Menjalankan Dharma Master

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto, doc. pribadi
 
 

fotoSelama mengikuti pelantikan komite di Taiwan, Rosvita merasa semakin memahami misi Tzu Chi dan sejarah perjalanan Master Cheng Yen dalam mendirikan Tzu Chi.

Nama saya Rosvita Widjaja, pertemuan saya dengan Tzu Chi dimulai sejak tahun 2006 lalu. Pada saat itu salah satu relawan yang bernama Mei Rong mengajak saya untuk bergabung mengikuti kegiatan Tzu Chi.

Sebenarnya saya cukup lama tinggal di Taiwan dalam rangka menempuh pendidikan. Tetapi baru mengenal Tzu Chi setelah saya di Indonesia, terutama ketika Tzu Chi membangun Perumahan Cinta Kasih di Cengkareng, Jakarta Barat. Dari perjumpaan pertama dengan Tzu Chi, saya langsung tertarik dan melibatkan diri dalam kegiatan kelas Budi Pekerti.

Saya memilih kelas budi pekerti karena kebetulan latar belakang pendidikan saya adalah seorang pengajar. Maka sejak saat itu saya mulai memperkaya diri saya dengan pengetahuan dan filosofi Tzu Chi sebagai bekal untuk mengajar di kelas Budi Pekerti. Bagi saya, mengajar di Tzu Chi itu sangat menyenangkan. Selain membagikan pengetahuan kepada murid-murid kelas Budi Pekerti, sesungguhnya saya juga belajar dari mereka akan makna kesabaran dan ketulusan.

Karena saya serius bersumbangsih sebagai relawan pendamping di Kelas Budi Pekerti, maka beberapa bulan berikutnya saya menyempatkan diri untuk mengikuti pelatihan kelas Budi Pekerti dengan Kata Perenungan di Taiwan. Di sinilah saya lebih mengetahui dan mendalami Kata Perenungan Master Cheng Yen yang begitu mendalam dan mendasar untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Cara menyerapnya pun harus melalui 5 tahap, yaitu mengalami, bercerita, instropeksi, merenungkan, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sejak saat itu saya menganggap Tzu Chi sebagai taman untuk berkarya dan ladang untuk menanam kebajikan.

Dilantik sebagai Komite
Setelah hampir 6 tahun bergabung di Tzu Chi, akhirnya saya mendapat kesempatan untuk mengikuti pelantikan komite di Taiwan. Sebenarnya dilantik sebagai anggota komite bukanlah tingkat akhir sebagai relawan Tzu Chi, tetapi lebih merupakan langkah awal memasuki dunia Tzu Chi. Pada 2 Desember 2010, saya bersama relawan lain yang juga akan dilantik sebagai komite berangkat menuju Taiwan. Setibanya di Taouyuan, Taipei, hari sudah malam dan saya disambut penuh hangat dan dilayani dengan sangat baik oleh relawan Tzu Chi Taiwan. Perlakuan mereka pada kami (relawan Indonesia-red) membuat saya merasa kembali ke rumah keluarga sendiri yang aman dan nyaman.

foto  foto

Keterangan :

  • Menjadi relawan pendamping di kelas Budi Pekerti membuat Rosvita belajar banyak akan makna kesabaran dan ketulusan. (kiri)
  • Pulang ke kampung halaman batin kali ini membuat Rosvita makin bertekad untuk menjalankan Dharma Master Cheng Yen. (kanan)

Setelah melewati serangkaian pelatihan, tibalah waktunya bagi Master Cheng Yen untuk melantik kami sebagai relawan komite dengan memberikan nama Dharma. Ketika saya naik ke podium dan bertatapan langsung dengan Master Cheng Yen yang akan menyematkan kartu pengenal di dada, saya berusaha tegar dan ceria. Sebab pada kali pertama saya mengunjungi Griya Perenungan dan bertatapan langsung dengan Master pada 2006 lalu, saya begitu terharu hingga tak terasa air mata sudah membasahi wajah saya. Tetapi untuk yang kali ini saya berusaha tegar dan ceria. Ini bukan dikarenakan saya sudah tidak lagi merasakan aura kasih sayang Master Cheng Yen yang begitu menyentuh, tetapi saya lebih berpikir yang Master harapkan adalah usaha dan tekad murid-muridnya yang nyata di jalan Tzu Chi. Setelah kartu pengenal itu disematkan di dada, saya baru mengetahui kalau nama Dharma saya adalah Ci Mi, yang berarti penuh welas asih. Selama ini saya selalu menjalankan meditasi pelafalan nama Buddha Amitabha yang penuh welas asih dan ketika saya menerima nama Ci Mi, saya begitu tersentuh. Saya merasa nama itu begitu cocok dengan hati saya.

Pada pulang kampung halaman batin kali ini, saya merasa ada perasaan yang berbeda dengan saat saya mengunjungi Taiwan pada bulan Juni 2010 lalu untuk mengikuti training 4 in 1. mungkin pada kesempatan kali ini, saya lebih memahami bagaimana seorang Master Cheng Yen bersusah payah mengorbankan banyak waktu, pikiran, dan tenaga demi cinta kasihnya kepada semua makhluk. Saya juga menjadi mengerti bahwa untuk membangun dunia Tzu Chi yang dibutuhkan tidak sekadar usaha, tetapi juga welas asih dan kebijaksanaan. Oleh sebab itu, saya melihat Master Cheng Yen mendirikan Tzu Chi, seolah tak pernah kenal lelah. Semangat inilah yang menginspirasikan saya dan juga relawan-relawan lain dari seluruh dunia.

Akhirnya setelah menjalani berbagai proses pelatihan dan pembelajaran, saya bertekad akan lebih giat, lebih mau menanggung, dan menyebarkan Dharma Master di negara tempat tinggal saya. Selama pelatihan saya j


Artikel Terkait

Berbagi Ilmu dan Budaya

Berbagi Ilmu dan Budaya

19 Agustus 2011 Pada tanggal 8 Agustus 2011, Tzu Chi Bandung mendapatkan kunjungan dari siswa-siswi SMA Tzu Chi Hualien, Taiwan. Rombongan ini berkunjung ke Sekolah Unggulan Cinta Kasih Pangalengan
Bibit Bodhisatwa

Bibit Bodhisatwa

29 Oktober 2012 Dalam menjalankan misi kemanusiaan Tzu Chi tidaklah hanya sebatas memberikan bantuan saja. Disamping itu, dibutuhkan kerendahan hati dari para relawan dalam menapaki ruas jalan mulia bersama Tzu Chi.
Wapres Boediono Mengapresiasi Pendidikan (Bag 2)

Wapres Boediono Mengapresiasi Pendidikan (Bag 2)

11 Juni 2013 Kini sekolah perjuangan tempatnya menuntut ilmu telah menjadi sekolah dengan taraf internasional dan siap menelurkan siswa-siswi berprestasi yang akan menjadi penggantinya kelak.
Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -