Menjadi Petani Ladang Berkah

Jurnalis : Tony Honkley (Tzu Chi Medan), Fotografer : Lukman , Rostam Lo, Rusli (Tzu Chi Medan)
 
 

fotoKetua Hu Ai Tzu Chi Medan menyematkan kartu kerelawanan abu putih kepada para peserta dan juga memberikan suvenir buku Teladan Cinta Kasih sebagai bentuk jalinan jodoh.

"Bertekad mengikuti semangat Sang Buddha, belajar menjadi seorang petani, mengolah ladang batin makhluk, mengubah lahan terlantar menjadi ladang kebajikan."

(Kata perenungan Master Cheng Yen)

Meski acara pelatihan relawan baru ini akan diselenggarakan pada hari Minggu, tanggal 24 April 2011, para relawan telah sibuk mempersiapkan berbagai keperluan sejak beberapa hari sebelumnya. Mereka membersihkan ruangan yang akan dipakai, mempersiapkan bahan presentasi, dan juga konsumsi untuk para peserta dan relawan.

Saat acara dimulai, perasaan sukacita tersirat di wajah para relawan karena pada hari itu sebanyak 188 relawan abu-abu putih mengikuti pelatihan relawan abu putih pertama di tahun 2011 di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Perwakilan Medan ini. Para relawan baru ini tidak hanya berasal dari Medan tetapi juga ada yang berasal dari Tebing Tinggi, Pematang Siantar hingga Aceh.

Melatih Pikiran, Ucapan, dan Hati
Sebagai pembuka acara, kata sambutan disampaikan oleh Mujianto Shixiong dari He Qi Kantor Perwakilan Medan. Kepada para relawan, ia berpesan agar senantiasa melatih pikiran, ucapan, dan hati agar selaras serta dengan penuh keuletan belajar terus-menerus menggarap lahan berkah. “Apalagi melihat kondisi bumi saat ini yang begitu banyak bencana. Semoga setiap manusia dapat meningkatkan niat baik dalam dirinya, dan mengubah perilaku yang buruk dari masing-masing individu,” katanya.

Dalam sesi pertama, para relawan diajak untuk menyaksikan tayangan video yang mendalam mengenai Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi. Dalam tayangan video tersebut, Master Cheng Yen menceritakan betapa sulitnya mendirikan Yayasan Buddha Tzu Chi di awal-awalnya. Untuk itu, Master Cheng Yen berkata kepada dirinya sendiri bahwa ia yakin pendirian Tzu Chi ini tanpa adanya kepentingan pribadi dan yakin pula bahwa ada cinta kasih di setiap hati manusia. Master Cheng Yen bertekad untuk menolong batin manusia dengan menyucikan hati mereka walaupun jalan yang akan ditempuh sangat sulit dilewati dan panjang.

Master Cheng Yen berharap setiap orang akan menjadi sumber mata air bagi orang lain, dapat bermanfaat dan mampu mengoptimalkan kemampuan setiap orang. Beliau juga berpesan agar kita senantiasa membuka hatin dalam menjalani kehidupan sehingga akan membuat hidup yang dilalui akan lebih berarti.

foto  foto

Keterangan :

  • Merry Shijie pembawa acara pelatihan menuntun acara dengan begitu antusias sambil merangkum isi setiap sesi untuk para peserta. (kiri)
  • Ibunda Paulus Sihotang memberikan sharing dalam kasus kecelakaan yang menimpa anaknya. Ia terharu sekaligus bersyukur karena telah berjodoh dengan Yayasan Buddha Tzu Chi. (kanan)

Setelah disuguhkan tayangan video, Merry Shijie pembawa acara pada hari itu melontarkan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan tayangan tersebut kepada para relawan sambil merangkumkan kembali dan diakhiri dengan tea break. Tiga puluh menit kemudian, mereka kembali memasuki ruangan dengan rapi dipandu oleh masing-masing Tui Fu (ketua kelompok). Dalam sesi selanjutnya para peserta pelatihan diberikan materi pemahaman perihal misi kemanusiaan yang dibawakan oleh Lina Naga Shijie. Ia menjelaskan sejarah kasus pertama penerimaan bantuan jangka panjang Tzu Chi hingga penjelasan mengenai mengapa diperlukannya pensurveian ulang.

Seberkas Cahaya Tzu Chi
Sharing dalam pelatihan ini menghadirkan ibunda dari Paulus Sihotang yang bercerita tentang kecelakaan lalu lintas yang menimpa anaknya pada tanggal 17 November 2010. Saat itu kaki dan tangan Paulus (15) patah, kepalanya bocor dan diharuskan segera menjalani operasi. Pada tanggal 25 November 2010, Paulus sebenarnya dijadwalkan untuk menjalani operasi namun hal itu terpaksa urung dilakukan karena keterbatasan dana yang dimiliki keluarga. Hal itu membuat ibu Paulus yang sehari-hari berjualan makanan kecil di depan rumah sangat bersedih hati dan putus asa.

