Tzu Chi Hospital terus melakukan perbaikan, termasuk memberikan pelatihan kepada relawan Tzu Chi agar menjadi software rumah sakit.
Penderitaan terbesar dalam kehidupan berasal dari penyakit. Melalui kunjungan ke rumah penerima bantuan, Master Cheng Yen menemukan bahwa penyakit sering menyebabkan keluarga jatuh ke dalam kemiskinan. Orang yang miskin, karena ketidakmampuan berobat, akhirnya menderita penyakit yang serius. Hal ini membuat Master Cheng Yen bertekad untuk membangun rumah sakit. Keteguhan tekad Master Cheng Yen ini akhirnya mampu menghapus keraguan setiap orang. Mereka, demi mendukung Master Cheng Yen dan visinya, dengan sepenuh hati bersumbangsih dan membangkitkan potensi diri yang terpendam untuk mewujudkan apa yang dianggap mustahil waktu itu. Perjuangan Master Cheng Yen ini ini kemudian melahirkan Misi Kesehatan Tzu Chi.
Pembangunan Tzu Chi Hospital Indonesia membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk mendapatkan persetujuan dari Master Cheng Yen. Dan kini, Tzu Chi Hospital telah berdiri dengan megah. Semua ini merupakan hasil perjuangan dan kerja keras serta kumpulan cinta kasih dari banyak orang sehingga setiap orang dapat dengan bangga mengatakan, “Ini adalah rumah sakit kita bersama,” kata Sufei Tan, selaku MC Pelatihan pada hari Minggu, 31 Juli 2022 di Guo Yi Ting, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Tentu dengan adanya dukungan para insan Tzu Chi Indonesia sebagai pemerhati rumah sakit, kita secara bersama-sama akan dapat mewujudkan layanan kesehatan yang berbasis budaya humanis di Tzu Chi Hospital.
Dokter Gunawan Susanto, Sp.BS., Direktur Utama Tzu Chi Hospital berharap relawan pemerhati rumah sakit dapat menyampaikan setiap informasi ataupun keluhan pasien kepada manajemen untuk perbaikan Tzu Chi Hospital ke arah yang lebih baik dari masa ke masa.
Dokter Gunawan Susanto, Sp.BS., Direktur Utama Tzu Chi Hospital memaparkan sejak awal 2013, dimulainya perencanaan untuk pembangunan Tzu Chi Hospital di Jakarta, mengacu pada empat hal, yaitu ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. “Kami membuat konsep desain Tzu Chi Hospital bersumber pada High-Tech, dilengkapi dengan sarana dan prasarana, fasilitas dengan teknologi canggih, dan sumber daya manusia. High-Touch, pelaksanaannya mengedepankan empati dan berbudaya humanis,” kata dokter Gunawan sambil menyemangati 346 orang yang ikut dalam pelatihan relawan pemerhati rumah sakit Tzu Chi.
Tzu Chi Hospital juga memiliki relawan pemerhati yang humanis, untuk menjalin jodoh baik antara Tzu Chi Hospital dengan para pasien dalam pelayanan dan kenyamanan bagi pasien yang datang berobat di Tzu Chi Hospital. Dokter Gunawan Susanto sangat berterima kasih kepada relawan pemerhati rumah sakit, “Tzu Chi Hospital telah beroperasi hampir satu tahun. Relawan pemerhati sudah bertugas dengan sangat baik. Petugas medis juga mengangumi kehadiran relawan pemerhati mau bersumbangsih waktu dan tenaga untuk menjadi pemberi informasi, edukasi, juga support bagi pasien yang mulai kehilangan semangat,” jelas dokter Gunawan Susanto, berharap relawan pemerhati rumah sakit dapat menyampaikan setiap informasi ataupun keluhan pasien kepada manajemen Tzu Chi Hospital untuk perbaikan Tzu Chi Hospital ke arah yang lebih baik dari masa ke masa.
Sejak Tzu Chi Hospital secara resmi dibuka pada Oktober tahun silam, kesulitan demi kesulitan yang dihadapi tidaklah cukup disampaikan dalam beberapa kalimat, namun Liu Su Mei selaku Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia tetap ingin mengucapkan Gan En kepada semua tim medis, perawat, dan tim pembangunan atas kerjasama mereka sehingga Tzu Chi Indonesia memiliki Tzu Chi Hospital.
Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei mengucapkan Gan En kepada semua tim medis, perawat, dan tim pembangunan atas kerja sama mereka sehingga Tzu Chi Indonesia memiliki Tzu Chi Hospital.
Setelah hardware rumah sakit terpenuhi, maka sangat dibutuhkan softwarenya, adalah pemerhati rumah sakit. Ini merupakan sebuah kekuatan yang lembut yang menjadikan Tzu Chi Hospital sebagai sebuah rumah sakit yang berbudaya humanis yang penuh dengan cinta kasih dan kehangatan sehingga pasien di rumah sakit akan merasakan ketenangan dan kehangatan. “Kalian semua (relawan pemerhati rumah sakit) seperti kunang-kunang yang menyala di setiap sudut rumah sakit, memberikan pelayanan dan perhatian kepada pasien setiap saat. Tidak lupa juga, bahwa kita harus menjaga rekan-rekan medis lainnya,” tutur Liu Su Mei lebih lanjut.
