Menjaga Kesehatan Warga Sekitar Gunung Sinabung

Jurnalis : Nuraina Ponidjan (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan)

doc tzu chi

Relawan Tzu Chi Medan mengambil langkah sigap dengan membagikan seribu masker kepada masyarakat di sekitar Gunung Sinabung, 3 Agustus 2017. Hari sebelumnya, 2 Agustus 2017 Gunung Sinabung kembali menyemburkan abu vulkanik dan awan panas setinggi 2 kilometer.

Tahun 2010 menjadi pertama kali Sinabung bangun dari tidur panjangnya selama 600 tahun. Saat itu penduduk berlari kucar-kacir menyelamatkan diri. Selang beberapa waktu, gunung berapi tersebut kembali bersahabat namun kembali meletus pada 2013, tepatnya di bulan September. Sejak saat itu Sinabung tidak pernah tidur lagi.

Dengan intensitas letusan yang kerap kali terjadi selama beberapa tahun, masyarakat sekitar agaknya menjadi terbiasa. Mereka bahkan menganggapnya bukan lagi sebagai bencana sehingga tetap beraktivitas seperti biasa walau kadang ada semburan erupsi yang agak kuat diselingi suara guntur di tengah malam yang kelam.

Selama Sinabung bergolak, selama itu pula Yayasan Buddha Tzu Chi beberapa kali memberikan bantuan. Di antaranya pemberian matras, pembuatan sarana MCK, mi instan, dan beberapa kali membagikan masker. Relawan Tzu Chi pun masih ingat tanggal 4 September 2016 merupakan terakhir kalinya mereka melakukan kunjungan kasih ke posko penampungan warga.

Pembagian seribu masker dilakukan relawan Tzu Chi kepada masyarakat di Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat.

Sebelumnya membagikan masker dan mengunjungi desa sekitar, relawan terlebih dahulu mendatangi Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk menanyakan informasi lengkap tentang letusan gunung.

Memang sudah hampir setahun Gunung Sinabung mulai tenang dan bersahabat walaupun setiap hari masih mengeluarkan semburan kecil. Namun 2 Agustus 2017, masyarakat lagi-lagi dikejutkan oleh erupsi besar dari Gunung Sinabung. Sinabung kembali murka sejak pukul 7.54 WIB.

Hari itu Sinabung menyemburkan abu vulkanik dan awan panas setinggi 2 kilometer dengan lama waktu gempa 309 detik. Erupsi yang terjadi sebanyak 18 kali ini terjadi karena runtuhnya kubah lava dan tekanan dari dalam perut bumi. Masyarakat dan wisatawan pun diimbau untuk tidak melakukan aktivitas dalam jarak 7 km untuk sektor selatan-tenggara, jarak 6 km untuk sektor tenggara-timur, serta di dalam jarak 4 km untuk sektor utara-timur Sinabung.

Memberikan Bantuan Darurat

Untuk itu 3 Agustus 2017, sebanyak 9 orang relawan Tzu Chi Medan, kembali mensurvei lokasi. Mereka berangkat dari Medan sekitar pukul 11.00 WIB dan melihat apa yang bisa Tzu Chi bantu. Dalam kesempatan itu mereka juga membawa seribu buah masker untuk dibagikan.

“Kami membagikan masker kepada masyarakat sekitar dan mengingatkan mereka untuk selalu menggunakan masker dalam waktu dekat ini. Relawan juga langsung membantu memakaikan masker untuk anak-anak dan balita,” ujar Huang She Lin, relawan Tzu Chi Medan ketika berkunjung di Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

Sebelum membagikan masker dan mengunjungi desa sekitar, relawan terlebih dahulu mendatangi Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk menanyakan informasi lengkap tentang letusan gunung. Aswin Ginting, Sekretaris BPBD mengatakan, “Memang semalam Sinabung kembali erupsi, namun tidak ada korban jiwa. Hari ini pun cuaca lebih cerah walau sudah 2 kali erupsi.”

Melalui Aswin Ginting pula, relawan mendapatkakn informasi bahwa mereka yang tinggal di zona merah harus tetap tinggal di posko penampungan. Ada 8 posko penampungan yaitu, Paroki Gereja Katolik Kabanjahe, Gedung Serba Guna KNPI Kabanjahe, Gedung GBKP Ndokum Siroga, Gereja GBKP Simp VI Kabanjahe, Gudang Jeruk Surbakti, Jambur Korpri, Gudang Konco, dan GPDI Ndokum Siroga. Aswin juga menjelaskan bahwa semua kebutuhan di posko penampungan masih tetap mendapat bantuan dari pemerintah.

Relawan memberikan masker kepada Eka dan ayahnya. Eka berharap Sinabung segera kembali tenang sehingga warga pun kembali nyaman menjalani kehidupan.

Relawan membagikan masker kepada masyarakat sekitar dan mengingatkan mereka untuk selalu menggunakan masker dalam waktu dekat ini. Relawan juga langsung membantu memakaikan masker untuk anak-anak dan balita.

Usai bertanya tentang cuaca, rombongan relawan melanjutkan perjalanannya ke Desa Tiga Bogor yang lebih dekat dengan Gunung Sinabung. Kondisi sekitar sudah tertutup debu vulkanik. Pohon-pohon di sepanjang jalan terlihat putih bagaikan turun salju. Kala itu juga banyak gumpalan awan di langit sehingga sulit membedakan apakah itu awan atau semburan dari Gunung Sinabung.

Sementara itu warga yang berada di radius 7 km merasa bahwa kiamat akan terjadi. Banyak petani yang menghentikan aktivitasnya dan kembali ke rumah dengan sekujur badan penuh dengan putihnya abu vulkanik. “Sekitar 8.30 sampai 11.00 sudah ada 18 kali erupsi. Saya pulang terburu-buru. Seluruh wajah dan badan saya putih kena debu vulkanik sehingga sampai di rumah, orang rumah kaget lihat saya,” ucap Eka. Dengan mata berkaca-kaca Eka berdoa serta berpasrah pada Tuhan. Ia mengharapkan Sinabung segera kembali tenang sehingga warga pun kembali nyaman menjalani kehidupan.

Kondisi sekitar Desa Tiga Bogor sudah tertutup debu vulkanik. Pohon-pohon di sepanjang jalan dan hasil bumi lainnya terlihat putih bagaikan tertutup salju.

Apakah erupsi ini akan berakhir? Dan kapankan akan berakhir? Semua orang merindukan sejuk dan asrinya kota Brastagi dengan suhu yang dingin di malam hari dan hijaunya pepohonan di pagi hari. Semoga Gunung Sinabung bisa bersahabat dan mengembalikan keindahan Kota Brastagi.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Menjaga Kesehatan Warga Sekitar Gunung Sinabung

Menjaga Kesehatan Warga Sekitar Gunung Sinabung

04 Agustus 2017

Relawan Tzu Chi Medan mengambil langkah sigap dengan membagikan seribu masker kepada masyarakat di sekitar Gunung Sinabung, 3 Agustus 2017. Hari sebelumnya, 2 Agustus 2017 Gunung Sinabung kembali menyemburkan abu vulkanik dan awan panas setinggi 2 kilometer.

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -