yang membutuhkan Tzu Chi jawabannya adalah Tzu Chi sudah memperkaya pengetahuan saya jadi saya yang membutuhkan Tzu Chi. Saya merasa saya harus melakukan pencatatan sejarah dengan sukarela dan suka cita,” tutupnya.
Dylan Yang berharap relawan Zhen Shan Mei dapat menghargai jodoh baiknya menjadi relawan Zhen Shan Mei.
Zhang Yi Hong: Genggamlah Jodoh Baik
Senada Rui Ling, Zhang Yi Hong juga bersyukur dapat menjadi salah satu barisan Tzu Chi. Zhang Yi Hong yang telah bergabung dengan Tzu Chi selama dua dekade ini menuturkan setelah bergabung dengan Tzu Chi dia mulai meninggalkan kebiasaan minum – minumnya.
Zhang Yi Hong juga merasa menjadi relawan Zhen Shan Mei harus dilakukan dengan bersungguh hati. Lebih lanjut, dia menekankan bahwa relawan Zhen Shan Mei ke depannya harus menggengam kesempatan setiap jalinan jodoh baik untuk mencatat sejarah. “Karena ada banyak proyek pembangunan yang sedang dalam proses, jika kita tidak menggenggamnya dengan baik maka kita akan kehilangan momennya, Saya merasa relawan Zhen Shan Mei harus bisa menyebarkan hal yang benar dan bajik, dan pada saat meliput juga harus melewati proses pra-liputan,” tambahnya.
Tak berbeda dari itu, Dylan Yang menuturkan bahwa relawan Zhen Shan Mei harus bergiat mencatat sejarah. Lebih lanjut, Dylan yang merupakan trainer dari DAAI TV Taiwan ini mengungkapkan relawan Zhen Shan Mei merupakan jodoh baik yang harus dijaga.“Sebernarnya kalau mau dibilang relawan Zhen Shan Mei merupakan ladang berkah. Tzu Chi punya banyak bagian seperti misi kesehatan, misi amal, atau misi pendidikan. Relawan mungkin sedikit melihat masing – masing misi, tapi relawan Zhen Shan Mei bisa melihat semuanya, jadi dapat lebih banyak pembelajaran. Jadi harus lebih menghargai jodoh ini, karena itu akan membuat kehidupanmu lebih kaya lagi,” tambahnya.
Artikel Terkait
Kehangatan Cinta Kasih para Trainer
18 November 2014Dylan Yang, Zhang Yi Hong, Xiao Hui Ru, Lai Rui Ling, dan Zhuang Hui Zhen yang menjadi narasumber sekaligur trainer pada kamp kali ini. Mereka semua adalah bagian dari tim Daai TV Taiwan atau ada juga yang merupakan Zhen Shan Mei dari Taiwan. Ke-limanya, khusus datang jauh-jauh dari Taiwan ke Jakarta untuk memberikan pelatihan bagi relawan Zhen Shan Mei Indonesia.
Jeli Menggenggam Kesempatan
18 November 2014 Kamp yang berlangsung pada 15-16 November 2014 ini merupakan program lanjutan yang digelar pada April 2014 lalu. Antusiasme muncul ketika seluruh relawan sudah masuk ke dalam kelompok dan duduk bersama, karena materi yang akan diberikan dilakukan oleh para trainer dari Taiwan.Menjadi Aliran Jernih, Mencatat Sejarah Tzu Chi
21 November 2014Zhen Shan Mei Camp ke-2 (15 - 16/11) bertemakan, “Di Dalam Keindahan Ada Aku, Anda, dan Dia” yang diselenggarakan di Aula Jing Si telah usai. Namun, semangat untuk mencatat sejarah Tzu Chi dan menjadi aliran jernih masih menyelimuti para peserta kamp. Bagaimana tidak? Dalam kamp ini dihadirkan trainer – trainer yang sudah lama berkecimpung dalam perkembangan relawan Zhen Shan Mei di Taiwan. Sebut saja Lai Rui Ling, Dylan Yang, Zhang Yi Hong, Zhuang Hui Zhen, dan Xiao Hui Ru.