Liu Su Mei juga menambahkan, “Kita selain perlu untuk mempelajari seputar pengetahuan kesehatan, yang paling penting kita juga harus menghormati profesionalisme perawatan medis kita. Kita memberikan perhatian dan selalu memberi bantuan dan juga dorongan semangat kepada staf medis atau pasien. Tetesan-tetesan, perhatian penuh kasih dari insan Tzu Chi merupakan wujud dari budaya humanis Tzu Chi.”
Tzu Chi adalah keluarga besar yang penuh dengan cinta universal. Cinta yang besar ini adalah mengembangkan potensi bajik untuk menyebarkan cinta kasih dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaa dalam diri kita sendiri. Rumah sakit merupakan ladang pelatihan. “Kita belajar bersumbangsih. Kita sama-sama menjadikan Tzu Chi Hospital sebagai sebuah rumah sakit yang mewujudkan cinta kasih yang universal dengan menghapus penderitaan dan memberikan kebahagiaan,” kata Liu Su Mei.
Peranan Relawan Pemerhati Rumah Sakit
Tzu Chi Hospital dengan visi menjadi rumah sakit rujukan yang ideal dan dapat menjadi contoh yang baik dalam dunia kedokteran, membawa misi menyelamatkan kehidupan, menjaga kesehatan dengan menjunjung tinggi semangat cinta kasih dengan menerapkan nilai-nilai ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Tzu Chi Hospital merupakan sebuah rumah sakit yang menggabungkan keahlian tenaga medis dan pendampingan relawan pemerhati dengan menerapkan budaya humanis Tzu Chi sehingga menciptakan lingkungan rumah sakit yang penuh cinta kasih dan sentuhan kemanusiaan yang hangat dan kekeluargaan.
Mony Alwi, koordinator pelatihan Tzu Chi Hospital berharap dengan adanya pelatihan relawan pemerhati rumah sakit, akan memperpanjang jalinan jodoh antara relawan dengan Tzu Chi Hospital.
Sebagai relawan pemerhati rumah sakit harus mengikuti panduan yang diberikan, selain untuk melindungi diri kita sendiri dan juga memberikan kenyamanan kepada pasien sehingga tidak menimbulkan kerisauan. Untuk bisa melakukan kebajikan, kita membutuhkan kesempatan yang baik. Di Tzu Chi Hospital, kita mendapatkan kesempatan yang baik ini, maka kita hendaknya menggenggam waktu dan kesempatan yang ada.
Keberadaan relawan pemerhati rumah sakit adalah sebagai perantara komunikasi antara manajemen rumah sakit, paramedis, pasien, ataupun keluarga pasien. Bila mendapatkan keluhan pasien ataupun dari keluarga pasien, maka sebagai relawan pemerhati rumah sakit dapat menyampaikan keluhan tersebut kepada management rumah sakit, untuk tindakan perbaikan yang arah yang lebih baik.
Dalam sebuah pertemuan, Master Cheng Yen meminta agar para fungsionalis giat mendorong para relawan untuk lebih menghayati prinsip kebenaran dan kehidupan melalui misi kesehatan. Master Cheng Yen mengatakan rumah sakit adalah sebuah ladang berkah pelatihan diri. Selain dapat meresap ilmu pengetahuan untuk menjaga kesehatan, yang paling penting adalah bahwa di rumah sakit kita dapat menyaksikan kelahiran, usia tua, sakit dan kematian atau ketidakkekalan dalam kehidupan sehingga dengan demikian kita lebih bisa mawas diri, berpuas diri dan selalu bersyukur.
Menjadi seorang relawan pemerhati rumah sakit juga bertujuan untuk belajar. “Belajar dari kehidupan. Sambil bekerja sambil belajar sehingga memahami makna kehidupan hingga menimbulkan kebijaksanaan. Menjalin jodoh baik atau menaburkan benih cinta kasih dengan memberi kehangatan dukungan kepada pasien ataupun keluarga pasien serta staff rumah sakit. Membudayakan budaya humanis di rumah sakit.” jelas Yang Pit Lu atau Lulu.
Dalam pelatihan relawan pemerhati rumah sakit kali ini, Yang Pit Lu, relawan yang aktif di misi amal dan relawan pemerhati rumah sakit menjelaskan bagaimana menjadi relawan pemerhati rumah sakit yang handal.
