Menjadi Relawan itu adalah Panggilan Hati untuk Melayani

Jurnalis : Widodo (Tzu Chi Sinar Mas), Fotografer : Indah Puspita Sari (Tzu Chi Sinar Mas)

Para relawan dari beberapa xie li Tzu Chi Sinar Mas menyimak dengan serius pemaparan Indah Puspita Sari.

Menjadi relawan adalah sebuah kesempatan dan juga pilihan. Tuhan sudah memberi kita kesempatan untuk mengenal Tzu Chi melalui Sinar Mas, tinggal kita memilih untuk menjalankannya karena semua kebaikan yang kita jalankan pada akhirnya juga akan kembali ke diri kita,” kata Indah Puspita Sari, relawan Tzu Chi Sinar Mas Down Stream Lampung (DS Lampung) ketika memberikan sharing secara virtual. Sharing bertema Relawan Pemerhati Berbagi Inspirasi – Membuka Pintu Hati dengan Berwelas Asih itu dilakukan pada Sabtu, 24 Juli 2021.

Indah, begitu ia biasa disapa, pertama kali mengenal Tzu Chi pada tahun 2013 ketika menjadi Corporate Social Responsibility (CSR) Officer di PT. Sumber Indah Perkasa (SIP), Lampung. Sejak itu pula ia menjalankan kegiatan kerelawanan, mulai dari pendampingan anak asuh, pasien, bakti sosial kesehatan, hingga menjadi pelopor berdirinya komunitas Dharma Wanita (Dhawa) DS Lampung. Aktivitasnya sebagai CSR Officer yang banyak bersentuhan dengan masyarakat justru makin mendekatkan dirinya dengan masyarakat ketika menjalankan kegiatan Tzu Chi. Sehingga masyarakat juga akhirnya paham bahwa hanya cinta kasih lah yang selalu dibawa Yayasan Buddha Tzu Chi.

Dalam sharing yang dipandu Marina Dwina Adwinda ini, Indah juga menjelaskan bahwa dengan menjadi relawan kita dengan sendirinya harus mau berkomitmen dari hati, harus berani memikul tanggung jawab, dan multi sabar karena yang dihadapi adalah masyarakat dengan ragam yang berbeda. “Yang pasti dengan menjadi relawan, terjun ke masyarakat menambah ketrampilan dan juga memperluas jaringan,” kata ibu tiga anak ini.

Indah menambahkan memang tantangan terbesar menjadi seorang relawan adalah pembagian waktu dengan keluarga. Apalagi anak-anak masih membutuhkan perhatiannya. Tetapi seiring waktu dengan pemberian pengertian, keluarga mendukung apa yang ia lakukan.

“Saya sering pasang status kegiatan saya di WA, jadi anak-anak bisa melihat juga. Jadi begitu sampai di rumah mereka menanyakan apa yang saya kerjakan, dengan begitu hal ini juga menjadi pembelajaran tersendiri buat anak-anak,” jelas Indah. Selain itu, Indah juga sering menunggah aktivitas sosialnya di sosia media.
Hal lain yang menjadi tantangan tentu mengajak masyarakat agar mau berkegiatan. “Ya kuncinya memang mesti sabar untuk terus berkomunikasi dengan mereka, membaur dengan mereka, banyak-banyak sharing dengan mereka,” kata Indah.

Buah kesabarannya berujung dengan bergabungnya beberapa masyarakat menjadi barisan Dhawa DS Lampung, salah satunya kakak mantan pasien yang pernah didampingi. “Sangat terharu dengan kesungguhan mereka, mereka punya cinta kasih yang luar biasa, mereka malah sudah Tzu Chi banget dibanding saya,” ujarnya.

Tangan di Atas lebih baik daripada Tangan di Bawah
Selain di lingkungan perusahaan, program celengan bambu Tzu Chi juga Indah sosialisasikan ke masyarakat, termasuk anak asuh dan pasien yang didampingi. “Meski saya tahu juga kondisi mereka serba pas-pasan, tetapi saya selalu menyampaikan bahwa dengan berbagi itu nikmat rasanya kalau jadi tangan di atas, sehingga pelan-pelan mereka paham sehingga pada akhirnya mereka mau ikut serta juga” ujarnya bersemangat, “Saya sampaikan juga bahwa dana yang selama ini kita gunakan untuk membantu mereka itu adalah dana dari banyak orang melalui celengan-celengan itu.”

Dengan pemahaman seperti itu, mereka akhirnya juga mau berbagi.

Kebahagiaan yang Tak Ternilai 

Kebahagiaan Resti ketika mencoba kursi roda yang diberikan Indah dan relawan DS Lampung.

Indah melanjutkan dengan berbagi kisah tentang Resti, seorang anak perempuan yang menderita kelumpuhan akibat sakit panas yang terlambat tertangani. Meski hanya bisa berbaring di tempat tidur, Resti seorang anak yang ceria. Ia suka menggambar dan berharap bisa turun dari ranjang untuk melihat anak-anak bermain dan menggambar.

Indah dan relawan lalu memberikan bantuan kursi roda yang diidamkan Resti. Indah bercerita dengan menatap mata Resti yang begitu gembira ketika membantu membuka kardus kursi roda saja, ia sangat tersentuh dan tak sadar ikut menangis haru. “Padahal kita hanya sebagai perantara bantuan ini, tetapi kita juga kebagian kebahagiaan yang dirasakan Resti,” tutur Indah.

Berikutnya Indah berbagi cerita tentang anak asuh, kakak beradik Epan Faisal Gunawan dan Eka Kirana Cinta. Dibalut dalam bentuk video singkat, kisahnya begitu berkesan.

Rumah Epan dan Eka sangat sederhana. Ayahnya penjual es keliling, sementara ibunya buruh pabrik yang juga bekerja serabutan membantu di rumah-rumah tetangganya untuk menambah penghasilan dalam mencukupi kebutuhan 5 anaknya. Kakak beradik ini sangat mengerti kondisi keluarganya. Tak pernah terdengar keluhan dari mulut mereka.

Sadar akan kondisi keluarga yang kurang, Epan sebagai kakak pertama memilih bekerja apa saja untuk membantu ekonomi keluarga. Indah berpesan kepada keduanya apapun yang terjadi mereka harus terus memiliki pendidikan karena anak-anak ini memiliki semangat yang luar biasa. “Kita justru banyak belajar dari semangat kakak beradik ini. Senyum mereka jadi penyemangat kita untuk terus bisa berbagi kepada yang membutuhkan,” ungkapnya.

Penyerahan bantuan dana beasiswa dan beras kepada Epan dan Eka di Dusun Gotong Royong, Desa Rangai Tri Tunggal, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan.

Indah juga mengatakan setiap melakukan kegiatan kerelawanan selalu timbul rasa bahagia, dimana terdapat perasaan gembira yang berasal dari dalam hati, bukan kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani. Selain itu juga dengan melihat orang yang kita bantu bisa tertawa, bisa gembira, itu adalah kebahagiaan yang tidak ternilai harganya. Dengan melihat ke masyarakat yang kurang beruntung, ia juga diingatkan untuk selalu lebih bersyukur berkali-kali lipat dari melihat orang-orang yang dibantu.

“Tentu banyak perubahan yang saya alami. Dengan menjadi relawan melihat dunia lebih terbuka, banyak ragamnya. Pikiran juga jadi lebih terbuka. Tentu lebih bersyukur, meski kita hanya menjadi pengantar jalinan cinta kasih untuk mereka yang membutuhkan. Kalau kita bersyukur rasanya hidup lebih enteng,” pungkasnya dihadapan 194 peserta yang hadir secara virtual.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Tantangan Menjadi Relawan

Tantangan Menjadi Relawan

12 Juni 2017

Tak bersela lama, undangan sharing pun beredar di salah satu media sosial grup relawan Tzu Chi Aceh. Tepatnya pada Jumat, 9 Juni 2017 Hok Lay memberikan sharing yang menginspirasi dan motivasi kepada insan Tzu Chi Aceh. Sebanyak 25 orang relawan mengikuti acara ini.

Pemberkahan Akhir Tahun : Belajar dan Memperbaiki Diri di Tzu Chi

Pemberkahan Akhir Tahun : Belajar dan Memperbaiki Diri di Tzu Chi

01 Februari 2015

Minggu, 1 Febuari 2015 adalah hari yang penuh berkah bagi Johnny Chandrina. Dihadapan relawan dan tamu undangan yang memenuhi aula, Johnny berkesempatan berbagi pengalamannya sebelum dan setelah menjadi relawan Tzu Chi.

Pelatihan Komite dan Calon Komite: Sharing tentang Karma

Pelatihan Komite dan Calon Komite: Sharing tentang Karma

16 Maret 2017

Pembahasan tentang karma, menjadi salah satu materi sharing yang disampaikan relawan Hendry Chayadi di depan peserta pelatihan calon komite dan komite 2017. Pelatihan Komite dan Calon Komite digelar di Guo Yi Ting, Lt. 3 Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK dan diikuti oleh 580 relawan.

Kekuatan akan menjadi besar bila kebajikan dilakukan bersama-sama; berkah yang diperoleh akan menjadi besar pula.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -