Menjadi Media Penghubung Antar Bahasa

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
 
 

foto
Senin, 25 Februari 2013, sebanyak 53 mahasiswa jurusan sastra & budaya inggris Universitas Bunda Mulia beserta 6 dosen pendamping melakukan kunjungan industri di Yayasan Buddha Tzu Chi, PIK .

“Menerjemahkan satu bahasa ke bahasa lain tujuannya tentu untuk dibaca pembaca asing, jadi dalam menerjemahkan suatu bahasa, berusahalah untuk tidak menerjemahkan bahasa aslinya kata per kata, namun sesuaikanlah dengan gaya penulisan agar gaya bahasa tidak terkesan kaku dan mudah dimengerti oleh pembaca.” Kata-kata inilah yang ditulis oleh Lienie Handayani, seorang penerjemah di divisi 3in1, kata-kata ini ditulis untuk disharingkan pada 53 mahasiswa jurusan Sastra & Budaya Inggris Universitas Bunda Mulia yang pada Senin, 25 Februari 2013 melakukan kunjungan industri ke Yayasan Buddha Tzu Chi.

“Hari ini kita dari program studi Bahasa dan Sastra Inggris UBM mengajak beberapa mahasiwa dan dosen. Kedatangan kami ke Tzu Chi ini sebenarnya ingin mengenal lebih dalam mengenai apa itu Tzu Chi, dan kita ingin lebih tahu lagi apa sebetulnya kegiatan-kegiatan Tzu Chi dan selain itu kami juga menyadari bahwa disini Tzu Chi merupakan sebuah organisasi yang sangat berkembang yang mempunyai bidang–bidang yang dapat memberikan ilmu baru bagi mahasiswa-mahasiswa kami. Maka dari itu pada hari ini kami mengadakan kunjungan industri, dan setelah itu kami meminta beberapa senior disini untuk mengisi seminar untuk mahasiswa kami,” ujar Murniati, Ketua Prodi Sastra dan Budaya Inggris Universitas Bunda Mulia.

“Awal mula kami memilih melakukan kunjungan industri di Tzu Chi adalah karena kami banyak mendengar berita mengenai Tzu Chi, jadi kami mengharapkan mahasiswa kami nantinya tidak hanya asal bekerja saja, tapi kami mengharapkan ada nilai plus seperti cinta kasih dan welas asih yang diterapkan disini,” Tambah Murni.

Mendalami Dunia Terjemahan
Industrial Visit & Seminar “A Closer Look at Tzu Chi Publishing: Printed – Media Translation”, itulah judul seminar yang diadakan di lantai 1 gedung Da Ai yang berbicara mengenai melihat lebih dekat bagaimana proses translate yang ada di media Tzu Chi, media cetak maupun media elektronik, di mana sebagian besar dari mahasiswa yang datang pada hari itu telah mengetahui tentang Buletin dan Majalah (media cetak) serta DAAI TV Indonesia (media elektronik) yang dimiliki oleh Tzu Chi.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebelum melakukan seminar mengenai melihat lebih dalam proses penerjemahan yang ada di Tzu Chi, para mahasiswa terlebih dahulu diajak tur Aula Jing Si, untuk memperkenalkan Tzu Chi (kiri) .
  • Para mahasiswa diajak untuk aktif dalam seminar dengan menerjemahkan beberapa kata perenungan Master Cheng yen dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia (kanan) .

Menjadi penerjemah bukanlah suatu perkara mudah, bukanlah hanya sekedar menerjemahkan kata per kata, bukan juga sekedar mengerti artinya, namun juga diperlukan satu pengertian mengenai makna apa yang ada dibalik suatu kalimat sehingga pembaca dapat mengerti apa yang sebenarnya ingin disampaikan. Dalam teori biasa dijelaskan menjadi 3 bagian yaitu clarity(jelas), accuracy (akurat), dan naturalness (alami-tidak kaku). Begitulah kiranya inti dari apa yang ingin disampaikan oleh 5 orang pembicara, Agus Hartono, Toni Yuwono, Diana Xu, Hendry Chayadi, dan Agus Rijanto.

Diawali oleh Agus Hartono yang mensharingkan mengenai bagaimana teknis melakukan penerjemahan, ia menjelaskan bahwa ada 3 hal yang sangat perlu diperhatikan dalam menerjemahkan suatu kalimat. “Ada 3 hal yang saya rasa kalian juga sudah mengetahuinya, adaclarity (jelas), accuracy (akurat), dan naturalness (alami-tidak kaku). Tiga hal ini harus selalu berjalan bersama-sama, jelas dalam menggunakan kata, data yang akurat dan hasil terjemahan yang tidak kaku. Ini dapat memudahkan pembaca dalam mengerti makna dan keakuratan data,” jelas Agus Hartono, dari divisi 3in1.

Selanjutnya Tony Yuwono, salah satu tim penerjemah juga mensharingkan mengenai kendala yang ia temui saat menerjemahkan kata-kata. Selain harus mengerti makna, style juga perlu dipahami, dan yang paling penting adalah kata-kata baku yang dimiliki oleh suatu instansi juga harus dipahami dengan benar. Sama halnya dengan yang disharingkan oleh Hendry Chayadi salah satu tim penerjemah DAAI TV, “Dalam terjemahan, kita harus tahu kapan waktunya menggunakan suatu kata. Misalnya kata Jing SiJing=hening; Si=merenung. Jing Si= merenung dalam keheningan. Sebagai penerjemah, kita juga harus mengikuti apa yang terjadi di institusi kita, jangan sampai ketinggalan.”