Seberkas cahaya menghampiri saat ia mendapatkan informasi dari pihak rumah sakit mengenai Tzu  Chi dan kebetulan pada saat itu relawan sedang berada di rumah sakit itu. Ibu ini segera bergegas menemui relawan yayasan itu dan meminta bantuan mereka. Setelah mendapat informasi, keesokan harinya ibu Paulus mendatangi kantor Yayasan Buddha Tzu Chi untuk meminta bantuan. Untuk sembuh dan dapat menggunakan tongkat untuk berjalan, Paulus menjalani operasi hingga 3 kali. Sang ibu mengatakan, “Semoga Tuhan memberkati para relawan dan saya sangat berterima kasih kepada Yayasan dan saya akan mengingat segala kebaikan kalian.”

foto  foto

Keterangan :

  • Para peserta dengan sangat antusias melihat Shou Yu yang diperagakan oleh para relawan komite, relawan biru putih dan anggota Tzu Ching. (kiri)
  • Sharing peserta tentang pengalaman selama mengikuti kegiatan Tzu Chi dapat menjadi inspirasi bagi peserta yang lain. (kanan)

Budaya Kemanusiaan Tzu Chi
Di sela-sela pelatihan, para peserta disuguhkan pertunjukan isyarat tangan (shou yu) berjudul “Setiap orang memiliki sifat hakiki suci tanpa noda setara Buddha”. Handra Shixiong dalam sesi selanjutnya menjelaskan tentang budaya kemanusiaan Tzu Chi kepada para peserta. Bagaimana sebagai seorang relawan harus bersikap untuk menghadapi suatu keadaan sedangkan Wardi Shixiong menyampaikan perihal tata krama yang ada di Tzu Chi.

Saat itu, para peserta dijelaskan mengenai pentingnya citra insan Tzu Chi seperti yang terdapat dalam Kata Perenungan Master Cheng Yen yang berbunyi “Keindahan satu kesatuan ada pada pengendalian diri yang baik dari setiap individunya”. Para relawan belajar bagaimana berbusana, etika berseragam, cara berbaris hingga bagaimana tata cara makan. Untuk tata cara makan, materi yang diberikan langsung dipraktikkan oleh para peserta pada saat sesi makan siang.

Usai makan siang, tema mengenai struktur kerelawanan dibawakan oleh Januar Shixiong sementara tema bertobat dan bervegetarian dibawakan oleh Endang Kamal Shixiong. Dua tema yang selaras seperti yang disampaikan oleh Master Cheng Yen, “Sudah tidak ada waktu lagi, salah satu cara untuk menyelamatkan bumi ini adalah dengan melakukan pertobatan besar, hanya dengan melakukan pertobatan inilah bathin manusia baru bisa jernih kembali dan malapetaka akan terhindar.”

Inspirasi untuk Semua
Di penghujung acara, sharing dari para peserta menjadi acara yang mempunyai daya tarik tersendiri karena bukan hanya dapat bermanfaat bagi diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. Ali Wardana Shixiong salah satu peserta mengungkapkan, ”Saya berjodoh dengan Yayasan Buddha Tzu Chi salah satu alasannya adalah karena senyuman dari para relawan. Saya orang yang sangat keras untuk dinasehati, saya sangat berterima kasih karena diberikan kesempatan untuk membuka hati saya. Melihat fisik Master Cheng Yen dan cinta kasih Master Cheng Yen yang begitu welas asih sungguh mengetuk hati kita semua.”

Demikian juga yang disampaikan oleh Galih Herlambang Shixiong, seorang kamerawan DAAI TV, “Saya sangat tertarik dengan DAAI TV karena banyak menginspirasi orang dan lebih ke sisi humanis manusia. Walaupun saya baru bekerja 5 bulan, saya sempat meneteskan air mata waktu meliput. Semoga apa yang dapat saya lakukan dapat bermakna.”

Sebagai penutup, para relawan kemudian melakukan doa bersama menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Doa bersama dengan harapan dunia terhindar dari mara bahaya. Semoga barisan Bodhisatwa Tzu Chi akan semakin panjang dan mengikuti langkah Master Cheng Yen. Cia You (Semangat) Shixiong Shijie !!

  
 

Artikel Terkait

Bantuan 3.5 Ton Beras untuk Warga Terdampak Pandemi di Karimun

Bantuan 3.5 Ton Beras untuk Warga Terdampak Pandemi di Karimun

21 September 2021

Tzu Chi Tanjung Balai Karimun bekerjasama dengan Polres Karimun menyalurkan 3,5 ton beras untuk masyarakat Karimun yang terdampak Covid-19 pada Jumat, 17 September 2021.

Tersenyumlah Selalu

Tersenyumlah Selalu

10 Desember 2010 “Ayo, mana senyumnya?” tanya Suster Xaveria kepada Elpina (9 tahun) yang merupakan salah satu pasien luka bakar yang dirawat di Pusat Rehabilitasi Harapan Jaya (PRHJ). Melihat sapaan yang hangat dari Suster Xaveria, Elpina serta merta tersenyum lebar.
Ketulusan yang Menyentuh

Ketulusan yang Menyentuh

17 Juli 2018
Walaupun dengan keterbatasannya, Agus berusaha mengungkapkan rasa sukacitanya ketika rombongan relawan yang terdiri delapan orang tersebut menghampirinya.
Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -