Menjadi Bagian dari Senyum Ceria Aliesha

Jurnalis : Arimami Suryo A, Fotografer : Arimami Suryo A

Keceriaan Aliesha Nazaha Tiara saat mengikuti terapi AVT (Auditory Verbal Therapy) di Kantor MED-EL Indonesia bersama orang tua dan relawan Tzu Chi beberapa pekan pascaoperasi pemasangan implan koklea bantuan dari Tzu Chi Indonesia.

Keceriaan menghiasi wajah Aliesha Nazaha Tiara (5). Hari-harinya yang tadinya sunyi kini mulai “berteman” dengan suara-suara. Walaupun masih dalam tahap belajar mendengar pascaoperasi pemasangan implan koklea, Aliesha begitu bersemangat saat akan diantar dua relawan Tzu Chi Indonesia (komunitas He Qi Barat 2) untuk melakukan mapping di RSCM Jakarta Pusat dan terapi di Medel, Cilandak, Jakarta Selatan pada Selasa, 7 Februari 2023.

Aliesha yang berasal dari Kota Singkawang, Kalimantan Barat ini merupakan salah satu penerima bantuan Tzu Chi (gan en hu). Ia didiagnosa mengalami gangguan pendengaran bawaan lahir. “Awal mulanya Aliesha itu terdiagnosa katarak dan sudah dioperasi tahun 2017. Ternyata setelah dicek kondisi kesehatan lainnya, ia terkena gangguan pendengaran. Gangguan pendengarannya termasuk parah 100 db di telinga kanan dan kiri dan sudah termasuk gangguan berat,” cerita Dinda Mutiara Sari (26), ibu Aliesha. Selain katarak dan ganguan pendengaran, Aliesha juga mengalami gangguan pada jantung.

Lebih lanjut Dinda menceritakan, pada saat mengandung Aliesha, ia sempat sakit selama satu pekan.  “Dulu di usia kehamilan 6-7 bulan saya mengalami demam dan terkena cacar. Dulu rutin check kehamilan ke klinik, tidak ada masalah, kondisi normal, pas lahiran juga menangis seperti bayi lainnya,” kenangnya.  

Selain katarak, Dinda dan suami juga sudah mulai curiga dengan kondisi Aliesha sejak lahir.  “Sebenarnya dari lahir kita juga sudah curiga, sempat ada suara geledek gitu kan kenapa enggak ada respon sama sekali, biasanya bayi kan kalau digebrak juga sadar, kaget, tapi ini kok enggak ada,” kata Dinda.

Relawan Tzu Chi Indonesia mendampingi Aliesha Nazaha Tiara dan ibunya Dinda Mutiara Sari saat melakukan Mapping alat implan koklea di RSCM Jakarta.

Sebagai orang tua, Dinda juga menginginkan anaknya bisa tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lainnya. Tetapi kondisi Aliesha berbicara lain. “Pastinya campur aduk, kecewanya juga, pasti ada pergolakan batin,” kata Dinda. “Karena dari pertama kali anak saya terdiagnosa katarak itu mulai goyah juga, sudah itu telinganya juga bermasalah. Jalani saja, lama-kelamaan kita (dengan suami) juga bisa berdamai dengan keadaan. Kita sama-sama berusaha menerima keadaan anak,” tambahnya.

Menjalin Jodoh dengan Tzu Chi
Keinginan untuk memperbaiki kondisi pendengaran Aliesha tentu ada, tetapi karena besarnya biaya operasi dan pengadaan alat implan koklea niatan tersebut diurungkan. Kemudian Dinda yang bekerja di salah satu perusahaan di Kota Singkawang disarankan oleh teman kerjanya untuk mengajukan permohonan bantuan ke Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Singkawang.

“Jalinan jodohnya memang cukup panjang, jadi saya juga bekerja di salah satu perusahaan di Singkawang. Kebetulan rekan-rekan kerja saya itu relawan Tzu Chi. Ada salah satu dari mereka menyarankan coba minta bantuan ke yayasan (Tzu Chi),” cerita Dinda awal berjodoh dengan Tzu Chi.

Setelah permohonan pengajuan bantuan, pandemi Covid-19 mulai meluas ke seluruh Indonesia. Tzu Chi pun menghentikan sementara seluruh proses pengajuan bantuan termasuk permohonan bantuan untuk Aliesha. Setelah kondisi Covid-19 mulai mereda dan pemerintah mulai melonggarkan aturan terkait pandemi, Tzu Chi mulai membuka kembali permohonan bantuan. Dari Tzu Chi Singkawang, pengajuan bantuan implan koklea bagi Aliesha pun disetujui pada akhir tahun 2021.

Setelah itu pada 30 September 2022, penanganan lanjutan Aliesha mulai dirujuk ke RSCM Jakarta dan didampingi oleh Hendra dan Surawaty, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 2. Selama di Jakarta, Aliesha bersama ibu dan neneknya tinggal di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng karena proses penanganan untuk rangkaian pra dan pascaoperasi pemasangan implan koklea yang memakan waktu berbulan-bulan.

“Jadi cukup banyak rangkaiannya, karena Aliesha itu bawaan penyakitnya dari lahir. Jadi harus lengkap rekam medisnya dari jantung, poli anak, saraf, MRI dan segala macam,” ungkap Dinda menceritakan pemeriksaan yang dilakukan oleh Aliesha sebelum operasi implan koklea.

Dinda memasang alat implan koklea saat dilakukan pengecekan di Kantor MED-EL Indonesia. Relawan Hendra dan Surawaty terus memantau perkembangan dan proses terapi yang dilakukan Aliesha.

Setelah seluruh persiapan selesai, operasi pertama pemasangan implan koklea di salah satu telinga Aliesha dilaksanakan 28 November 2022 dilanjutkan operasi pada telinga kedua pada 4 Januari 2023. Setelah dua pekan pascaoperasi, implan koklea yang sudah terpasang di telinga Aliesha kemudian diaktifkan (switch on) dan Mapping (proses membantu pasien agar mendengar spektrum wicara dengan baik dan tepat) oleh dr. Semiramis di Poli Telinga Hidung Tenggorokan (THT) RSCM. Selain itu Aliesha juga menjalani terapi AVT (Auditory Verbal Therapy) di Kantor MED-EL Indonesia, Cilandak, Jakarta Selatan.

Dinda pun tak bisa menyembunyikan keharuannya setelah putrinya dipastikan bisa mendengar dengan bantuan implan koklea. Walaupun pertama mendengar suara Aliesha sering menangis karena ada hal baru di dalam hidupnya, bagi Dinda itu merupakan awal yang bagus untuk memecah kesunyian dalam hidup putrinya.

“Kalau saya senang banget, namanya orang tua. Kalau Aliesha juga pertamanya kaget, dia nangis-nangis, mungkin sekian lama enggak bisa dengar, tiba-tiba ada suara jadi kaget. Ayahnya juga ikut senang,” kata Dinda.

Setelah bisa mendengar suara, Dinda kemudian berusaha mengulang kembali apa yang dilakukan ayah Aliesha sesaat setelah putrinya lahir dulu. “Karena ayahnya jauh, ini kan hitungannya kaya bayi baru lahir, jadi saya setel adzan pakai mp3 seperti bayi-bayi yang baru lahir,” kenangnya.

Setelah beberapa kali terapi di MED-EL Indonesia, perkembangan pendengaran Aliesha perlahan mulai membaik. “Perkembangan Aliesha memang menurut saya lumayan cukup baik. Karena sekali kita latih untuk huruf-huruf yang dianjurkan oleh terapisnya dia mulai mencari ini suara apa. Yang pasti harapan saya, anak saya bisa bicara, trus bisa mendengar yang utama. Saya harapannya anak saya bisa seperti anak sebayanya,” pungkas Dinda yang sudah 5 bulan berada di Jakarta.

Tak lupa Dinda mewakili Aliesha juga mengungkapkan kebahagiaan karena telah diberikan bantuan oleh Tzu Chi baik di Singkawang dan di Jakarta dalam proses operasi untuk memperbaiki pendengaran Aliesha.

“Saya ucapkan terima kasih banyak karena mungkin saya ‘terpilih’ menjadi salah satu orang yang beruntung dibantu oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yaitu bantuan alat implan koklea, transportasi dari rusun ke rumah sakit dan terapi, akomodasi, dan tempat tinggal selama di Jakarta,” ungkap Dinda bersyukur.

Semakin Pintar, Semakin Ceria
Saat melakukan terapi AVT di Kantor MED-EL Indonesia, Aliesha pun menunjukkan progress yang baik pada pendengarannya. Setelah pengecekan alat implan koklea yang terpasang di kedua telinga Aliesha, kegiatan dilanjutkan dengan terapi bersama terapis MED-EL Indonesia yang juga ditemani oleh Dinda dan relawan Tzu Chi.

Dewi Hana Pertiwi, terapist AVT di MED-EL Indonesia mengajak Aliesha untuk mendeteksi suara yang akan diucapkannya saat terapi AVT.