“Selain mempunyai arti pertama, Jing Si juga telah mempunyai arti lain, yaitu sebuah brand, yang mewakili Master Cheng Yen. Jadi kita mau pakai yang mana, bukan berarti setiap kali ada kata Jing Si langsung saya artikan sebagai brand atau pun merenung dalam keheningan. Misalnya saja kata Jing Si TangJing Si disini bukan saya artikan sebagai merenung dalam keheningan, namun akan saya artikan sebagai brand, sehingga artinya akan menjadi Aula Jing Si,” Jelasnya Hendry.

foto  foto

Keterangan :

  • Selain menjelaskan mengenai teknik-teknik dalam menerjemahkan kalimat atau artikel, para pembicara juga memberikan pesan-pesan pada mahasiswa untuk menjadi penerjemah yang dapat dibanggakan (kiri) .
  • Di penghujung kegiatan, para mahasiswa diajak untuk melihat langsung proses terjemahan yang dilakukan di DAAI TV Indonesia dan juga di divisi 3 in 1 (kanan).

Selain memberikan penjelasan mengenai bagaimana teknik-teknik menerjemahkan artikel atau kalimat, pesan-pesan mengenai bagaimana menjadi penerjemah yang baik juga disampaikan oleh Agus Rijanto. “Kita sebagai penerjemah harus bertanggung jawab penuh terhadap apa yang kita terjemahkan dan sebaiknya tidak kata perkata, namun setidak-tidaknya makna yang ingin disampaikan tidak terpeleset. Jadi tanggung jawab merupakan hal yang utama, apalagi yang diterjemahkan adalah ceramah Master Cheng Yen. Satu lagi adalah mengenai  final editor, jadi sebagai manusia biasa, banyak dari editor yang berpikir bahwa saya lah yang paling benar, paling akhir, saya lah yang paling berkuasa. Tapi ingat, tidak ada orang yang sempurna, sehingga menjadi editor pun dia harus bisa menerima pendapat dari orang lain. Seperti kata Master Cheng Yen, Jadilah seperti gelas yang hanya terisi air setengahnya saja. Jangan menjadi gelas yang penuh. Dimana masih ada ruangan yang masih bisa diisi yaitu pendapat-pendapat orang lain yang belum tentu salah. Kita sendiri juga belum tentu benar 100%,” pesan Agus Rijanto.

Mencintai Profesi
Sumarni Wijaya Halim, salah satu mahasiswa semester 8 merasa bahwa kunjungan industri yang dilaksanakan di Tzu Chi telah memberikannya banyak ilmu bahwa ternyata menjadi penerjemah tidak semudah yang ia bayangkan. Dia juga merasa beruntung dapat mendengarkan sharingdari para penerjemah senior yang memberinya gambaran mengenai dunia terjemahan yang sebenarnya. “Beruntung bisa tahu dari praktisi-praktisi dari penerjemahan yang udah terjun lama, jadi bisa tahu pengalaman apa yang mereka lalui, kendala apa yang mereka dapat seandainya benar-benar ada di dunia penerjemahan,” ucap Sumarni.

Sama halnya dengan Sumarni yang merasa beruntung, Cui Yao Wen yang merupakan mahasiswa semester 4 ini juga merasa demikian, “Selain belajar banyak mengenai proses penerjemahan saya juga dikenalkan dengan Tzu Chi. Sebelumnya saya tahu Tzu Chi, tapi baru kali ini saya mengenal Tzu Chi secara lebih dalam lebih detail, tahun tentang Misi dan Visi Tzu Chi. Terus tadi kita sempet mengunjungi DAAI TV Indonesia, menurut saya sangat bagus pengadaan siaran tersebut di Indonesia,” ungkapnya.

Satu lagi pesan yang diberikan oleh Hendry untuk dapat mencintai apa yang kita kerjakan, dia mengatakan, “Bahwa setiap pekerjaan apapun itu akan dapat memberikan kita satu rasa bosan. Namun seperti kata Master Cheng Yen, Sukai pekerjaan kita. Karena apabila kita menyukai pekerjaan kita, kita akan bisa melakukan pekerjaan itu dengan baik. Kesungguhan hati adalah profesionalitas.” Pesan ini menegaskan kita bahwa apabila kita mencintai profesi yang kita jalani, kita tidak hanya mendapatkan rasa lelah, namun juga ada kesenangan dan ada hal positif yang kita dapatkan.

 

 
 

Artikel Terkait

Beban yang Dipikul Menjadi Lebih Ringan

Beban yang Dipikul Menjadi Lebih Ringan

18 Januari 2021

Venez (12) sangat senang jika dibawa keluar rumah sekedar mencari angin atau berjemur. Apalagi sudah sebulan ini Tzu Chi juga memberi bantuan berupa ranjang dorong. Jadi, ibu, nenek, dan pamannya tak susah lagi membawanya keluar rumah. 

Semakin Dekat Dengan Master

Semakin Dekat Dengan Master

26 Oktober 2016

Pelatihan ini untuk mendalami misi kemanusian Tzu Chi, budaya humanis Tzu Chi, dan filosofi Yayasan Buddha Tzu Chi yang wajib diketahui serta dapat dipertanggung jawabkan bagi relawan yang akan dilantik menjadi calon komite. Pelatihan diadakan pada 23 Oktober 2016 kepada 98 relawan Tzu Chi Bandung dan Sukabumi.

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -