Menjalani Ujian Hidup dengan Sabar dan Ikhlas

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah


Mega saat dikunjungi para relawan Tzu Chi dari He Qi Utara 1 pada Selasa, 18 Februari 2020 di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng. Sudah tiga bulan ini Mega kembali bisa berjalan. Mega rajin latihan berjalan yang diawasi juga oleh ibunya.

Hari-hari yang berat tengah dijalani Mega Apriani (31) selama sembilan bulan ini. Mega mengidap penyakit autoimun yang menyerang saraf otot lalu menjalar ke jantung. Kondisi ini memaksa Mega meninggalkan kampung halamannya di Jambi guna mencari kesembuhan di Jakarta.   

Mulanya, kaki Mega bengkak. M. Musa, sang ayah, membawa anak sulungnya ini ke puskesmas. Dokter di puskesmas mengatakan asam urat Mega tinggi. Karena belum juga mereda rasa sakit itu, Mega diantar ayahnya ke Rumah Sakit DR. Bratanata, jantung Mega bermasalah.

“Karena di Jambi tidak ada rumah sakit untuk operasi, Mega disarankan berobat ke Jakarta. Saat itu saya bingung, sebagai orang tua fasilitas saya kan harus memadai, tapi saya hanya sebagai buruh,” ujarnya.

Di tengah kebingungan itu Musa yang aktif dalam organisasi kepemudaan di kampungnya, bertemu relawan Tzu Chi di Jambi, di antaranya Anton Wira dan Agus shixiong. Tahu keadaan Musa yang kesusahan, relawan Tzu Chi pun berkunjung ke rumahnya. Formulir permohonan bantuan langsung diproses dan seminggu kemudian relawan Tzu Chi di Jambi memfasilitasinya untuk berangkat ke Jakarta.


Untuk penyakit autoimunnya, Mega sampai saat ini masih menjalani beberapa terapi dari dokter, seperti fisioterapi, berupa pergerakan tangan, kaki untuk melancarkan urat-urat saraf-nya.

Adapun bantuan yang diberikan Tzu Chi kepada Mega berupa biaya transportasi, tinggal di Rusun Cinta Kasih Cengkareng selama pengobatan di Jakarta, juga biaya obat di luar yang di-cover BPJS, serta pendampingan dari relawan Tzu Chi.

Alhamdulillah sampai akhirnya saya dikirim ke Jakarta. The Best lah pokoknya Tzu Chi,” ungkapnya.

Sesampainya di Jakarta, selama dua hari kondisi kesehatan Mega menurun dan langsung dibawa ke Rumah Sakit Harapan Kita. Mega dirawat di Ruang IGD, dan ditambah trombosit darahnya. Selama lima hari Mega dirawat di sini. Dokter sempat menyarankan agar Mega dibawa pulang ke Jambi karena penyakit jantung Mega disebabkan virus dan ada rumah sakit di Jambi yang bisa menangani Mega.

“Saya temui dokternya, ‘tolong saya dokter,’ dan dokter memberi pertolongan kepada saya, akhirnya Mega dirawat di rumah sakit ini,” kenangnya.

Saat akan diambil tindakan, rupanya saraf Mega melemah dan keadaannya makin parah. Rumah Sakit Harapan Kita lalu memberikan rujukan kepada Mega untuk dibawa ke Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM).


Di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, M. Musa (55) sering membantu relawan di depo daur ulang. Ini ia lakukan atas kemauan sendiri. Di Jambi, Musa bekerja sebagai helper di sebuah toko distributor bahan bangunan.

Syukurlah di RSCM, Mega langsung ditangani terkait sarafnya dan diambil cairan dari sumsum tulang belakang, juga MRI. Di sinilah baru ditemukan jenis autoimun yang menyerang Mega. Mega yang belum bisa jalan akhirnya dirawat di RSCM selama sebulan. Sementara untuk jantungnya, Mega juga diberikan obat.

Buah Dari Kesabaran
Setelah perawatan selama satu bulan di RSCM, kondisi kesehatan Mega pun membaik. Ia diperbolehkan pulang, dan hanya datang kembali untuk kontrol. Relawan Tzu Chi, khususnya dari komunitas He Qi Utara 1 sering datang untuk menjenguk, menghibur, dan mendoakan kesembuhan Mega. Kini, perlahan Mega sudah bisa bergerak dan akhirnya sudah bisa berjalan.

Pada Selasa, 18 Februari 2020 yang lalu, serombongan relawan He Qi Utara 1 membesuk Mega di rumah barunya sementara ini, yakni di Rusun Cinta Kasih Cengkareng. Mega bercerita tentang kemajuannya hari demi hari.

“Kalau jalan jauh belum bisa, tapi lumayanlah. Kata dokter, saya sudah lumayan, sudah bagus daripada yang awal, sarafnya sudah mulai kerja lagi, kalau dulu kan tidak bisa apa-apa cuma tidur saja,” ujarnya dengan suara yang pelan.

Bong Imelda, salah satu relawan Tzu Chi yang mendampingi Mega merasa bersyukur melihat perkembangan Mega kini. Bong selalu menyemangati Mega untuk selalu berpikir positif dan juga semangat menjalani tahapan-tahapan pengobatan.


Para relawan Tzu Chi senantiasa menyemangati Mega dan keluarganya menghadapi ujian ini.

“Karena kantor saya dekat di wilayah Kapuk sini, kalau saya ada waktu saya sempatkan datang bawa jus atau buah untuk Mega. Saya berikan support supaya Mega bangkit. Jangan hanyut dalam kesedihan. Semua yang terjadi hari ini, pasti ada jalan keluarnya. Yang penting kita harus ada semangat jangan pantang menyerah,” kata Bong.  

Mega sangat bersyukur dengan dukungan yang diberikan relawan Tzu Chi dari mulai ia hendak berangkat ke Jakarta sampai sekarang.

“Semangat saya dapatkan dari orang tua, adik-adik, keluarga, nenek, bibi, semuanya mendukung. Teman-teman kerja, bos kerja, juga dari kakak-kakak relawan juga selalu beri support. Dokter-dokter juga,” katanya.

Dulu sebelum sakit, Mega bekerja sebagai karyawan di toko baju di Kota Jambi. Mega sendiri anak pertama dari tiga bersaudara. Dalam menghadapi ujian ini, Mega menjalaninya dengan ikhlas.

“Ya saya jalani, diterima saja biar tidak terlalu membebani pikiran. Harapannya bisa sembuh, sehat lagi kayak dulu, bisa beraktivitas lagi, dan cepat pulang ke Jambi,” harapnya. 

“Sebentar lagi Mega akan ada tindakan di jantungnya. Kami sebagai orang tua sangat mengharapkan doa bagi anak kami semoga proses operasi jantungnya berhasil dengan selamat dan lancar,” tutur M. Musa, sang ayah sembari tersenyum.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Sepenggal Kisah Wulandhari yang Merawat Nadia

Sepenggal Kisah Wulandhari yang Merawat Nadia

11 Desember 2019

Tim medis RSCK bersama relawan Tzu Chi mengunjungi seorang pasien di Legok, Banten. Mereka menempuh perjalanan dua jam membelah kemacetan dan cuaca hujan menuju rumah seorang anak bernama Nadia, penderita atrofi cerebri.

“Kunjungan Kasih Telah Mengubah Tabiatku”

“Kunjungan Kasih Telah Mengubah Tabiatku”

12 Agustus 2009 “(Saya) dahulu kurang harmonis dengan anak-anak. Pulang suka marah-marah. Anak-anak ga nyaman dengan papanya,” ujarnya mulai terisak-isak. Isak itu pun semakin terdengar jelas saat ia semakin menceritakan kisahnya di masa lalu. Di keluarga kebanyakan umumnya, semestinya kalau ada ayah di rumah, anak-anak tentunya senang, namun tidak dengan keluarga Endang.
Berbagi Kasih dengan Anak Panti Asuhan Sakinah

Berbagi Kasih dengan Anak Panti Asuhan Sakinah

06 Maret 2024

Relawan Xie Li Sumatra Selatan (Sumsel) 2 berbagi kasih dengan anak-anak penghuni Panti Asuhan Sakinah.

Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -