Menjalankan Dharma Master
Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto, doc. pribadi Selama mengikuti pelantikan komite di Taiwan, Rosvita merasa semakin memahami misi Tzu Chi dan sejarah perjalanan Master Cheng Yen dalam mendirikan Tzu Chi. |
| |
Sebenarnya saya cukup lama tinggal di Taiwan dalam rangka menempuh pendidikan. Tetapi baru mengenal Tzu Chi setelah saya di Indonesia, terutama ketika Tzu Chi membangun Perumahan Cinta Kasih di Cengkareng, Jakarta Barat. Dari perjumpaan pertama dengan Tzu Chi, saya langsung tertarik dan melibatkan diri dalam kegiatan kelas Budi Pekerti. Saya memilih kelas budi pekerti karena kebetulan latar belakang pendidikan saya adalah seorang pengajar. Maka sejak saat itu saya mulai memperkaya diri saya dengan pengetahuan dan filosofi Tzu Chi sebagai bekal untuk mengajar di kelas Budi Pekerti. Bagi saya, mengajar di Tzu Chi itu sangat menyenangkan. Selain membagikan pengetahuan kepada murid-murid kelas Budi Pekerti, sesungguhnya saya juga belajar dari mereka akan makna kesabaran dan ketulusan. Karena saya serius bersumbangsih sebagai relawan pendamping di Kelas Budi Pekerti, maka beberapa bulan berikutnya saya menyempatkan diri untuk mengikuti pelatihan kelas Budi Pekerti dengan Kata Perenungan di Taiwan. Di sinilah saya lebih mengetahui dan mendalami Kata Perenungan Master Cheng Yen yang begitu mendalam dan mendasar untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Cara menyerapnya pun harus melalui 5 tahap, yaitu mengalami, bercerita, instropeksi, merenungkan, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sejak saat itu saya menganggap Tzu Chi sebagai taman untuk berkarya dan ladang untuk menanam kebajikan. Dilantik sebagai Komite
Keterangan :
Setelah melewati serangkaian pelatihan, tibalah waktunya bagi Master Cheng Yen untuk melantik kami sebagai relawan komite dengan memberikan nama Dharma. Ketika saya naik ke podium dan bertatapan langsung dengan Master Cheng Yen yang akan menyematkan kartu pengenal di dada, saya berusaha tegar dan ceria. Sebab pada kali pertama saya mengunjungi Griya Perenungan dan bertatapan langsung dengan Master pada 2006 lalu, saya begitu terharu hingga tak terasa air mata sudah membasahi wajah saya. Tetapi untuk yang kali ini saya berusaha tegar dan ceria. Ini bukan dikarenakan saya sudah tidak lagi merasakan aura kasih sayang Master Cheng Yen yang begitu menyentuh, tetapi saya lebih berpikir yang Master harapkan adalah usaha dan tekad murid-muridnya yang nyata di jalan Tzu Chi. Setelah kartu pengenal itu disematkan di dada, saya baru mengetahui kalau nama Dharma saya adalah Ci Mi, yang berarti penuh welas asih. Selama ini saya selalu menjalankan meditasi pelafalan nama Buddha Amitabha yang penuh welas asih dan ketika saya menerima nama Ci Mi, saya begitu tersentuh. Saya merasa nama itu begitu cocok dengan hati saya. Artikel TerkaitSembako Cinta Kasih untuk Warga Bandung11 Desember 2018Dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Kodiklat ke-24 dan Hari Juang Kartika Tahun 2018, Tzu Chi Bandung bersama Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (Kodiklat TNI-AD) mengadakan pembagian sembako bagi warga yang kurang mampu. Suara Kasih: Setiap Orang adalah Sutra Hidup23 Agustus 2011Lihatlah Somalia. Sekitar 640.000 anak menghadapi risiko meninggal akibat kelaparan. Selain bencana kelaparan, warga Somalia juga mengalami bencana akibat ulah manusia. Anak-anak yang lahir di sana sungguh tak berdaya. Berbagi tentang Pendidikan Budaya Humanis di Pesantren Syubbanul Wathon Magelang28 Mei 2024Pengasuh Yayasan Syubbanul Wathon, K.H Ahmad Izzuddin Abdurahman terlihat semringah menyaksikan 30 guru yang ia tugaskan mengikuti workshop pendidikan budaya humanis Tzu Chi, semuanya bersemangat. Semuanya antusias.
Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
|