Menjaga Citra Tzu Chi

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto, Hadi Pranoto
 
foto

* Menurut Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Franky O. Widjaja, bila kita bisa berbagi kebahagiaan di Tzu Chi, kita bisa merasakan kebahagiaan yang lebih lengkap.

“Setiap saya melihat foto Shang Ren (Master Cheng Yen –red) saya selalu nangis, Sampai saya nga berani lihat. Waktu itu awal-awal saya nga berani lihat, saya takut kalau nanti hati saya goyah. Saya ga mau lihat sama sekali Shang Ren, punya foto Shang Ren, punya ceramah ga mau. Tetapi setiap mengikuti kegiatan Tzu Chi saya selalu melihat ceramah Shang Ren, jadinya saya nangis lagi,” ungkap Sufei. Nadanya berat terbata-bata, matanya pun membendung linangan air mata.

Kesan itu rupanya masih membekas dalam diri Sufei dan memberikan makna yang mendalam bagi perkembangan pembinaan dirinya. Demikian yang dituturkan oleh Sufei calon komite dari Surabaya dalam salah satu sesi sharing. Menurutnya, dulu ia pernah memiliki sikap yang negatif terhadap beberapa relawan Tzu Chi hingga membuatnya tidak bersedia aktif dalam kegiatan Tzu Chi. Sampai suatu hari ia menemukan jawaban bahwa di Tzu Chi adalah melatih diri dan membina diri ke arah yang lebih baik, bukan menonjolkan keakuan pribadi.

Membina Diri
Komite berarti memiliki komitmen dapat mewakili citra Tzu Chi dan telah menapaki di jalan pembinaan diri yang lebih baik. Menurut Suriadi, untuk menjadi calon komite, seorang relawan harus melalui beberapa tahapan, salah satunya adalah telah menggalang dana selama 1 tahun dan telah menjadi relawan biru putih selama 1 tahun. Setelah persyaratan dipenuhi, maka peserta akan dicalonkan oleh pimpinan di wilayahnya masing-masing. Untuk menunjang kecakapan para calon komite, maka perlu dilakukan pembinaan dari masing-masing wilayah dan pelatihan. Oleh karena itu, pada Sabtu dan Minggu, 25 - 26 April 2009 dilaksanakan training bagi para calon komite di kantor pusat Tzu Chi, gedung ITC Mangga Dua Lt. 6, Jakarta.

Training yang dikhususkan untuk para calon komite ini berisikan beberapa materi, diantaranya adalah 10 sila Tzu Chi, penerapan 4 in 1, filosofi dan konsep Komite Tzu Chi, Sad Paramita dan sharing dari calon anggota komite.

foto  foto

Ket : - Menurut Agus Rijanto, salah seorang relawan Tzu Chi, dengan menaati sila seseorang telah terhindar dari
           perilaku tidak baik dan mengarah pada kebajikan. (kiri)
         - Ji Shou secara sederhana mengelompokan filosofi Tzu Chi ke dalam 4 resep, yaitu: bersyukur, puas diri,
           pengertian, dan memaafkan. (kanan)

Pada materi 10 Sila Tzu Chi, Agus Rijanto menerangkan bahwa Sila merupakan kedisiplinan dan peraturan kesepakatan yang harus kita patuhi bersama. Sila sangat penting untuk dijalani, sebab Sila adalah landasan bagi pencapaian kebijaksanaan. Menurut Agus, dengan menjalani Sila tidak membunuh berarti seseorang telah memupuk welas asih sehingga dapat melindungi semua makhluk, menyayangi, dan memperpanjang usia pemanfaatan benda; dengan mematuhi sila tidak mencuri berarti seseorang telah menghargai hak milik orang lain, tidak serakah, dan tidak merugikan orang lain; tidak berbuat asusila berarti menjaga kesucian akhlak; tidak berbohong berarti seseorang harus berkata jujur, apa adanya, dan tidak mengada-ada; tidak mengonsumsi minuman berakohol berarti seseorang telah terhindar dari perilaku kekerasan, emosional, dan pandangan sesat.

Disiplin diri sangat diperlukan di Tzu Chi, sebab berdisiplin berarti menghargai sesuatu keputusan yang telah disepakati bersama. Sebelum mengakhiri materi yang dibawakan, Agus menyampaikan, “Keindahan sebuah organisasi terlihat dari sejauh mana setiap anggota dapat menjaga citra organisasi melalui penampilan dalam kehidupan sehari-hari.”

