Menjadi Seorang Relawan dengan Hati yang Nyaman dan Bahagia

Jurnalis : Liani (Tzu Chi Medan), Fotografer : Lili Hermanto, Liani(Tzu Chi Medan)

Para peserta saat mendaftar ulang di tempat pendaftaran.

Pelatihan Relawan Abu Putih kedua di Kantor Tzu Chi Medan Jl Kompleks Cemara Asri Boleuvard Raya No.1G Medan diikuti oleh 91 peserta pelatihan. Tak hanya dari kota Medan saja, ada juga peserta yang berasal dari luar kota seperti Tanjung Pura, Tanjung Balai, Pematang Siantar, dan Binjai. Tema pelatihan pada Minggu 26 Februari 2023 ini adalah “Hidup berdampingan dengan bumi.”

Pelatihan dimulai dengan memberikan penghormatan kepada Buddha dan Master Cheng Yen. Kemudian bersama-sama menyanyikan lagu Mars Tzu Chi dan melafalkan 10 sila Tzu Chi.

Januar Tambera membawakan materi Dunia Tzu Chi. Berlandaskan sup empat unsur dan sup empat bahan kita praktikkan dalam kehidupan sehari hari.

Mengawali materi pelatihan, Januar Tambera menceritakan tentang Dunia Tzu Chi. Dengan melakukan 4 misi Utama dan delapan jalan utama yaitu Misi Amal, Misi Pengobatan, Misi Pendidikan, Misi Budaya humanis, Misi Pelestarian Lingkungan, Misi Relawan Komunitas, Misi Bantuan Internasional, dan Misi Donor Sumsum Tulang Belakang merupakan lahan berkah Tzu Chi.

“Dengan berlandaskan Sup Empat Unsur dan Sup Empat Bahan kita mempraktikannya dalam kehidupan sehari hari. Kita juga bisa terus melangkah dan mengajak orang banyak untuk menggarap ladang berkah ini dan mengikuti jejak Master berjalan bersama di jalan Bodhisatwa,” jelas Januar.

Erlina Khe membawakan sesi pengenalan dan filosofi misi pendidikan. Misi pendidikan adalah misi ketiga Tzu Chi. Mengembangkan pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia seutuhnya yang berhati nurani, memiliki kemampuan yang bajik dan memiliki pikiran serta pandangan yang benar. Meletakan dasar bagi sebuah pendidikan berjenjang lengkap bertujuan membentuk sumber daya manusia yang berdaya guna bagi dirinya sendiri dan lingkungan sekelilingnya.

Tata krama yang berbudaya humanis mencerminkan keindahan dalam Dunia Tzu Chi. Dengan mempraktikkan tata krama, kepribadian menjadi lebih baik.

Peran pendidikan sangatlah penting untuk membimbing kita tetap berada di arah dan ajaran yang benar dengan menjadikan pendidikan kehidupan sebagai landasan. Pendidikan moral sebagai penyangga, pendidikan Budaya Humanis sebagai dinding dan Pendidikan pengetahuan sebagai atap akan membentuk karakter diri kita sebagai manusia yang sangat menghargai dan mensyukuri setiap kehidupan dalam alam semesta.
“Pondasi pendidikan harus dibangun sejak kecil, menyemai dengan baik ladang pendidikan ini, supaya para bibit kecil ini baru bisa tumbuh sehat menjadi bibit unggul. Dalam pendidikan membutuhkan tiga aspek kekuatan yaitu kekuatan dari kepala sekolah, kekuatan dari guru, kekuatan dari orang tua. Ketiganya harus selalu bersatu hati, harmonis dan bergotong royong untuk mempertahankan kondisi sekolah yang benar dan turun temurun,” terang Erlina Khe.

Relawan juga diajak melakukan isyarat tangan dengan lagu Pun So, Lang Lang Co Huan Po dan Ciak Cai (bervegetarian) yang artinya setiap orang mampu menjalankan pelestarian lingkungan. Mengapa Master mengimbau setiap orang untuk menggalakkan Pelestarian Lingkungan? Dengan pelestarian lingkungan kita bisa mensucikan batin dan pikiran kita.

Isyarat tangan lagu Punso dan Ciak Cai dibawakan relawan dengan diikuti peserta pelatihan.

“Jika hendak menyelamatkan dunia, setiap orang harus menjalankan kegiatan pelestarian lingkungan batin, masyarakat dan bumi. Awali dari diri sendiri, cukup dengan memilah sampah rumah tangga yang dapat didaur ulang, menggunakan air, listrik seperlunya, bervegetarian niscaya secara tidak langsung kita telah menjaga kesehatan bumi. Kita tidak mampu mengendalikan panjangnya sebuah kehidupan, namun kita sendiri mampu merintis dan mengembangkan potensi dalam kehidupan yang bermanfaat bagi orang banyak. Semoga kita semua bisa menjadi contoh yang baik bagi masyarakat sekitarnya. Mengubah sampah menjadi emas,emas menjadi cinta kasih,” tutur Uman.

Ada juga sesi tata krama Tzu Chi dalam pelatihan ini. Hal yang membuat Tzu Chi dikagumi karena keanggunan, kerapian dan keindahannya yang merupakan misi budaya humanis Tzu Chi. Kita harus menjunjung budaya humanis Tzu Chi, tatakrama Tzu Chi. Mengapa bertatakrama sangat penting dalam Tzu Chi? Tatakrama merupakan keindahan budaya humanis dalam Tzu Chi.

Untuk menampilkan keindahan kelompok dalam beraktivitas, insan Tzu Chi melatih diri dengan bertatakrama yang baik seperti keindahan budaya humanis dalam penghormatan, berbusana, tatacara makan, cara menyapa dan gerakan serta tutur kata yang baik merupakan hasil pelatihan diri masing masing individu.

“Ketika kita sudah memiliki sikap dan kelakuan yang baik maka barisan Bodhisatwa kita akan rapi dan menimbulkan hati yang suka cita bagi yang melihatnya. Semoga kita bisa menjadi teladan yang baik di masyarakat,” kata Irwanto.

Talkshow tentang menggalang hati dan galang dana para donatur dalam menyebarkan cinta kasih universal.

Talkshow galang hati galang dana dibawakan oleh Siti dan Nini. Dengan adanya donatur, dana tersebut disalurkan untuk membantu sesama manusia yang menderita dan membutuhkan. Tujuan insan Tzu Chi dalam menggalang dana dan tidak melekat kepada materi, tidak masalah besar kecilnya tetapi menggalang hati menggalang dana di Tzu Chi merupakan satu perwujudan untuk mengumpulkan niat baik dan mengetuk hati setiap orang untuk membantu bagi membutuhkan.

Mengapa kita harus menciptakan berkah dan kebijaksanaan dalam kehidupan kita?

“Setiap orang memiliki berkah masing masing dan berkah itu akan habis kalau kita tidak mampu menciptakan berkah baru. Kita harus menghargai berkah yang ada dan senantiasa terus berbuat baik, menghormati orang tua dan tahu bersyukur akan menumbuhkan kebijaksanaan kita. Dengan melihat penderitaan secara langsung baru dapat menyadari keberkahan. Master mengatakan “Suka berdana dan murah hati akan mendatangkan berkah baru. Tahu berpuas diri dan penuh pengertian akan mendapatkan kebijaksanaan,” ujar Handra Sikoko.

Sabaruddin dan istrinya Monalisa merasa lebih bersyukur, batin lebih terbuka setelah menjadi relawan Tzu Chi.

Sementara itu, Sabaruddin dan istrinya Monalisa mengikuti pelatihan Relawan Abu Putih ini. Sabaruddin adalah karyawan di depo Tanjung Morawa. Ia diajak oleh Yahya dan istrinya untuk menjadi relawan Tzu Chi di tahun 2022. Pelatihan hari ini adalah yang kedua kali.

“Saya banyak mendapat manfaat setelah masuk Tzu Chi. Batin dan pikiran saya lebih terbuka. Melihat penderitaan yang lain saya merasa lebih bersyukur. Dulu di rumah tangga kami sering ribut. Sekarang kami senantiasa lebih saling mengerti akan kondisi,” kata Sabaruddin.

“Hari ini shixiong shijie sudah melakukan dengan baik. Mengikuti pelatihan dan masuk dalam dunia Tzu Chi. Suatu kesempurnaan hidup ketika kita sudah berjalan di jalan yang benar dengan hati yang nyaman dan bahagia. Tetap semangat,” pesan Betty, relawan Tzu Chi.

Foto bersama setelah pelatihan selesai.

“Selamat bergabung di dunia Tzu Chi. Penuh harapan para peserta pelatihan bisa lebih bijaksana karena telah mendengar sharing dari relawan senior kita. Semoga membawa manfaat untuk kita,” tambah Djuang kordinator pelatihan.
Pelatihan Relawan Abu Putih kedua ini ditutup dengan doa bersama semoga dunia bebas bencana, semoga semua makluk berbahagia.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Bersama Melatih Diri dan Bersumbangsih

Bersama Melatih Diri dan Bersumbangsih

30 Agustus 2016

Kerja sama terus dilakukan Ehipassiko School dan Yayasan Buddha Tzu Chi sesuai dengan visi dan misi keduanya. Guru-guru dan staf sekolah Ehipassiko pun mengikuti Pelatihan Relawan Abu Putih untuk mendalami visi misi dan budaya humanis Tzu Chi.

Kembali ke Jati Diri Sebagai Relawan Tzu Chi

Kembali ke Jati Diri Sebagai Relawan Tzu Chi

09 Februari 2018
Tzu Chi Medan kembali mengadakan Pelatihan Relawan Abu Putih, Minggu, 4 Februari 2018. Pelatihan kali ini sangat istimewa karena merupakan pelatihan relawan pertama yang diadakan di Gedung DAAI TV & Jing Si Book & Cafe.
Pelatihan Relawan Abu Putih: Kerinduan Berbuat Kebajikan

Pelatihan Relawan Abu Putih: Kerinduan Berbuat Kebajikan

19 November 2015

Pada Minggu, 15 November 2015, komunitas relawan He Qi Pusat mengadakan pelatihan relawan abu putih pertama di Kantor Sekretariat He Qi Pusat guna memperpanjang barisan relawan Tzu Chi Indonesia. Relawan baru juga menceritakan pengalamannya mengikuti kegiatan Tzu Chi yang memberikan “kebahagiaan yang tak terlukiskan.

Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -