Menjadi Relawan Pemerhati Rumah Sakit dengan Sepenuh Hati
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Timur), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Timur), Dok. Tzu ChiPada training keempat relawan pemerhati rumah sakit, yang berlangsung pada Minggu 6 Desember 2020, sekilas Suriadi, Direktur Umum Tzu Chi Hospital PIK menyampaikan kilas balik materi pada tiga training sebelumnya bagi peserta yang baru bergabung pada hari itu.
Waktu berlalu begitu cepat. Bulan Desember ini, tepatnya Minggu, 6 Desember 2020 merupakan pelatihan keempat relawan pemerhati Tzu Chi Hospital PIK dan masih diselenggarkan melalui aplikasi Zoom.
Dalam pelatihan kali ini, Huang Ming Yue, relawan pemerhati Tzu Chi asal Taiwan berbagi kisahnya. Mengenang pertama kali menjadi relawan pemerhati, Huang Ming Yue ketika itu mengenakan rompi relawan, memasuki kamar pasien, dan menyapa semua orang, namun tidak ada orang yang melihatnya. Keluarga pasien sibuk di sebelah ranjang pasien. Ia merasa canggung dan tegang.
“Saya ingin melayani, tetapi apa yang bisa saya lakukan? Dari sini, saya mulai berpikir, untuk belajar sedikit demi sedikit mengenai kemampuan apa yang perlu saya punya agar bisa menjadi relawan yang bahagia, dan menjadi relawan yang bisa membantu Master,” kenang Huang Ming Yue. Sampai saat ini ia sudah 30 tahun menjadi relawan pemerhati rumah sakit.
Membawa Hati Untuk Bersumbangsih
Huang Ming Yue pernah merawat dan mendampingi seorang pemuda berusia 20an yang menjadi tulang punggung keluarga, tertabrak oleh sebuah sepeda motor saat pemuda berjalan keluar hendak membeli barang.
Suatu ketika ada orang yang bertanya kepada Huang Ming Yue, “Apa cakupan pelayanan relawan pemerhati Tzu Chi Hospital?” Huang Ming Yue menjelaskan, cakupannya sangat luas. Kecuali berbagai area profesional medis, termasuk pekerjaan dokter, perawat, dan berbagai area yang tak boleh kita sentuh.
Huang Ming Yue sambil bergurau, “Masalah hidup, mati, gunung, laut, kita bisa bantu.” Orang tersebut menjawab “Mana mungkin.” Huang Ming Yue membalas, “Bagaimana tidak mungkin? Soal hidup, selama masih bernafas, bukankah itu hidup? Dalam hidup ini, banyak kesulitan yang perlu dibantu. Soal mati, saat nafas berhenti, itulah mati. Bila ada pasien yang meninggal, masalah perkabungan, memerlukan bantuan. Soal gunung, bila pasien tinggal di pengunungan, kita pergi ke sana untuk survey dan memberi bantuan. Soal laut, jika pasien tinggal di tepi laut, kita melakukan kunjungan kasih ke tepi laut. Masih banyak lagi yang dapat kita lakukan.” tambahnya.
Bagaimana cara menjadi relawan pemerhati Tzu Chi Hospital yang layak? Menurut Huang Ming Yue, kita harus terus belajar dan meningkatkan berbagai kemampuan diri sendiri.
“Kita harus lebih mengenal lingkungan rumah sakit, lebih memahami sedikit pengetahuan medis, alur pelayanan. Seperti bagaimana mengurus masuk dan keluar rumah sakit, serta bisa memahami berbagai prosedur lain. Seperti di mana lokasi untuk pemeriksaan apa, kita mengerti berbagai pengetahuan umum ini. Mengerti penggunaan kursi roda, dan lainnya.” terang Huang Ming Yue.
Dengan kemampuan mendasar ini, saat melayani pasien di rumah sakit, kita akan menjalankannya dengan lebih lancar. Relawan pemerhati juga harus menyerap sisi semangat dan filosofi.
“Seperti bagaimana cara berinteraksi dengan orang? Bagaimanakah komunikasi yang efektif? Segala yang kita katakan harus efektif. Kita harus saling menyambung antara relawan dan tim medis ataupun berinteraksi dengan pasien. Bagaimana berbicara yang patut agar tidak salah bicara? Kita harus bersikap layak. Ini adalah pembabaran Dhamma tanpa suara,” jelas Ming Yue.
“Apakah ketulusan bisa dilihat? Apakah rasa syukur bisa dilihat? Apakah rasa hormat hanya sebatas kata-kata? Apakah kehangatan hati bisa dilihat? Tentu bisa dilihat.” kata Ming Yue.
Tzu Chi Hospital dibangun dengan konsep high-tech, hardware atau peralatan medis yang didukung oleh teknologi dan sistem yang canggih, dan high-touch, software yang mengedepankan empati sesuai dengan budaya humanis Tzu Chi.
Ming Yue mengajak relawan permerhati Tzu Chi Hospital untuk mempelajari, mengenali dan mendalami kondisi mental pasien. Mengapa dia menyimpan banyak emosi, bagaimana latar belakang kehidupannya, bagaimana perjalanan hidupnya, mengapa dia bisa memiliki pemikiran tertentu, mengapa dia bisa mengeluarkan reaksi tertentu.
Siapakah sasaran perhatian kita? jawabannya, siapa saja yang datang ke Tzu Chi Hospital. Pasien dan keluarganya, tentu harus lebih diperhatikan, tetapi para staf juga tidak boleh diabaikan. Begitu pula dengan tamu pada umumnya. “Setiap saat kita harus menyampaikan perhatian dan kehangatan bagi setiap orang. Ini adalah sikap hidup yang harus dimiliki oleh insan Tzu Chi.” Terang Huang Ming Yue.