Menurut Goh Poh Peng, saat memberikan materi penerapan 4 in 1 bahwa di dalam Tzu Chi diperlukan suatu kerjasama di antara sesama relawan dan tidak menonjolkan ego masing-masing. “Meski di dalam 4 in 1 terbagi-bagi dalam beberapa tingkatan, teapi saatnya hari- H, semua harus kerjasama bahu-membahu,” terang Poh Peng. Menurutnya, seorang anggota komite haruslah berjiwa besar dengan tidak cemas jika mendapatkan banyak pekerjaan, tidak menolak pekerjaan yang banyak, berusaha menjadi teladan yang baik, dan mampu merendahkan diri sendiri. “Sebab komite adalah komit,” tegas Poh Peng.

foto  foto

Ket : - Sufei saat berbagi kisahnya dalam kelompok. Pandangannya yang negatif terhadap Tzu Chi kini dapat ia
           hilangkan dengan pandangan untuk membina diri. (kiri)
         - Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei saat menyampaikan perkembangan Tzu Chi
           Indonesia. Menurutnya, di Indonesia akan segera dibangun Aula Jingsi dan Master Cheng Yen sangat
           memuji DAAI TV yang telah banyak menjernihkan hati manusia di Indonesia. (kanan)

Ji Shou saat memberikan materi filosofi dan konsep Tzu Chi juga banyak membahas tentang hati manusia. Menurutnya, “Hati kita sendiri suci adalah filosofi utama dalam Tzu Chi.” Dengan demikian filosofi Tzu Chi adalah tujuan dan arahan dalam berprilaku. Ji Shou secara sederhana mengelompokan filosofi Tzu Chi ke dalam 4 resep, yaitu: bersyukur, puas diri, pengertian, dan memaafkan. Selain filosofi yang harus dipahami, seorang komite haruslah mengetahui konsep komite yang merupakan cara kerja di dalam komite Tzu Chi. Menurutnya, sulitnya mencapai persetujuan kelompok karena kebanyakan dari kita selalu berdebat yang berpusat pada pandangan pribadi. Oleh karena itu untuk kesepakatan kelompok, seseorang harus mau mundur selangkah, sedikit mengalah karena ini adalah pengasahan diri dan juga merupakan pelatihan diri. Ji Shou menyarankan agar setiap calon komite mampu menggunakan kebijaksanaan dalam mengatasi masalah, penuh pengertian, dan berlapang dada.

Bersyukur Atas Sumbangsih Relawan
Setelah pemberian materi, para peserta training juga diberikan informasi tentang perkembangan Tzu Chi Indonesia yang dibawakan oleh Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Dalam kesempatan ini, Liu Su Mei menyampaikan bahwa sejalan dengan akan dibangunnya Aula Jingsi (Tzu Chi Center), maka Sekolah International pada tahun depan sudah dapat dibuka dan koordinator budaya humanisnya pun sedang dibentuk.

Menurutnya, Master Cheng Yen sangat memuji DAAI TV Indonesia. Karena selain menjernihkan hati manusia DAAI TV telah menggugah hati banyak orang. Menurut Master Cheng Yen, selain banyak menolong orang, sebenarnya sekarang kita perlu lebih banyak menolong hati manusia. Terakhir Liu Su Mei mengucapkan rasa terima kasihnya kapada relawan Tzu Chi yang telah memberikan sumbangsihnya selama ini, ”Sangat berterima kasih dengan sumbangsih Shixiong, Shijie semua, dan gabungan kekuatan Shixiong, Shijie semua, serta mendukung relawan yang baru bergabung.”

foto  foto

Ket : - Para peserta training calon komite saat mengucapkan janji bakti Komite Tzu Chi. (kiri)
         - Diskusi kelompok adalah salah satu cara untuk melatih kebijaksanaan diri dalam mengatasi masalah
           dengan bisa menerima pendapat orang lain. (kanan)

Franky O. Widjaja, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia juga menyampaikan pesan tentang apa itu kebahagiaan. ”Dalam duniawi biasanya penuh ketidakbahagiaan, tetapi bila kita bisa berbagi kebahagiaan di Tzu Chi ini, kita bisa merasa lengkap,” katanya. Franky berharap, di hari yang akan datang para insan Tzu Chi dapat menjadi lebih bijak dan lebih bahagia karena inilah harapan yang ingin dicapai. Menurut Franky, Tzu Chi adalah tempat untuk melakukan pembinaan dan penempaan diri. Pesan utama dalam training ini adalah bahwa di Tzu Chi adalah tempat untuk melatih dan membina diri, karena itu dalam pelatihan komite ini diharapkan para calon komite bisa menapaki ke jenjang yang lebih baik dan mampu membawa citra yang baik bagi Tzu Chi di masyarakat.

 

Artikel Terkait

Semangat Bersumbangsih

Semangat Bersumbangsih

23 Desember 2016

Dua relawan yang turut bersumbangsih memanfaatkan waktu libur dalam Pekan Amal penggalangan dana pembangunan rumah sakit Tzu Chi tanpa melihat sekat-sekat agama, ras, golongan di dalamnya. 

Tzu Ching Camp 2015: Menjadi Penyaring di Zaman Serba Kekinian

Tzu Ching Camp 2015: Menjadi Penyaring di Zaman Serba Kekinian

20 Agustus 2015

Menjadi orang tua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar untuk mendidik anak ke arah yang benar. Salah satu hal yang digunakan oleh relawan Tzu Chi untuk mendidik anak adalah dengan mengikutsertakan mereka dalam Tzu Ching, organisasi muda mudi Tzu Chi yang dinilai bisa menjadi penyaring hal-hal negatif di zaman sekarang yang serba modern.

Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -