Menjadi Orang Tua Teladan yang Berbakti Pada Orang Tua
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta WulandariBarisan siswa-siswi TK B, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng membawa nampan berisi teh dan camilan yang akan dihidangkan untuk masing-masing ibu yang hadir dalam Perayaan Hari Ibu yang diadakan pada 15 Desember 2017.
Bisa mengajarkan suatu kebaikan kepada anak-anak adalah hal yang membanggakan bagi orang tua. Namun bagi para orang tua, belajar dari anak-anak rupanya bisa menjadi hal yang juga membanggakan. Hal itulah yang disampaikan oleh Linda, orang tua murid bernama Caroline, siswa TK B, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng. Di tengah perasaan haru pada perayaan Hari Ibu yang diadakan oleh sekolah (15/12/17), Linda bangga karena bisa belajar dari anak-anaknya. “Saya bersyukur mempunyai anak yang pengertian, saya bangga pada mereka, dan bersyukur sekali saya mengenal Tzu Chi,” ungkapnya.
Linda yang kala itu berdiri di hadapan lebih dari 120 ibu lainnya bercerita bahwa ia sering sekali menghabiskan waktunya untuk menyelesaikan pekerjaannya sementara anak-anak mereka bersama sang nenek. Apalagi di akhir tahun seperti ini. “Sempat ingin mewakilkan kehadiran saya kepada neneknya saja,” katanya. “Tapi begitu anak-anak dengar, mereka kompak menjawab ‘Ma… ini kan hari ibu, bukan hari nenek’. Saya langsung diam,” lanjut Linda yang disambut tawa oleh para ibu lainnya.
Kedatangan Linda hari itu pun dirasa tidak
sia-sia. “Saya teringat bahwa saya bekerja untuk mereka, kalau dalam satu waktu
mereka butuh saya tapi saya nggak
ada, jadi apa gunanya saya,” tuturnya. Ia sangat terharu ketika tangan-tangan
kecil anaknya membawakan nampan berisi teh dan camilan untuknya. Anak-anak
kecil itu lalu menunduk dengan penuh hormat mempersilakan para ibu menerima
sajian.
Sebelum memasuki acara inti, para siswa dan ibunya bermain sebuah permainan anak mencari suara mamanya dan mama meraba anaknya. Permainan ini mencoba membangun kedekatan antara orang tua dan anak.
Anak-anak melakukan prosesi basuh kaki ibu, semua ibu yang hadir pada hari itu terlarut dalam haru. Hal itu merupakan praktik dari budaya humanis dan pendidikan karakter yang sudah diajarkan di TK Cinta Kasih Tzu Chi.
“Baru sajikan teh saja saya sudah nggak tahan pengen nangis,” ucap Elly Wijaya, relawan Tzu Chi yang menyaksikan bagaimana anak-anak mempraktikkan budaya humanis dan pendidikan karakter yang sudah diajarkan di TK Cinta Kasih Tzu Chi. “Saya sangat terharu, mereka penuh hormat dan sangat rapi sekali,” imbuh Elly yang duduk di barisan depan.
Mengingat Kasih Ibu
Selain Linda, ada juga Sundari, orang tua murid bernama Dito yang juga penuh haru mengungkapkan perasaannya. Perayaan Hari Ibu adalah kegiatan sekolah pertama yang ia hadiri, sebelumnya ia sangat jarang bisa meluangkan waktu datang ke sekolah pada kegiatan lainnya karena tanggung jawab pekerjaan. Hari itu pun ia sempat menyatakan ketidakhadirannya, namun melihat anak pertamanya itu begitu giat berlatih di rumah, Sundari tak sampai hati melihat anaknya sedih. “Akhirnya saya sempatkan waktu untuk menghadiri kegiatan ini,” kata Sundari.
Ketika anak-anak melakukan prosesi basuh kaki ibu, semua ibu yang hadir pada hari itu terlarut dalam haru, tak terkecuali Sundari. Dari anak kecil itu Sundari kembali teringat kepada ibunya. Bagaimana dirinya belum menjadi anak yang sempurna bagi orang tua. Ia mengingat dulu sering sekali tidak mendengarkan perkataan ibunya. Kini ia memikirkan tentang betapa sakit perasaan orang tuanya ketika ia mengabaikan perkataan ibunya. “Ternyata anak kita sekecil itu bisa jadi inspirasi kita dan begitu menghormati kita. Jadi saya langsung kena di hati,” ucap ibu dua anak ini. Dirinya sendiri mengaku belum pernah membasuh kaki kedua orang tuanya, namun melihat contoh di depan matanya, Sundari ingin bisa lebih dekat dan semakin memperhatikan orang tua.
Tangan-tangan kecil para siswa TK B membawakan nampan berisi teh dan camilan untuk ibu mereka. Anak-anak kecil itu lalu menunduk dengan penuh hormat mempersilakan para ibu menerima sajian.
Wujud cinta anak kepada orang tua mereka juga dituangkan dalam kartu ucapan selamat hari ibu yang mereka kreasikan bersama dengan guru kelas masing-masing.
Sementara itu Selly, orang tua dari Michele Liu, yang juga belum pernah membasuh kaki orang tuanya bertekad untuk melakukannya pada 22 Desember nanti, bertepatan dengan perayaan hari ibu. “Di masa-masa senang maupun susah, ibu saya selalu ada untuk saya. Tapi saya merasa belum menjadi anak yang baik untuknya,” ucap Selly. Besar dalam keluarga yang kurang baik membuatnya mandiri dan ingin memberikan hal terbaik untuk anaknya. Namun hal itu ternyata membuat waktunya tersita di dalam 3 bidang pekerjaan yang sedang dijalaninya. “Kadang sampai tidak pulang ke rumah dan jarang berkumpul dengan anak dan orang tua,” imbuh single parent ini.
Baginya, kegiatan yang baru saja diikutinya itu membuka hatinya bahwa, kasih sayang yang besar dari sebuah ikatan ibu dan anak memang tidak bisa dinilai harganya. “Hal ini menyadarkan saya bahwa apa yang dilakukan anak saya kepada saya hari ini adalah satu hal yang sangat dalam maknanya. Maka saya juga ingin melakukannya pada ibu saya,” tegasnya.
Orang Tua Adalah Contoh Bagi Anak
Bao Bing, relawan pemerhati pendidikan pun tak merasakan hal lain selain terharu dan bahagia. Menurutnya siswa siswi TK B yang rata-rata masih berusia lima tahun itu sukses membuat semua orang tua bergidik karena ketulusan hati mereka dalam memberikan persembahan tak terlupakan pada sang ibu. “Lihatlah anak-anak kita hari ini melakukan hal yang begitu indah,” ucapnya.
Rasa haru tak terbendung oleh para ibu. Melalui kegiatan ini pula, setiap ibu kembali diingatkan untuk tetap berbakti pada orang tua sehingga menjadi teladan bagi anak.
Selly dan Michele Liu berfoto bersama usai Perayaan Hari Ibu. Baginya, kegiatan yang baru saja diikutinya itu membuka hatinya bahwa, kasih sayang yang besar dari sebuah ikatan ibu dan anak memang tidak bisa dinilai harganya.
Bao Bing melanjutkan bahwa sebagai orang tua, ibu atau ayah selalu menuntut anak untuk menjadi anak yang baik, anak yang berbakti, anak yang pintar, dan bijaksana. “Lalu kita sendiri penah nggak introspeksi apakah kita sudah menjadi anak yang berbakti, anak yang baik untuk ibu dan ayah kita?” tanyanya disambut anggukan oleh orang tua murid.
“Mama papa jadilah teladan untuk anak-anak kita. Apabila anak kita selalu melihat kita melakukan hal baik, maka dalam diri mereka juga akan tertanam benih yang baik. Dengan memupuk benih kebajikan, welas asih, dan berbakti sejak kecil, saya rasa sampai beranjak dewasa mereka akan menjadi anak-anak yang baik karena kebaikan sudah menjadi suatu kebiasaan bagi mereka,” lanjut Bao Bing yang mengingatkan orang tua untuk tidak lupa berbakti pada orang tua. “Jadilah contoh untuk anak-anak kita karena kita menuntut anak kita untuk berbakti maka kita juga harus berbakti kepada orang tua kita,” pesannya disambut tepuk tangan oleh para ibu yang hadir.
Editor: Yuliati
Artikel Terkait
Perayaan Hari Ibu di Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan
03 Juni 2022Meski dirayakan secara daring, Hari Ibu di Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan tetap berlangsung khidmat. Para Bodhisatwa cilik menyiapkan secangkir teh hangat, mereka lalu berlutut dan menyuguhkannya kepada ibu tercinta.
Momen Kehangatan Anak dan Orang Tua
27 Mei 2016Sebanyak 161 anak bersama orang tua hadir dalam perayaan Hari Ibu. Moment ini memberikan kehangatan dan keharmonisan hubungan antara anak dan orang tua. Tidak sedikit dari mereka yang terharu setelah mengikuti acara ini.