Menjadi Satu di Antara yang Tak Terhingga
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan), Anand Yahya, Metta WulandariPelantikan relawan calon komite dilakukan oleh Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma bersama Rebecca Halim di akhir Camp Pelatihan Komite dan Calon Komite 2018 yang dilakukan 10 – 11 Maret 2018.
Di pertengahan bulan Maret 2018, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan kegiatan Kamp Pelatihan Komite dan Calon Komite 2018. Sebanyak 939 relawan komite dan calon komite yang berasal dari kantor-kantor Tzu Chi di berbagai provinsi di Indonesia bersama belajar mendalami visi misi Tzu Chi dan membina diri selama dua hari, 10 - 11 Maret 2018, di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK.
Membawa tema Wu Liang Yi Jing yang berarti ‘satu menjadi tak terhingga, tak terhingga berasal dari satu’, training ini tentu memberikan pendalaman materi tentang Sutra Makna Tanpa Batas. Di mana Sutra ini merupakan pedoman yang digunakan Master Cheng Yen dalam menjalankan Tzu Chi. Haryo Suparmun, Wakil Ketua Panitia penyelenggaraan training menjelaskan bahwa sepanjang tahun 2018, Tzu Chi Indonesia akan memfokuskan diri pada pendalaman mengenai Wu Liang Yi Jing.
“Maka dari itu di training ini kami mengangkat tema Wu Liang Yi Jing sebagai permulaan dan pengingat bagi para relawan semua untuk tidak hanya bekerja ke luar namun juga membina diri ke dalam dengan Dharma Master Cheng Yen,” jelasnya.
Menyelami Sutra Lalu Mempraktikkannya
Dijelaskan dalam materi Sutra Makna Tanpa Batas yang dibawakan oleh Hendry Chayadi, Master Cheng Yen sangat menjunjung dan sangat menyukai Sutra Makna Tanpa Batas. Sutra ini merupakan bagian dari Trilogi Sutra Teratai yang adalah kumpulan Sutra yang terdiri dari tiga Sutra utama: Sutra Makna Tanpa Batas, Sutra Bunga Teratai, dan Sutra Pengamatan Meditasi.
Sutra ini juga merupakan Sutra yang sangat penting karena Master Cheng
Yen menjelaskan bahwa, Buddha mengajar lebih dari 40 tahun untuk mengenal dan
mengajarkan Dharma bagi semua makhluk dengan metode terampil – menyesuaikan
daya tangkap atau sifat dari berbagai makhluk tersebut. Setelah 42 tahun itu,
Buddha baru memberikan inti ajarannya bahwa semua orang bisa menjadi Buddha.
Hendry Chayadi (kanan) menjelaskan Sutra Makna Tanpa Batas secara singkat. Penjelasan ini berbentuk talkshow yang dimoderatori langsung oleh Haryo Suparmun, Wakil Ketua Panitia penyelenggaraan Camp Pelatihan Komite dan Calon Komite 2018.
Sebanyak 901 relawan komite dan calon komite yang berasal kantor-kantor Tzu Chi di berbagai provinsi di Indonesia bersama belajar mendalami visi misi Tzu Chi dan membina diri selama dua hari.
“Semua orang mempunyai hakikat kebuddhaan. Atau pada hakikatnya semua orang sama dengan Buddha. Hati Buddha dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan. Itu tertuang di dalam Sutra Bunga Teratai,” jelas Hendry.
Di Tzu Chi, Master Cheng Yen terus menggaungkan Sutra Makna Tanpa Batas, bahkan sejak awal berdiri Master telah menggunakan Sutra Makna Tanpa Batas sebagai acuan walaupun belum membahasnya secara detil. Baru kemudian pada 2006, Tzu Chi menampilkan adaptasi Sutra. Sutra ini diadaptasi menjadi sebuah lagu dan ditampilkan dalam isyarat tangan agar setiap orang lebih mudah memahami isinya.
Hendry melanjutkan bahwa pada dasarnya, apa yang dilakukan oleh semua relawan Tzu Chi tidak luput dari Sutra Makna Tanpa Batas. Apabila Sutra tersebut dibaca, direnungkan, sebenarnya itulah yang telah dijalankan oleh insan Tzu Chi di seluruh dunia.
“Apalagi sekarang Tzu Chi Indonesia sudah 25 tahun, misi-misinya sudah lengkap, sehingga kita juga merasa sudah waktunya bagi kita untuk mempelajari bukan hanya giat menjalankan misi, tapi juga paham tentang apa sih semangat misi dari misi-misi tersebut,” tandasnya.
Di hadapan seluruh relawan yang akan dilantik menjadi calon komite
maupun relawan yang sudah menjadi calon komite dan komite, Hendry mengajak semuanya
bergerak untuk menjalani dan mempelajari Sutra Makna Tanpa Batas dengan
berbagai metode terampil (isyarat tangan, menyalin sutra, bedah buku, dan
lainnya) untuk bersama-sama menyelami kebenaran.
Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma membagikan semangat dan pesan cinta kasih kepada relawan.
Foeng Jie Tju (tengah), relawan He Qi Pusat mencoba mempraktikkan Dharma Master dalam setiap langkahnya di Tzu Chi.
“Kebenaran itu sederhananya adalah supaya kita semakin yakin, semakin paham akan harapan Master Cheng Yen. Master Cheng Yen mau insan Tzu Chi seperti apa. Dan ini semua ada dan bisa kita pahami ketika kita mempelajari Sutra Makna Tanpa Batas,” ujarnya.
Menempa Diri di Jalan Kebajikan
Ajakan untuk mendalami Dharma guna menumbuhkan ruang kebijaksanaan dalam diri juga diberikan oleh Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Sugianto Kusuma. Apalagi bagi relawan yang sudah dilantik menjadi calon komite dan arahnya sudah jelas akan menjadi komite. Sugianto Kusuma menegaskan bahwa seorang komite adalah mereka yang mau berkomitmen. Bagai sebuah janji, janji tersebut harus ditepati.
“Jadi saya harapkan relawan di sini bersungguh-sungguh untuk menjalankan Tzu Chi, melatih diri di setiap kegiatan bersama menepati janji kita berjalan di jalan kebajikan,” ucapnya.
Lebih lanjut Sugianto Kusuma menekankan bahwa menjadi komite bukanlah suatu kelulusan bagi relawan. Melainkan satu langkah nyata dalam memulai kebajikan. “Jangan kita kalau sudah jadi komite, seperti anak sekolah yang sudah lulus dan merasa sudah besok nggak perlu belajar apa-apa. Jangan seperti itu. Sebaliknya, kita harus sering-sering menempa diri,” tegasnya.
“Kita lakukan Tzu Chi bukan untuk orang lain tapi untuk diri sendiri, semua kebajikan yang kita lakukan bermuara pada diri sendiri. Kita timbun kebajikan, kita kikis habis keburukan kita, dan mari belajar menjadi orang yang lebih baik lagi,” ajaknya.
Terus Bertumbuh di Tzu Chi
Pesan Sugianto Kusuma untuk terus menempa diri dan belajar di Tzu Chi dirasa sangat penting oleh seluruh relawan Tzu Chi, termasuk Foeng Jie Tju, relawan He Qi Pusat. Walaupun sempat merasa ragu untuk berkomitmen, namun Tju Tju, panggilan akrabnya akhirnya menemukan satu keyakinan bahwa menempa diri dan belajar pasti mendatangkan manfaat bagi diri sendiri. Tidak ada salahnya untuk belajar karena Tzu Chi memanglah ladang pelatihan diri.
Mawie Wijaya membagikan kisah hidupnya secara singkat dii depan para relawan di Camp Pelatihan Komite dan Calon Komite 2018.
“Sempat lama berpikir untuk yakin bisa menjadi murid yang baik, tapi akhirnya dengan seringnya mendengar ceramah-ceramah Master (melalui DAAI TV) saya sadar bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan untuk menjadi murid yang baik, menjadi calon komite, ini adalah wujud bakti kepada guru,” kata Tju Tju.
Sejak bergabung di Tzu Chi tahun 2013 lalu, Tju Tju dikenal sebagai relawan yang selalu menerima dan menjalankan Tzu Chi tanpa embel-embel harus begini dan begitu. “Justru kalau orang lain menolak, dia yang akan jalankan,” terang Like, Ketua relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Pusat.
Tju Tju mengaku selalu mengingat pesan Master Cheng Yen, lakukanlah segala sesuatu dengan hati dan arah yang benar. “Tujuan awal saya bergabung di Tzu Chi adalah untuk membantu sesama, maka saya tidak banyak memperhitungkan saya bisa bantu apa. Ketika saya bisa lakukan, akan saya lakukan,” tegasnya. “Saya pernah mendengar Ceramah Master bahwa, lakukanlah apa yang orang lain tidak mau lakukan, maka kita akan mendapatkan manfaat dari sana. Benar saja, manfaat yang saya dapatkan sangat banyak,” lanjutnya senang.
Manfaat demi manfaat juga dirasakan oleh Mawie Wijaya dari Tzu Chi Pekanbaru. Tzu Chi sudah mengubah cara hidupnya 180 derajat. Dulu pergaulannya sangat jauh dari kata berbagi, kebaikan, apalagi sila. Namun setelah mengenal Tzu Chi kehidupannya menjadi jauh lebih baik dan memberikan pengaruh baik pula bagi keluarganya.
Sama seperti Tju Tju yang pernah ragu ketika diajak lebih jauh dan berkomitmen di Tzu Chi, Atek (panggilan Mawie Wijaya) juga sama. “Sebelumnya saya menolak karena merasa belum mempunyai tekad. Saya merasa tidak punya kekuatan,” katanya. Tapi kini ia yakin bahwa ia sudah berada di jalan yang benar. Ia hanya tinggal menjalankan, menjadi murid Master yang lebih baik, lebih benar, dan lebih bijaksana lagi. “Semoga kita bisa menjalin jodoh dengan Master di masa sekarang dan selama-lamanya,” harapnya.
Editor: Khusnul Khotimah