Para relawan pemerhati rumah sakit harus dapat menciptakan keharmonisan, harus mendukung dan memperhatikan mulai dari yang tertinggi seperti direktur Tzu Chi Hospital, para staf lainnya, petugas kebersihan hingga petugas keamanan.
Di Tzu Chi Hospital Taiwan, relawan selalu ditekankan untuk mematuhi suatu kesepakatan. Pertama, tidak mencampuri urusan medis, termasuk menyarankan atau memberikan obat atau alternatif lainnya. Kedua, menghormati profesi atau pun memperhatikan privasi pasien. Tidak boleh membicarakan kondisi penyakit pasien di tempat umum.
Master Cheng Yen berharap relawan pemerhati Tzu Chi Hospital dapat menjadi jembatan antara tim medis dengan pasien, menjadi perangkat lunak rumah sakit, menjadi penyebar tanpa suara dari budaya humanis Tzu Chi. Sandaran bagi tim medis, pasien dan keluarga pasien ada di pundak insan relawan pemerhati Tzu Chi Hospital.
Peran Relawan Pemerhati Tzu Chi Hospital
Dalam menjalankan tugas sebagai relawan pemerhati, wajib mematuhi grooming, dan greeting sesuai enam permata relawan yang sejalan dengan misi, visi dan value Tzu Chi Hospital.
Tzu Chi Hospital dibangun dengan konsep high-tech, hardware atau peralatan medis yang didukung oleh teknologi dan sistem yang canggih. Lalu juga high-touch, software yang mengedepankan empati sesuai dengan budaya humanis Tzu Chi. Dua konsep ini menjadi keunggulan Tzu Chi Hospital Indonesia
Pada konsep high-touch, Tzu Chi Hospital menghadirkan relawan pemerhati rumah sakit. Pasien dengan penyakit fisik dapat diobati tim medis. Namun, pasien dengan batin terganggu, penuh kekhawatiran, rasa takut, sedih, kecewa, bahkan juga bingung. Ataupun suasana hati pengantar pasien ataupun keluarga pasien.
“Keberadaan relawan pemerhati sangat berperan terhadap hal-hal yang tidak tersentuh oleh tim medis dan menjadi ciri khas Tzu Chi Hospital yang high-touch. Tentunya perlu menghadirkan rasa empati. Inilah peran insan relawan pemerhati Tzu Chi,” kata Wayan Martini, Kepala Seksi Pendidikan dan Pengembangan Keperawatan Tzu Chi Hospital.
Lussy Tanudjaja ingin turut bersumbangsih meringankan penderitaan bagi pasien dan keluarganya dalam menghadapi penderitaan akibat sakit yang dideritanya.
Insan Tzu Chi bersumbangsih tanpa pamrih dan mengembangkan jiwa kebijaksanaan. Dalam menjalankan tugas sebagai relawan pemerhati, wajib mematuhi grooming, dan greeting sesuai enam permata relawan yang sejalan dengan misi, visi dan value Tzu Chi Hospital.
“Wajah selalu tersenyum, mulut yang manis, pinggang yang lentur, tangan kaki yang cekatan, mata yang jeli dan pikiran yang jernih,” terang Wayan Martini.
Dalam memberikan pelayanan yang baik haruslah sesuai dengan semangat Tzu Chi. Pelayanan yang penuh dengan kehangatan, berlandaskan cinta kasih dan meringankan beban penderitaan orang yang akan dilayani.
Rumah sakit adalah ladang pelatihan, melalui kegiatan pelayanan sebagai relawan, kita berlatih dengan tekun dan bersemangat. Bersemangat berarti tidak mundur. Tekun berarti pikiran tidak bercabang. Kita bersama tumbuh di jalan yang benar. Ketika melayani sebagai relawan, pasti ada perbedaan pandangan atau pendapat. Bila perbedaan pandangan dan pemahaman tidak diatasi maka aktivitas pelayanan kita mungkin akan mengalami hambatan.
“Saya menyadari, sebagai relawan pemerhati rumah sakit, kita dapat berkontribusi memberikan penghiburan batin dengan memberikan pelayanan dengan penuh kehangatan dan cinta kasih, serta pendampingan kepada pasien atau keluarganya, membantu meringankan beban penderitaan mereka.” ucap Lussy Tanudjaja.
Lussy ingin terus bersumbangsih, memberikan semangat dan kebahagiaan bagi pasien dan keluarga pasien agar dapat keluar dari penderitaan.
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Menjadi Relawan Pemerhati Rumah Sakit dengan Sepenuh Hati
14 Desember 2020Keunggulan dalam Perhatian yang Menyeluruh
13 April 2021Demi mendalami misi kesehatan dan memberikan pelayanan berbudaya humanis yang maksimal di Tzu Chi Hospital nantinya, relawan kembali mendapatkan training secara berkala. Training Relawan Pemerhati Rumah Sakit ke-8 dilaksanakan pada Minggu 4 April 2021 melalui aplikasi Zoom dan diikuti oleh 627 peserta.
Rumah Sakit adalah Ladang Pelatihan Boddhisatwa
16 Maret 2021Tzu Chi Hospital mengembankan potensi untuk merawat pasien dengan menerapkan budaya humanis. Sehingga pasien bisa mendapatkan perawatan dan layanan baik fisik maupun batin.