Menjadi Media Penghubung Antar Bahasa
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
|
| ||
“Hari ini kita dari program studi Bahasa dan Sastra Inggris UBM mengajak beberapa mahasiwa dan dosen. Kedatangan kami ke Tzu Chi ini sebenarnya ingin mengenal lebih dalam mengenai apa itu Tzu Chi, dan kita ingin lebih tahu lagi apa sebetulnya kegiatan-kegiatan Tzu Chi dan selain itu kami juga menyadari bahwa disini Tzu Chi merupakan sebuah organisasi yang sangat berkembang yang mempunyai bidang–bidang yang dapat memberikan ilmu baru bagi mahasiswa-mahasiswa kami. Maka dari itu pada hari ini kami mengadakan kunjungan industri, dan setelah itu kami meminta beberapa senior disini untuk mengisi seminar untuk mahasiswa kami,” ujar Murniati, Ketua Prodi Sastra dan Budaya Inggris Universitas Bunda Mulia. “Awal mula kami memilih melakukan kunjungan industri di Tzu Chi adalah karena kami banyak mendengar berita mengenai Tzu Chi, jadi kami mengharapkan mahasiswa kami nantinya tidak hanya asal bekerja saja, tapi kami mengharapkan ada nilai plus seperti cinta kasih dan welas asih yang diterapkan disini,” Tambah Murni. Mendalami Dunia Terjemahan
Keterangan :
Menjadi penerjemah bukanlah suatu perkara mudah, bukanlah hanya sekedar menerjemahkan kata per kata, bukan juga sekedar mengerti artinya, namun juga diperlukan satu pengertian mengenai makna apa yang ada dibalik suatu kalimat sehingga pembaca dapat mengerti apa yang sebenarnya ingin disampaikan. Dalam teori biasa dijelaskan menjadi 3 bagian yaitu clarity(jelas), accuracy (akurat), dan naturalness (alami-tidak kaku). Begitulah kiranya inti dari apa yang ingin disampaikan oleh 5 orang pembicara, Agus Hartono, Toni Yuwono, Diana Xu, Hendry Chayadi, dan Agus Rijanto. Diawali oleh Agus Hartono yang mensharingkan mengenai bagaimana teknis melakukan penerjemahan, ia menjelaskan bahwa ada 3 hal yang sangat perlu diperhatikan dalam menerjemahkan suatu kalimat. “Ada 3 hal yang saya rasa kalian juga sudah mengetahuinya, adaclarity (jelas), accuracy (akurat), dan naturalness (alami-tidak kaku). Tiga hal ini harus selalu berjalan bersama-sama, jelas dalam menggunakan kata, data yang akurat dan hasil terjemahan yang tidak kaku. Ini dapat memudahkan pembaca dalam mengerti makna dan keakuratan data,” jelas Agus Hartono, dari divisi 3in1. Selanjutnya Tony Yuwono, salah satu tim penerjemah juga mensharingkan mengenai kendala yang ia temui saat menerjemahkan kata-kata. Selain harus mengerti makna, style juga perlu dipahami, dan yang paling penting adalah kata-kata baku yang dimiliki oleh suatu instansi juga harus dipahami dengan benar. Sama halnya dengan yang disharingkan oleh Hendry Chayadi salah satu tim penerjemah DAAI TV, “Dalam terjemahan, kita harus tahu kapan waktunya menggunakan suatu kata. Misalnya kata Jing Si, Jing=hening; Si=merenung. Jing Si= merenung dalam keheningan. Sebagai penerjemah, kita juga harus mengikuti apa yang terjadi di institusi kita, jangan sampai ketinggalan.” “Selain mempunyai arti pertama, Jing Si juga telah mempunyai arti lain, yaitu sebuah brand, yang mewakili Master Cheng Yen. Jadi kita mau pakai yang mana, bukan berarti setiap kali ada kata Jing Si langsung saya artikan sebagai brand atau pun merenung dalam keheningan. Misalnya saja kata Jing Si Tang, Jing Si disini bukan saya artikan sebagai merenung dalam keheningan, namun akan saya artikan sebagai brand, sehingga artinya akan menjadi Aula Jing Si,” Jelasnya Hendry.
Keterangan :
Selain memberikan penjelasan mengenai bagaimana teknik-teknik menerjemahkan artikel atau kalimat, pesan-pesan mengenai bagaimana menjadi penerjemah yang baik juga disampaikan oleh Agus Rijanto. “Kita sebagai penerjemah harus bertanggung jawab penuh terhadap apa yang kita terjemahkan dan sebaiknya tidak kata perkata, namun setidak-tidaknya makna yang ingin disampaikan tidak terpeleset. Jadi tanggung jawab merupakan hal yang utama, apalagi yang diterjemahkan adalah ceramah Master Cheng Yen. Satu lagi adalah mengenai final editor, jadi sebagai manusia biasa, banyak dari editor yang berpikir bahwa saya lah yang paling benar, paling akhir, saya lah yang paling berkuasa. Tapi ingat, tidak ada orang yang sempurna, sehingga menjadi editor pun dia harus bisa menerima pendapat dari orang lain. Seperti kata Master Cheng Yen, Jadilah seperti gelas yang hanya terisi air setengahnya saja. Jangan menjadi gelas yang penuh. Dimana masih ada ruangan yang masih bisa diisi yaitu pendapat-pendapat orang lain yang belum tentu salah. Kita sendiri juga belum tentu benar 100%,” pesan Agus Rijanto. Mencintai Profesi Sama halnya dengan Sumarni yang merasa beruntung, Cui Yao Wen yang merupakan mahasiswa semester 4 ini juga merasa demikian, “Selain belajar banyak mengenai proses penerjemahan saya juga dikenalkan dengan Tzu Chi. Sebelumnya saya tahu Tzu Chi, tapi baru kali ini saya mengenal Tzu Chi secara lebih dalam lebih detail, tahun tentang Misi dan Visi Tzu Chi. Terus tadi kita sempet mengunjungi DAAI TV Indonesia, menurut saya sangat bagus pengadaan siaran tersebut di Indonesia,” ungkapnya. Satu lagi pesan yang diberikan oleh Hendry untuk dapat mencintai apa yang kita kerjakan, dia mengatakan, “Bahwa setiap pekerjaan apapun itu akan dapat memberikan kita satu rasa bosan. Namun seperti kata Master Cheng Yen, Sukai pekerjaan kita. Karena apabila kita menyukai pekerjaan kita, kita akan bisa melakukan pekerjaan itu dengan baik. Kesungguhan hati adalah profesionalitas.” Pesan ini menegaskan kita bahwa apabila kita mencintai profesi yang kita jalani, kita tidak hanya mendapatkan rasa lelah, namun juga ada kesenangan dan ada hal positif yang kita dapatkan. |
| ||
Artikel Terkait
Beban yang Dipikul Menjadi Lebih Ringan
18 Januari 2021Venez (12) sangat senang jika dibawa keluar rumah sekedar mencari angin atau berjemur. Apalagi sudah sebulan ini Tzu Chi juga memberi bantuan berupa ranjang dorong. Jadi, ibu, nenek, dan pamannya tak susah lagi membawanya keluar rumah.
Semakin Dekat Dengan Master
26 Oktober 2016Pelatihan ini untuk mendalami misi kemanusian Tzu Chi, budaya humanis Tzu Chi, dan filosofi Yayasan Buddha Tzu Chi yang wajib diketahui serta dapat dipertanggung jawabkan bagi relawan yang akan dilantik menjadi calon komite. Pelatihan diadakan pada 23 Oktober 2016 kepada 98 relawan Tzu Chi Bandung dan Sukabumi.