Yang Pit Lu juga menambahkan untuk menjadi relawan pemerhati rumah sakit yang handal dan bahagia, hendaknya memiliki hati yang tulus, berpenampilan rapi, berbudaya humanis, berempati, giat belajar agar bisa bertumbuh skill maupun kebijaksanaan, mengenal lingkungan rumah sakit, mengetahui alur dan prosedur admin rumah sakit, belajar mengerti perasaan orang lain, dan belajar memanfaatkan kehidupan yang singkat dengan baik. “Hati yang tulus, wajah yang ramah dan murah senyum, bertutur kata dengan lembut serta selalu mencari kesempatan untuk membantu orang dengan mata yang jeli, gesit dan rendah hati.” tambah Yang Pit Lu menjelaskan bagaimana menjadi relawan pemerhati rumah sakit yang handal.
Master Cheng Yen mengatakan bahwa kehidupan tidaklah kekal, tetapi jiwa kebijaksanaan adalah abadi. Dengan mendirikan rumah sakit Tzu Chi akan memperpanjang jiwa kebijaksanaan seperti mata air yang senantiasa mengalir.
Terus Bersumbangsih Menjadi Relawan Pemerhati Rumah Sakit
Tzu Chi Hospital terus melakukan perbaikan, termasuk memberikan pelatihan kepada relawan Tzu Chi agar menjadi software rumah sakit. “Perbaikan software relawan pemerhati, dan untuk meningkatkan kualitas para relawan. Dengan melakukan pelatihan, berharap semakin banyak relawan yang siap menjadi pemerhati rumah sakit agar kedepannya saat bertambahnya post-post pelayanan, sudah ada relawan sudah siap melayani.” pungkas Mony Alwi, coordinator pelatihan Tzu Chi Hospital.
Selama keadaan tubuh sehat, Donny de Keizer (dua dari kanan) terus menggenggam kesempatan turut bersumbangsih untuk menjadi bagian dari software Tzu Chi Hospital untuk membantu orang lain.
Mony juga menjelaskan bahwa dengan menjadi software rumah sakit, maka relawan dapat belajar banyak, menjalin jodoh baik, dan dapat merasakan perasaan bersyukur atas kesehatan yang dimiliki karena banyak melihat orang sakit, serta kita akan semakin dapat menaikkan investarisasi nilai kehidupan.
Salah satunya Merly Tjahjadi, telah menjadi relawan Tzu Chi Hospital hampir satu tahun lamanya, termotivasi dari ceramah Master Cheng Yen mengenai relawan pemerhati di Taiwan. Ketika Merly mendengar ada pelatihan di Tzu Chi Hospital, Merly langsung menggenggam kesempatan mengikuti setiap pelatihan yang diadakan Tzu Chi. “Selain sebagai tantangan baru, juga akan mendapat hal-hal baru. Master Cheng Yen sudah memberikan ajaran yang benar, sudah menunjukkan jalan, kita lakukan saja, jangan ditunda,” cerita Merly Tjahjadi, relawan pemerhati komunitas He Qi Timur yang bertekad akan terus bersumbangsih menjadi relawan pemerhati sebagai ladang pelatihan diri.
Merly Tjahjadi, telah menjadi relawan pemerhati di Tzu Chi Hospital hampir satu tahun lamanya. Ia termotivasi dari Ceramah Master Cheng Yen yang membahas tentang relawan pemerhati di Rumah Sakit Tzu Chi di Taiwan.
Selama keadaan tubuh sehat, Donny de Keizer terus menggenggam kesempatan turut bersumbangsih untuk menjadi software Tzu Chi Hospital untuk membantu orang lain. Baginya, ini adalah suatu kesempatan berharga, inilah yang bisa ia lakukan. “Setiap bertugas selalu mendapat hal yang menyenangkan karena kita melakukannya dengan sukacita. Saya dapat berjodoh dengan orang baru, baik pasien dengan keluhan kesehatan maupun orang sehat. Saya mendapat banyak akses untuk bertemu teman baru, baik dari keluarga pasien. Kekuatan cinta kasih mendorong budaya humanism.” tutur Donny de Keizer telah menjadikan Tzu Chi sebagai sekolah kehidupan, tempat pelajaran berharga dalam hidupnya. Tak lupa ia mengajak insan Tzu Chi untuk menggenggam kesempatan dan terus bersumbangsih untuk menjadi relawan pemerhati rumah sakit.
Nelly Kosasih terharu, tergugah hatinya, dan terinspirasi setelah mendengar ceramah Master Cheng Yen tentang rumah sakit di Taiwan. “Orang sakit adalah yang paling tidak enak. Inilah kesempatan saya untuk menaburkan benih cinta kasih kepada pasien-pasien yang sakit. Saya datang untuk memberikan kehangatan walaupun hanya sebuah sapaan “Selamat datang ke Tzu Chi Hospital. Apa yang bisa saya bantu?” Itu juga sudah membuat saya sangat bahagia, bisa menyapa mereka.” cerita Nelly Kosasih, berharap dengan budaya humanis, Tzu Chi Hospital dapat menjadi kebanggaan Tzu Chi agar masyarakat Indonesia datang berobat.
Editor: Hadi Pranoto