Menjadi Lidi yang Bersatu untuk Bermanfaat
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta WulandariMewakili Tzu Chi, Hong Tjhin (kelima dari kanan) menjadi pembicara dalam satu sesi dalam diskusi panel Muktamar (District Conference) Rotary International di Hotel Grand Mercure, Kemayoran, Jakarta.
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia hadir dalam diskusi panel Muktamar (District Conference) Rotary International District 3410 (Indonesia bagian Barat), 4 Mei 2018 di Hotel Grand Mercure, Kemayoran, Jakarta.
Rotary International adalah suatu organisasi sosial kemanusiaan internasional. Organisasi ini bergerak di bidang pelayanan masyarakat, terutama di bidang-bidang pencegahan konflik dan resolusi perdamaian, pengobatan serta pencegahan penyakit, air bersih dan sanitasi, kesehatan ibu dan anak, pendidikan dasar serta melek aksara, dan pengembangan masyarakat serta ekonominya.
Hong Tjhin berbagi pengalaman tentang apa itu Tzu Chi, bagaimana Tzu Chi melakukan kegiatan sosial, sekaligus bagaimana Tzu Chi menghadapi tantangan di masyarakat.
Setiap tahunnya Rotary District 3410 (D-3410) menggelar muktamar, atau yang disebut District Conference. Kegiatan ini dihadiri oleh para anggota Rotary D-3410 dan membahas mengenai kegiatan sosial kemanusiaan yang telah, sedang, dan akan dilakukan.
Mereka juga mengundang beberapa pembicara untuk belajar dan mendapatkan masukan serta inspirasi untuk membangun bangsa baik dari sisi kondisi daerah-daerah di Indonesia, aktivitas kemanusiaan yang dilakukan berbagai pihak, dan sebagainya. Di tahun 2018, tema Rotary International adalah “Making a Difference”, dengan sub temanya “Social Fairness through Mutual Respect”.
Menghadapi Tantangan dalam Organisasi
Mewakili Tzu Chi, Hong Tjhin menjadi pembicara dalam satu sesi diskusi panel di muktamar. Ia berbagi pengalaman tentang apa itu Tzu Chi, bagaimana Tzu Chi melakukan kegiatan sosial, sekaligus bagaimana Tzu Chi menghadapi tantangan di masyarakat.
Dalam sesi yang dibawakan Hong Tjhin, para rotarian (sebutan bagi anggota Rotary Club) tertarik dengan bagaimana Tzu Chi mengatasi konflik internal yang timbul dalam organisasi. Yang mana konflik ini sangat mungkin dirasakan oleh setiap organisasi yang mempunyai banyak anggota. “Di mana kalau kita ada beda pendapat, salah ngomong, bisa menimbulkan buntut yang panjang. Mereka bisa saja declare untuk resign dari organisasi,” ungkap seorang rotarian meminta pendapat.
Tuti Artha Widjaja yang datang dari Batam mengaku terkesan dengan konsep kerelawanan di dalam Tzu Chi.
Sebelum memberikan pendapatnya, Hong Tjhin tak memungkiri bahwa di Tzu Chi pun konflik-konflik tersebut pasti pernah terjadi. “Selain organisasi sosial kemanusiaan, Master Cheng Yen mengatakan bahwa Tzu Chi itu juga organisasi pelatihan diri bagi para relawannya,” kata Hong Tjhin di hadapan para rotarian.
“Jadi kalau ada konflik internal, itu tidak dijadikan sebagai konflik berkepanjangan tapi sebagai pelatihan diri. Bagaimana kita harus menyikapinya hubungan antar sesama secara bijaksana dan menemukan solusi. Karena saya yakin tujuannya sama-sama untuk kebaikan,” lanjut CEO DAAI TV Indonesia ini.
Hong Tjhin kemudian menambahkan, seperti Master Cheng Yen katakan bahwa setiap kali menghadapi permasalahan, jangan mengambil keputusan secara tergesa-gesa. Cobalah untuk mundur satu langkah, dua langkah, agar kita bisa melihat permasalahan lebih luas dan mengambil keputusan dengan lebih bijaksana.
“Layaknya di Tzu Chi, saya juga ingin mengingatkan teman-teman di Rotary bahwa pasti kita sebagai relawan pernah merasa lelah, suntuk, up and down dalam berkegiatan. Itu adalah hal yang wajar. Tapi kita harus selalu mengingat tekad awal kita dalam bergabung di sini sehingga kita tidak mudah pergi begitu saja,” pesan Hong Tjhin di akhir sesi.
Menanggapi perkataan Hong Tjhin, Tuti Artha Widjaja yang datang dari Batam mengaku terkesan dengan konsep kerelawanan di dalam Tzu Chi. “Saya rasa mereka (relawan Tzu Chi) membantu dengan tulus dan ikhlas, itu sangat mengesankan dan damai,” tutur Tuti.
Tuti juga menambahkan bahwa dirinya sangat senang karena sudah ada banyak sekali organisasi sosial kemanusiaan yang peduli terhadap masyarakat. “Dengan begini seharusnya kita bisa bekerja sama, bergandeng tangan, sehingga kita bisa melakukan lebih banyak lagi,” ucap anggota Rotary Club Batam yang bergabung sejak tahun 1992 ini. “Sama seperti lidi. Kalau lidi hanya satu, maka tidak akan berfungsi baik, tapi kalau bersama-sama baru bisa menjalankan fungsi dengan baik,” tambahnya.
Editor: Arimami Suryo A.