Menjaga Pikiran

Jurnalis : Ciu Yen (Heqi Utara), Fotografer : Stephen Ang (Heqi Utara)

fotoBedah Buku “20 Kesulitan dalam Kehidupan” yang diadakan setiap hari Kamis di Jing Si Books & Café Pluit sudah mencapai pada pembahasan Bab 10.

Seiring berjalannya waktu, tak terasa pembahasan buku “20 Kesulitan Dalam Kehidupan” telah memasuki kesulitan ke sepuluh, yaitu “Sulit Untuk Menjaga Pikiran Tak Tergoyahkan”. Rutinitas kelas bedah buku yang diadakan setiap hari Kamis di Jingsi Books & Café Pluit kali ini khusus menghadirkan Elvy Kurniawan Shijie, salah satu relawan dan komite muda di Tzu Chi yang juga aktif di Tzu Ching.

 

 

Kenapa sulit untuk menjaga pikiran tak tergoyahkan? Pertama-tama yang harus diketahui  “pikiran” itu adalah apa, karena hal yang paling sulit dikendalikan dalam diri manusia adalah pikiran. Kita sering berpikir tentang hal-hal yang menurut kita “benar” dan juga hal-hal yang kita anggap “salah”, tetapi apa benar belum tentu adalah “benar”, begitu pula sebaliknya. Satu hal bisa dilihat dari banyak sudut pandang dan pemikiran yang berbeda-beda. Itulah mengapa kita sulit untuk mengendalikan pikiran. Lebih sulit lagi menjaga pikiran tidak terpengaruh ketika menghadapi masalah karena kita punya rasa iri hati, suka membandingkan, dan ditutupi oleh kekotoran batin.

foto  foto

Keterangan :

  • Elvy Kurniawan Shijie memberikan sharing dan contoh-contoh gambar yang menunjukkan bahwa pikiran dan cara melihat sesuatu bisa berbeda tergantung sudut pandang pemikiran setiap orang. (kiri)
  • Kesulitan-kesulitan yang ada pada buku “20 Kesulitan Dalam Kehidupan” adalah kesulitan yang biasa kita temukan dalam kehidupan kita sehari-hari. (kanan)

Pada dasarnya di dunia ini tidak ada masalah apapun, tetapi manusia sendirilah yang menciptakan masalah itu. Saat menghadapi masalah kita tidak mencoba untuk mempermudah masalah itu, tetapi cenderung mudah emosi, saling menyalahkan dan membandingkan-bandingkan, tetapi tidak mencoba untuk berpikir dalam kondisi yang tenang. Saat kita mulai membandingkan maka mulai bermunculan masalah. Saat membandingkan kita merasa tidak puas dan iri hati, menjadi tamak dan selalu menginginkan lebih. Kemudian bagaimana agar kita tidak membandingkan? Berpuas diri adalah salah satu cara bersyukur dengan apa yang telah dimiliki saat ini sehingga kita tidak membanding-bandingkan, tetapi bukan berarti karena tidak membandingkan lantas seseorang menjadi sombong karena merasa diri sendiri lebih baik dari orang lain ataupun menutupi kekurangan dengan membanggakan diri sendiri.

foto  foto

Keterangan :

  • Para peserta bedah buku saling memberikan tanggapan dan menceritakan pengalaman mereka ketika sedang berkegiatan Tzu Chi dan kaitannya dengan buku 20 Kesulitan dalam Kehidupan. (kiri)
  • Dalam kesempatan itu, tim relawan Bedah Buku mengundang Hong Thay Shixiong dari Pekanbaru via Skype Video Call, dan bersama-sama peserta di Jing Si Books & Café Pluit melakukan interaksi bedah buku. (kanan)

Bagaimana bersyukur dengan cara yang benar? Pertama kita harus memiliki hati yang tulus. Saat ini Tzu Chi tersebar di 53 negara. Di Indonesia saja terdapat ribuan relawan dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda. Ketika sedang berkegiatan di Tzu Chi, relawan bisa bersatu hati membentuk satu barisan yang rapi karena memiliki satu tujuan yang sama, satu hati tidak membandingkan dan tidak membedakan antara “kamu” dan “saya”. Semua adalah sama, dengan tanpa perbedaan maka kemungkinan untuk kita merasa iri hati dan membandingkan akan semakin kecil. Seperti di Tzu Chi kita mengenakan seragam salah satu tujuannya adalah agar tidak ada perbedaan, melatih diri untuk tidak iri hati tidak membedakan dan tidak membandingkan. Inilah yang disebut “di tengah kesulitan, kagumilah kelebihan orang lain”. Lihatlah orang-orang di sekeliling kita. Jangan menghakimi mereka, tetapi kagumilah mereka karena setiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda. Jadi selain tidak membedakan, kita juga harus mengagumi kelebihan orang lain dengan hati yang tulus.  

Kesulitan-kesulitan yang ada pada buku “20 Kesulitan Dalam Kehidupan” adalah kesulitan yang biasa kita temukan dalam kehidupan kita sehari-hari meskipun ada kemungkinan kita belum bisa mengatasi kesulitan tersebut. Tapi satu langkah awal yang bisa kita lakukan adalah kita “sadari”, kita menyadari akan kesulitan tersebut dan kita belajar untuk mengatasinya. Saat menghadapi masalah cobalah untuk mempermudah masalah tersebut dengan menjaga pikiran senantiasa tenang, tidak membandingkan, dan meredam emosi sehingga semua masalah akan dapat diselesaikan dengan baik. Hendaknya kita melihat satu permasalahan minimal dari dua sisi yang berbeda karena di dunia ini tidak ada yang bisa dinilai dengan adil atau tidak adil. Saat kita menilai dengan hati yang tidak membandingkan maka barulah kita bisa disebut adil.

 

 

  
 

Artikel Terkait

Wali Kota Palu Kunjungi Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia

Wali Kota Palu Kunjungi Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia

22 November 2018

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menerima kunjungan Wali Kota Palu Hidayat di Tzu Chi Center PIK, Kamis (22/11/18). Hidayat diterima langsung oleh Liu Su Mei Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan Wakil Ketua Sugianto Kusuma. Kedatangan Hidayat ke Tzu Chi Center untuk menindaklanjuti bantuan kemanusiaan yang sejak peristiwa bencana gempa, Yayasan Buddha Tzu Chi tengah hadir di Palu untuk memberikan bantuan.

Baksos Kesehatan untuk Warga Gasing, Banyuasin

Baksos Kesehatan untuk Warga Gasing, Banyuasin

18 Desember 2017
Tzu Chi Palembang berkerja sama dengan PT. Bintang Gasing Persada mengadakan bakti sosial kesehatan untuk warga di sekitar lingkungan pabrik di daerah Gasing, Banyuasin. Baksos ini dilaksanakan pada Minggu 10 Desember 2017 dan diikuti oleh 312 warga.
Suara Kasih: Menanam Akar Kebajikan

Suara Kasih: Menanam Akar Kebajikan

08 Agustus 2011
Setelah Jepang hancur akibat gempa bumi dan tsunami 11 Maret lalu, banyak negara di Amerika Selatan yang mengulurkan tangan untuk membantu. Contohnya Paraguay. Para relawan di Ciudad del Este menggalang dana di jalanan untuk korban bencana di Jepang.
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -