Relawan Tzu Chi dan mahasiswa dari Universitas Mikroskil bahu membahu memilah barang daur ulang.
Hakikat terpenting di misi pendidikan adalah mewariskan cinta kasih yang penuh dengan rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya. Salah satu bentuk cinta kasih yang dimaksud adalah mewariskan kesadaran betapa pentingnya melestarikan lingkungan. Dengan adanya kemampuan serta pemahaman tentang pelestarian lingkungan yang baik dan benar, sangat diharapkan dapat memicu lahirnya agen-agen penyelamat bumi yang dapat menjadi harapan masa depan kelak.
Dengan semangat untuk mewujudkan misi mulia ini, relawan Tzu Chi Medan bersatu hati mewariskan cinta kasih dalam bentuk Pendidikan Pelestarian Lingkungan kepada Keluarga Mahasiswa Buddhis Universitas Mikroskil (KMB Mikroskil). Kegiatan kunjungan ini disambut dengan hangat dan penuh antusias oleh KMB Mikroskil. Salah seorang mahasiswa yang turut memberikan respon positif, Novresia, berpendapat bahwa usia muda adalah masa-masa emas yang harus dimanfaatkan untuk berbuat kebajikan. Salah satu bentuk pemanfaatan waktu di usia muda adalah dengan melestarikan lingkungan. Dirinya menambahkan bahwa di tangan para pemuda jugalah, masa depan bumiini ditentukan.
Pakaian-pakaian yang masih dalam kondisi baik dan layak pakai juga bisa dimanfaatkan kembali untuk diberikan kepada para korban bencana alam atau musibah kebakaran.
“Ternyata banyak jenis sampah yang kita kira sama ternyata berbeda. Contohnya kayak buku yang kita pakai biasa kita pikirnya sama aja ternyata beda, ternyata ada kertas putih ada karton. Untuk botol juga beda pas memilah, mereknya harus dipisahkan terlebih dahulu,” jelas Novresia berbagi pengalaman terkait pelestarian lingkungan yang baru saja dipelajarinya.
Pemerintah juga menyikapi permasalahan sampah dengan serius. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya teknologi pengolahan sampah yang hadir di tanah air guna mengurangi laju produksi sampah yang semakin hari bertumbuh pesat. Terlepas dari proses pengolahan sampah, ada hal penting lain yang harus diperhatikan guna mengurangi produksi sampah, yakni kesadaran masyarakat untuk mengolah dan bertanggung jawab dengan sampah yang dihasilkan. Dengan upaya para relawan Tzu Chi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat serta menanam semangat dan pandangan mulia ini kepada generasi muda, diharapkan dapat menjadi solusi efektif dalam permasalahan sampah yang sedang dihadapi.
Relawan Tzu Chi memperlihatkan hasil olahan dari sampah plastik yang dapat dimanfaatkan kembali.
Tony Honkley, relawan Tzu Chi Medan menjelaskan dalam kunjungan KMB Mikroskil, bahwa ada secercah harapan yang besar kepada mahasiswa yang sedang menimba ilmu di Mikroskil. Ia berharap bahwa misi pelestarian lingkungan ini tidak dilakukan secara sendiri-sendiri, melainkan dilakukan secara bersama dan massal. Semakin banyak pihak yang terlibat dalam misi pelestarian lingkungan maka bumi kita akan menjadi lebih asri untuk generasi berikutnya.
“Harapan kami tidak dari mikroskil saja ya, mungkin dari universitas lain dan sebagainya. Kami percaya bahwa semua universitas bisa kita rangkul dan bersama-sama melakukan pelestarian lingkungan untuk menjaga daerah kita menjadi lebih baik dan menjadikan dunia lebih maju,” ujar Tony.
Mahasiswa mendengarkan arahan dari relawan tentang bagaimana memperlakukan sampah-sampah plastik untuk dipilah sesuai dengan jenis dan warnanya.
Tzu Chi Medan senantiasa berkolaborasi dan bekerja sama dengan berbagai generasi, terutama generasi muda yang memiliki latar belakang beragam demi menjalankan misi pelestarian lingkungan, karena perbuatan baik tidak memandang usia dan seberapa banyak yang sudah dilakukan. Dalam ceramahnya, Master Cheng Yen mengingatkan bahwa cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.
Untuk itu, Relawan Tzu Chi senantiasa tulus serta antusias dalam mewariskan cinta kasih dalam bentuk Pendidikan kepada berbagai pihak demi menjadikan dunia penuh dengan semangat cinta kasih dan suatu tempat yang lebih baik bagi semua makhluk.
Editor: Hadi Pranoto