Menjadi Anak Berbakti
Jurnalis : Prayugo (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan, Lily Hermanto, Cynthia Lin (Tzu Tzao)
|
| ||
Oleh karena itu, pendidikan akademik para generasi muda juga perlu di selingi dengan pendidikan budaya humanis dan nilai-nilai sosial, agar mereka tidak hanya mahir dalam bidangnya masing-masing, tetapi juga mau menggunakan potensi yang dimiliki untuk bersumbangsih terhadap masyarakat dalam perbuatan nyata. Memasuki tahun ketiga berdirinya Tzu Ching Medan, para generasi pertama Tzu Ching Medan mengadakan Camp bagi para peserta mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Medan. Acara yang diadakan dari tanggal 17 – 18 Agustus 2013 ini dilakukan di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Cabang Medan. Acara diikuti oleh 89 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Medan yang kemudian dibagi menjadi 14 grup. Acara ini adalah acara Camp yang pertama kali diadakan di Medan sebagai langkah awal untuk mengajak lebih banyak lagi generasi muda agar turut mengemban tugas penting, yakni tugas menyebarkan cinta kasih ke seluruh penjuru dunia. Melalui semangat persaudaraan dan kekeluargaan, Tzu Ching Camp ini merupakan ajang bagi generasi muda untuk bersama-sama belajar agar menjadi insan muda yang penuh bersyukur dan menghargai berkah yang sudah dimiliki, dengan sifat welas asih menolong sesama memupuk kebijaksanaan di dalam diri. Pada hari pertama, acara dimulai tepat pukul 07.30 WIB. Acara camp hari pertama ini para peserta mempelajari tentang kegiatan Tzu Chi, budaya humanis Tzu Chi, serta misi pelestarian lingkungan Tzu Chi dengan mempraktikkan cara memilah sampah di Posko Pelestarian Lingkungan. Walaupun acara ini diadakan oleh para generasi muda Tzu Chi Medan, namun terlihat juga para relawan abu putih, biru putih, dan komite Tzu Chi Medan yang biasanya dipanggil dengan sebutan shigu-shibo (paman-bibi) oleh Tzu Ching, datang membantu dengan sepenuh hati dan memberi perhatian layaknya anak sendiri.
Keterangan :
Pada malam harinya setelah makan malam, para peserta kembali ke ruangan hall untuk mengikuti sesi selanjutnya. Sesi berikutnya adalah sesi berbakti. Dalam sesi ini semua peserta diajak untuk bersama-sama mengingat budi orang tua yang telah melahirkan, merawat, menjaga kita sedari kecil hingga sekarang. Berbakti kepada orang tua bukan diukur dari berapa materi yang diberi, namun yang terpenting adalah perhatian yang selalu diberikan ke orang tua. Setelah mendengar sharing dari salah satu penerima bantuan Tzu Chi, Imron Saputra bersama Ibunda , yang memiliki masa kelabu dalam hidupnya, dan kini bangkit dan kembali bersemangat karena kasih sayang dan dukungan ibunda tercinta , semua peserta menangis dan teringat akan orang tua mereka. Selama hampir satu setengah jam ruangan menjadi hening, terdengar tangisan kecil dan terlihat linangan air mata di wajah para peserta dan tidak sedikit para peserta yang langsung memeluk orang tua nya dan menelepon orang tua nya mengucapkan rasa cinta dan sayang ke orang tua nya, serta meminta maaf atas kesalahannya selama ini. Di hari kedua, Camp dilanjutkan dengan mengenal lebih dalam tentang sejarah dan kilas balik Tzu Ching secara internasional, nasional dan kegiatannya. Setelah makan siang dilanjutkan dengan sesi “Terima Kasih Duifu (pembimbing) Papa dan Mama”. Karena Camp sudah hampir selesai, maka sesi ini berlangsung sangat mengharukan, disaat para shigu-shibo mentor grup dan para peserta telah merasakan kedekatan yang luar biasa seperti keluarga seolah tidak merelakan para peserta untuk pulang. Sesuai dengan tema camp kali ini, “Menjadi Anak berbakti dan Membangkitkan Benih Kebajikan di Dalam Diri” berharap agar semua peserta dan panitia Camp dapat menjadi anak yang selalu berbakti kepada orang tua, tahu akan berkah yang dimiliki dan menggunakan berkah tersebut untuk bersama-sama membangkitkan benih kebajikan dengan sikap budaya humanis dan menebarkan welas asih ke seluruh penjuru dunia sehingga dapat menumbuhkan akar kebijaksanaan di kehidupan bermasyarakat. “Kewelas asihan harus dibangkitkan dari dalam sanubari, sedangkan menciptakan keberkahan harus melalui tindakan nyata. - Kata Perenungan Master Cheng Yen | |||
Artikel Terkait
Inspirasi Luar Biasa dari Rumah Sakit Xindian
03 Oktober 2019Mempraktekkan Ajaran Bakti Pada Orang Tua
11 Desember 2014 Di Tiongkok, kue onde menjadi salah satu makanan khusus yang dimakan di hari raya. Dengan menyuapi orang tua mereka dengan kue yang sudah dipilih, Pei Wen berharap dan berdoa agar semua hal bisa berjalan dengan lancar dan nantinya bisa membuat anak-anak mengerti bagaimana berbakti dan membalas budi orang tua mereka.Bulan 7: Mengubah Kesadaran Menjadi Kebijaksanaan
20 Agustus 2019Dalam memperingati Bulan 7 Penuh Berkah, relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun melakukannya dengan berdoa dengan tulus dan khidmat. Mereka memanjatkan doa Sutra Lotus untuk seluruh makhluk hidup.