“Dengan terapi AVT, kita menstimulus pendengarannya Aliesha, supaya Aliesha bisa berbahasa dan berbicara, bisa berkomunikasi secara verbal dan dia belajar bahasanya dari pendengarannya,” jelas Dewi Hana Pertiwi, terapist AVT di MED-EL Indonesia.

Saat terapi, Aliesha perlahan mengikuti instruksi dari Dewi. Kondisi Aliesha setelah memakai implan koklea seperti bayi yang belajar mendengar. Jadi pembelajaranya disesuaikan dengan tahapan awal dalam pendengaran yaitu proses deteksi suara.

Kegiatan dimulai dengan mendengar beberapa kata lalu mengulangnya, membuka buku, menyebutkan gambar-gambar di dalamnya, serta membuat bentuk benda dari lilin lalu bernyanyi. Suasana ceria memenuhi ruangan saat Dewi, Dinda, dan relawan Tzu Chi bertepuk tangan karena Aliesha bisa memahami dan mengucap sesuatu walaupun terdengar kurang jelas.

“Karena sudah pakai alat, jadi kita memaksimalkan alat pendengaranya. Jadi ketika ada orang yang berbicara di kanan, di kiri, atau di belakang, Aliesha tetap bisa mendengar dan dia tetap mengerti serta memahami apa yang dibacakan orang lain,” kata Dewi.

Tahapan pendengaran Aliesha juga dipresentasikan oleh pihak MED-EL Indonesia kepada relawan Tzu Chi dan orang tua Aliesha.

Setelah 1 jam terapi, Dewi kemudian memberikan laporan tentang perkembangan pendengaran Aliesha kepada Dinda yang sudah 5 kali terapi. Dewi juga berharap ke depannya orang tua juga ikut aktif dalam menstimulus pendengaran Aliesha sehingga kemampuan mendengarnya bisa terasah dan Aliesha bisa semakin pintar.

“Saya berharap Aliesha semakin baik dalam mendengar, kemudian dapat berbahasa dan berbicara, berkomunikasi secara verbal, dan kemampuan perkembangan bahasanya bisa setara dengan teman-teman sebayanya. Dan Aliesha akan bisa mendapatkan hal yang sama dengan teman-teman sebayanya yang tanpa bantuan dengar,” kata Dewi di akhir kegiatan terapi.

Surawaty, relawan Tzu Chi yang ikut mendampingi Aliesha dari RSCM Jakarta hingga terapi di Kantor MED-EL Indonesia juga senang melihat perkembangannya. Dari awal mendampingi hingga pascaoperasi, Surawaty melihat perubahan-perubahan positif pada Aliesha.

“Saya sangat senang sekali melihat Aliesha, dari awal ketika pertama kita melakukan pendampingan dia belum tampak ada responnya. Sekarang sudah tampak responnya sangat bagus sekali, bahkan sudah terlihat perkembangannya sangat bagus dan rasa ingin tahunya juga besar sekali,” kata Surawaty. Ia berharap dengan alat bantu dengan ini, Aliesha bisa dengan cepat mengeluarkan suara sehingga nantinya dia bisa seperti anak-anak yang lainnya. “Semoga potensi yang ada dalam diri Aliesha itu dapat lebih dikembangkan,” tambahnya.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Tak Lagi Merasa Sunyi

Tak Lagi Merasa Sunyi

06 Juli 2020

Nicholas Febrian Setidewa (6) adalah anak penyandang disabilitas pendengaran yang setahun lalu dibantu dalam biaya pemasangan implan koklea oleh Tzu Chi Indonesia. Untuk memantau langsung perkembangan anak yang akrab disapa Nicho ini, relawan Tzu Chi Bogor berkunjung ke rumahnya di Griya Soka I, Kec. Sukaraja, Bogor, Jawa Barat (3/7/2020). 

Sebuah Keajaiban Bernama Implan Koklea

Sebuah Keajaiban Bernama Implan Koklea

08 Juli 2020

Masayu Aini Gunawan (11) telah hidup dalam kesunyian selama 10 tahun karena terlahir dengan disabilitas tuli. Berkat bantuan alat implan koklea dari Tzu Chi, si anak cantik dan kakak yang penyayang ini mulai bisa mendengar dan mulai bisa berbicara. 

Si Periang yang Akhirnya bisa Mendengar

Si Periang yang Akhirnya bisa Mendengar

19 April 2018
Relawan Tzu Chi Surabaya menemani dan memberikan pendampingan kepada Abdul Rizal Pranotoprojo (5), penerima bantuan Tzu Chi berupa implan koklea dari Mojokerto, Jawa Timur.
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -