Menjadi Terbiasa dengan Tzu Chi
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Arimami SA, Metta WulandariAkhir pekan di pertengahan bulan Maret (12-13/3/16), relawan Tzu Chi seluruh Indonesia mengadakan Kamp Calon Komite dan Komite di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Akhir pekan di pertengahan bulan Maret (12-13/3/16), relawan Tzu Chi seluruh Indonesia mengadakan Kamp Pelatihan Komite dan Calon Komite 2016 di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Kamp yang diikuti oleh 81 relawan calon komite (cakom) dan 82 relawan komite tersebut berlangsung lancar dan penuh tawa.
Konsep yang diusung dalam kamp kali ini memang sedikit berbeda dari kamp-kamp sebelumnya, namun tentu mempunyai tujuan yang sama: memperdalam akar Tzu Chi dalam diri para relawan cakom dan komite. Dengan tema: “Giat Bercerita Tentang Tzu Chi, Senang Bercerita Tentang Tzu Chi, Terbiasa Bercerita Tentang Tzu Chi,” Like Hermansyah, relawan Tzu Chi sekaligus Koordinator Kamp ini ingin mengajak relawan Tzu Chi bisa banyak bercerita tentang Tzu Chi kepada masyarakat luas.
“Karena kita analisa, ternyata banyak dari relawan di Indonesia itu terus melakukan hal-hal bajik tapi mereka nggak begitu mau untuk sharing,” tuturnya menjelaskan latar belakang pemilihan tema. “Makanya kita berusaha untuk mengajak relawan memahami bahwa sharing itu mudah melalui tema tersebut,” tambahnya.
Kamp yang diikuti oleh 81 relawan calon komite (cakom) dan 82 relawan komite tersebut berlangsung lancar dan penuh tawa.
Relawan diajak untuk praktik menulis dan melakukan public speaking secara langsung setelah menerima materi dari para pembicara. Tema ini diharapkan dapat menjadikan relawan agar terbiasa bercerita tentang Tzu Chi sehingga bisa menginspirasi orang lain.
Tema yang diangkat kemudian dikembangkan menjadi dua materi yang berbeda, yaitu: Giat Bercerita Tentang Tzu Chi Melalui Tulisan dan Senang Bercerita Tentang Tzu Chi Secara Lisan. Dalam materi-materi tersebut, relawan juga diajak untuk praktik menulis dan melakukan public speaking secara langsung. “Tentu harapannya agar relawan bisa terbiasa bercerita tentang Tzu Chi sehingga bisa menginspirasi orang lain,” ucap Like.
Sementara itu Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei berharap nantinya relawan mampu memikul tanggung jawab dan mempraktikkan ajaran Master Cheng Yen. “Ajaran Master Cheng Yen, kata-katanya memang tidak mudah untuk dipraktikkan namun kita harus berusaha. Kita juga harus menjaga tekad awal dan menjaga sila,” tutur Liu Su Mei. “Master Cheng Yen menuturkan kalau keindahan kelompok itu ada pada setiap individunya. Maka dari itu, apabila individunya indah maka Tzu Chi pun akan indah,” tambahnya.
Berbagi Kisah Inspiratif
Selain tema yang menarik, banyak pula kisah menarik dari para relawan, calon-calon komite Tzu Chi. Salah satunya kisah dari Alex Salim dan istrinya, Ng Siu Tju. Sepasang suami istri asal Medan ini bergabung menjadi relawan Tzu Chi sejak tahun 2004. “Kami tertarik karena Tzu Chi itu universal,” ucap Alex yang disambut anggukan setuju oleh Siu Tju.
Dua belas tahun berjalan di dunia Tzu Chi, mereka banyak belajar untuk melatih diri menjadi lebih baik, membantu sesama, dan bervegetaris. Mereka juga bercerita bahwa dari Tzu Chi pula mereka melihat banyak masyarakat yang membutuhkan bantuan serta pertolongan. “Kalau kami nggak bergabung ke Tzu Chi, kami nggak tau seberapa banyak orang yang butuh bantuan. Jadi kami pun bisa bersyukur karena bisa turut membantu,” ucap Alex.
Di samping belajar bersyukur, ia pun belajar bervegetaris. Ayah empat anak ini sudah belajar bervegetaris lima tahun lamanya, sedangkan Siu Tju sudah lebih dari 30 tahun melakukan pola makan sehat itu. “Sebelum di Tzu Chi saya sudah vegetarian. Kami, saya dan lima adik saya, semuanya diajarkan oleh orang tua untuk bervegetarian,” tutur Siu Tju.
Relawan berterima kasih kepada seluruh panitia yang telah menyiapkan acara.
Alex Salim (kanan) dan Ng Siu Tju (kiri), sepasang suami istri asal Medan ini berbagi kisah awalnya bisa bergabung menjadi relawan Tzu Chi sejak tahun 2004 hingga sekarang.
Ia senang bahwa kebiasaan baiknya tersebut sudah menular pada suami, keempat anaknya, pembantu di rumahnya, dan juga keluarga dari pembantunya. “Pembantu saya sudah tujuh tahun vegetarian, anaknya juga ikut vegetarian,” tambahnya dengan raut wajah semringah.
Menjadi vegetarian, ia tidak hanya ingin mendidik orang-orang terdekatnya untuk menyayangi bumi dan seisinya, namun juga ingin mengajari mereka untuk belajar hidup sederhana. “Yang paling penting kan kondisi hati kita ini bahagia,” ujar Siu Tju. Kesederhanaan Siu Tju juga tercermin dari tabungan yang kala itu ia kumpulkan untuk berdana menjadi komite kehormatan di Tzu Chi.
Ia menilai bahwa dalam hidup ini mendapatkan jodoh yang baik adalah suatu berkah. “Saya berjodoh dengan suami yang baik, mempunyai anak-anak yang berbakti, dan bertemu Tzu Chi adalah suatu hal yang sangat menggembirakan. Ini adalah berkah,” ucapnya terharu. Ia menambahkan bahwa dengan berkah yang telah mereka dapatkan, sudah seharusnya mereka kembali menciptakan berkah dengan bersumbangsih untuk masyarakat. “Dan melalui Tzu Chi ini, kami akan terus bersumbangsih,” tegasnya.