Menjalin Hubungan Harmonis

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto
 
 

foto
Seni penyajian teh yang diadakan oleh Sekolah Tzu Chi Indonesia guna mengekspresikan perasaan sayang anak kepada orang tuanya.

Dalam ceramahnya Master Cheng Yen sering berkata bahwa unsur bumi semakin tidak selaras, terutama pikiran manusia. Kita dapat melihat tayangan berita tentang anak-anak muda yang terjerumus ke dalam permainan (games) elektronik. Dalam keterjerumusan tersebut, banyak anak muda secara perlahan-lahan tidak bisa mengendalikan emosi mereka. Akibatnya, banyak anak muda memiliki tabiat yang buruk dan cenderung gampang marah. Ini telah menjadi penyakit peradaban saat ini.

Melihat gejala seperti demikian, Master Cheng Yen sungguh mengkhawatirkan kondisi dunia, mengkhawatirkan pendidikan anak-anak muda kelak akan menciptakan masyarakat yang bagaimana. “Lihatlah anak muda saat ini. Pesatnya perkembangan teknologi tidak hanya mencemari bumi dan udara, tetapi juga telah mencemari pikiran anak muda. Kita harus segera menggunakan kebijaksanaan, cinta kasih, dan kemajuan teknologi saat ini untuk menyucikan batin manusia. Saya sungguh khawatir. Saya yakin para guru yang memiliki semangat misi juga akan mengkhawatirkan masalah ini. Jadi, kita harus mendidik anak-anak dengan baik. Janganlah kita membiarkan anak muda memiliki pikiran yang tidak selaras. Anak-anak saat ini memerlukan pembinaan budi pekerti dan sikap,” kata Master Cheng Yen dalam salah satu ceramahya

Mempererat Hubungan Orang Tua dan Anak
Berkaca pada imbauan Master Cheng Yen tersebut, insan Tzu Chi Indonesia pun mencoba memberikan dasar-dasar penanaman budi pekerti dan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui berbagai kegiatan, seperti Kelas Budi Pekerti Tzu Chi yang di dalamnya mengajarkan anak-anak untuk menghormati orang tua, mencintai lingkungan, dan aktivitas-aktivitas lainnya yang sehat dan penuh interaksi dengan sesama. Seperti yang dilakukan pada murid-murid Sekolah Tzu Chi Indonesia pada tanggal 13 Mei 2013, dimana mereka diajarkan untuk menyajikan teh kepada orang tua secara baik sekaligus mempererat hubungan orang tua dan anak.

“Papa mama terhormat, terima kasih atas kehadirannya di kelas Tea Ceremony Orang Tua dan Anak. Kelas Budaya Humanis Sekolah Tzu Chi mulai dari tahun ini mengadakan pelajaran penyuguhan teh dan seni merangkai bunga, agar murid-murid kita dapat belajar tata krama yang anggun dan bersikap yang tenang. Murid-murid telah mengikuti pelajaran dengan bersungguh hati dengan baik selama 7 hari. Kami mengundang papa-mama untuk menghadiri kegiatan ini, selain memperat hubungan orang tua dan anak, juga berharap papa mama bisa merasakan keindahan budaya humanis Tzu Chi bersama kami,” ujar Chen Pei Wen selaku pembawa acara.

foto   foto

Keterangan :

  • Cara meminum teh yang disajikan oleh relawan guna memberitahukan keindahan dalam budaya humanis Tzu Chi (kiri).
  • Imelda (kanan) dan putrinya Jasmine yang saling berbagi kisah mengenai apa saja yang mereka rasakan selama anaknya bersekolah di Sekolah Tzu chi Indonesia (kanan).

Dalam acara penyajian teh pada tanggal 13 Mei 2013 di Gan En Lou, PIK Center, Jakarta Utara ini Chen Pei Wen menerangkan jika tujuan diadakan kegiatan ini ialah untuk membangkitkan perasaan cinta kasih anak kepada orang tua mereka dan mendukung mereka untuk mengekspresikan perasaan mereka kepada orang tua, sehingga komunikasi antara orang tua dan anak dapat terjalin dengan baik.  

Ungkapan sayang dan terima kasih kepada papa dan mama diwujudkan dengan pemberian secangkir teh, penyuapan makanan kecil untuk orang tua, dan pelukan hangat serta ucapan sayang yang disertai dengan ciuman di pipi setiap orang tua. Perlakuan hangat yang diberikan oleh anak-anak membuat hati orang tua yang hadir merasa sangat tersentuh dan haru.

Seperti yang dialami oleh Imelda Susanto. Dirinya merasa sangat senang karena tenyata ia tidak salah memilih sekolah untuk buah hatinya. “Acaranya sangat bagus, ini kan dalam rangka merayakan hari ibu ya. Sangat sesuai dengan temanya. Kegiatan ini membuat anak lebih dapat mengekspresikan  rasa hormat dan terima kasih mereka kepada mamanya. Pokoknya acara ini uniklah. Hanya ada di Sekolah Tzu Chi dan tidak ada di sekolah lainnya,” ujar Imelda. Selama putrinya, Jasmine Paitimusa bersekolah di sini, ia melihat banyak perubahan yang terjadi pada diri Jasmine. “Dari yang awalnya suka emosi, kurang disiplin dan agak berantakan sekarang jadi lebih disiplin, kerjain tugas juga lebih insiatif sendiri mengerjakan tanpa disuruh, dan terhadap orang lain juga lebih sopan,” ujar Imelda dengan senang. “Padahal ini adalah tahun pertama Jasmine sekolah di sini. Jadi memang tidak salah jika saya memasukkan anak saya ke sekolah ini, karena dalam pengajarannya Sekolah Tzu Chi lebih menekankan pada praktik nilai-nilai luhur dalam berkegiatan dan itu benar-benar dilaksanakan dalam keseharian sehingga membuat perubahan postif bagi Jasmine,” sambung Imelda.

Harapan Imelda sendiri ialah agar buah hatinya dapat merasa lebih enjoy dalam belajar dan dapat berbaur dengan teman-teman sekelasnya. Dari kegiatan yang diterapkan oleh Sekolah Tzu Chi Indonesia ini, Imelda yakin hubungan antara anak dan orang tua dapat menjadi lebih harmonis. 

  
 

Artikel Terkait

Suara kasih : Menyadari Ketidakkekalan di Dunia

Suara kasih : Menyadari Ketidakkekalan di Dunia

28 Februari 2012 Lihatlah hujan lebat yang mendatangkan bencana di Cile. Ketahuilah bahwa di Cile sangat jarang turun hujan. Akan tetapi, kondisi iklim yang ekstrem mengakibatkan hujan lebat turun tanpa henti sehingga membentuk sungai kecil. Kondisi setempat sungguh memprihatinkan.
Gathering dan Berbuka Puasa Bersama Gan En Hu

Gathering dan Berbuka Puasa Bersama Gan En Hu

13 Mei 2022

Tzu Chi Palembang mengadakan kegiatan berbuka puasa bersama sekaligus gathering bersama gan en hu (penerima bantuan dari Tzu Chi) pada Sabtu, 30 April 2022.

Ciri Khas Pendidikan Tzu Chi

Ciri Khas Pendidikan Tzu Chi

06 Juli 2011
namun lain hal bagi Sekolah Tzu Chi, pendidikan budi pekerti tetap dilestarikan dan bahkan menjadi mata pelajaran yang sangat penting sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang dipelajari dalam budi pekerti itulah yang menjadi norma-norma dalam kehidupan sehari-hari yang nyata dan dapat dipraktikkan.
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -